Bab 1

1233 Words
Tepat pukul enam pagi seperti biasa alarm digital milik Bima Aji Prakasa berbunyi, tanda lelaki tampan itu harus segera bangun untuk bersiap berangkat ke kantor. Ia pun mematikan alarm miliknya yang sudah berdering sejak beberapa menit lalu. Setelah itu ia menyatukan kedua tangannya lalu menariknya ke atas untuk meregangkan otot- otot di tubuhnya. Sebelum mandi lelaki itu selalu melakukan ritual khusus seperti lari pagi mengelilingi halaman rumahnya yang bisa di bilang lumayan luas. Namun karena cuaca hari ini sedang turun hujan ia memutuskan berlari di atas Treadmill miliknya yang berada di ruang Gym khusus yang sudah ia siapkan di rumahnya. “Danu, apa saja jadwal saya hari ini?” tanya Bima pada Sekertaris pribadinya tersebut. Danu Haris Putra lelaki itu berusia sekitar dua puluh lima tahun, lelaki itu sudah bekerja selama lima tahun menggantikan posisi Ayahnya yang sudah berpuluh- puluh tahun mengabdi kepada keluarga Aji Prakasa (Ayah Bima) sebagai Sekretaris pribadi. Karena keluarga Aji telah banyak berjasa terhadap keluarganya seperti menyekolahkan ia beserta adik- adiknya dari taman kanak-kanak hingga kuliah di tempat terbaik. Selain itu usia Bima dan Danu yang seumuran membuat mereka selalu bersama dari kecil hingga saat ini. Danu juga sudah mengetahui semua hal baik dan buruk tentang Bima. Bima pun juga sudah mengganggap Danu sebagai Sahabat karibnya. Sahabat tempatnya berbagi segala keluh- kesah tentang dirinya serta kehidupannya. “Nanti jam sembilan kamu ada meeting sama perusahan Dwi Jaya, setelah itu lanjut meeting dan makan siang sama klien dari Amerika pukul sebelas. lalu malamnya kamu ada janji makan malam bersama model majalah Trendi yaitu Nona Elsa Yanuar setelah itu lanjut ke Hotel Mutiara untuk menghadiri pesta ulang tahun Nona Audrey Valencia,” Jelas Danu tanpa melewatkan satu pun kegiatan Bima sambil melihat layar tab miliknya. Tab itu berisikan semua jadwal Bima sehari- hari selama beberapa bulan ke depan. “Oke..” jawab Bima singkat. Lelaki itu langsung mematikan mesin treadmill miliknya dan meraih handuk yang di berikan Danu dengan sigap. Lelaki itu mengelap setiap keringat yang membasahi wajahnya. “Permisi, saya mengantar jus milik tuan Bima.” Ucap sang pelayan sambil membawa nampan yang sudah terisi segelas jus. Danu mengambilkan jus milik Bima dan memberikannya untuk Bima. Saat sang pelayan mengangkat tubuhnya untuk berdiri tegak. Pelayan itu seakan terpesona dengan otot tubuh milik Bima yang terlihat kekar serta menggoda baginya. “Kamu kenapa masih disini? Keluar!” usir Bima dengan nada tinggi karena merasa kesal setelah ia selesai menegak Jus miliknya. Danu langsung menoleh kearah pelayan itu dan segera menarik pelayan itu keluar dari ruang Gym. Begitulah Bima walau pun ia terlihat tampan tapi sikapnya dingin dan arogan. Tapi walau begitu banyak wanita yang ingin menjadi kekasihnya bahkan istrinya. Hingga ada yang rela menyerahkan tubuhnya kepada lelaki itu namun ia selalu menolaknya tanpa mau memanfaatkan hal tersebut. Karena Bima hanya ingin di puja dengan kaum hawa tanpa mau menyakiti secara fisik kepada mereka yang memujanya. “Pecat Pelayan tadi, Nu.” Suruh Bima yang merasa moodnya berubah menjadi tidak baik setelah kejadian yang baru saja ia alami. Bima paling tidak senang kalau ada wanita yang melihat tubuhnya tanpa ijin apalagi Pelayan tadi melihat otot tubuhnya seperti melihat daging segar lalu ingin menerkamnya. “Tapi..” seru Danu ragu. “Nu, saya tidak suka penolakan, Oke.” Ucap Bima ketus lalu meninggalkan Danu yang tak bergeming. Bima paling benci saat ia mendapat sebuah penolakan pada setiap perintahnya. “Haduh..” seru Danu yang mengusap kepalanya dengan putus asa. Lagi dan lagi hal ini harus selalu terjadi, entah apa alasan yang akan ia buat untuk memecat Pelayan itu. Karena tidak mungkin ia memberitahu hal sepele yang terjadi barusan di balik alasan ia di pecat. Setelah selesai berolahraga di ruang Gym, Bima kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri. Selanjutnya ia memilih- milih pakaian yang ada di Wardobe khusus miliknya. Setelah memakai kemeja dan jas miliknya lelaki itu menatap wajah tampannya di cermin. Ia tersenyum dan merasa sangat bangga dengan ketampan nya yang di milikinya. “Coba kita lihat, kali ini wanita mana yang akan tergoda dengan ketampanan ku?” seru Bima yang masih menatap pantulan dirinya di cermin. Seperti itulah Bima ketika ia sedang memuji dirinya sendiri, ia akan merasa sangat melayang saat memuji dirinya secara berlebihan. “Nu, pasangkan dasi untukku,” Suruh Bima sambil memberikan Dasi berwarna hitam polos kepada Danu. “Hah? Kamu nggak salah suruh aku yang pasangkan dasi?” tanya Danu yang merasa cukup terkejut dan juga ragu melakukan hal tersebut. “Kamu nggak mau?” Bima menatap sinis ke arah Danu sambil bertolak pinggang. “Bukan begitu, tapi bukannya biasanya kamu di pasangkan dasi sama Mama kamu atau Sekertaris di Kantor, Bim?” ucap Danu secara perlahan karena ia takut jika membuat Bima marah lagi pagi ini. Karena jika moodnya sudah tidak baik sama sekali walau dengan hal kecil saja itu akan berdampak pada setiap kegiatannya di hari tersebut. “Sudah cepat lakukan sekarang karena nanti kita akan berangkat semakin siang. Lagi pula sebelum meeting aku ingin membaca beberapa proposal yang sudah menumpuk kemarin dan segera menanda tanganinya.” Jelas Bima yang terlihat semakin kesal karena menunggu Danu. Dengan berat hati dan tanpa menolak lagi, Danu meletakan tab miliknya di atas meja lalu ia mulai memakaikan dasi. Namun saat Danu baru melingkarkan dasi di leher Bima. Mama Anna masuk dan terkejut melihat Anaknya sedang di pakaikan dasi oleh Danu. Keduanya terlihat seperti sepasang suami-istri yang terlihat romantis. “Danu!!” teriak Mama Anna yang membuat Danu terkejut lalu seketika melepaskan tangannya dari dasi tersebut. Mama Anna menggelengkan kepalanya dan merasa tak habis pikir dengan apa yang di lakukan keduanya pagi ini. “Kalian lagi apa sih?” ucap Mama Anna sinis karena beliau sudah mulai naik pitam. “Ki.. Kita.. La..” ucap Bima yang mulai ketakutan saat melihat Mama Anna yang terlihat sangat marah. “Apa nggak ada stok wanita lagi sampai kalian seperti ini! Ini memalukan Bima! Danu!” Potong Mama Anna yang semakin emosi. “Tapi kami nggak melakukan apa pun Tante, aku bisa jelasin ini.” Seru Danu yang takut kalau nantinya akan semakin kena semprot Mama Anna jika tidak menjelaskan semua yang terjadi di antara mereka berdua. “Coba jelaskan sekarang.” Suruh Mama Anna sambil melipat kedua tangannya di d**a dan melemparkan tatapan sinis kepada Danu. “Jadi tadi Bima minta saya untuk memasangkan dasi. Dan karena Bima tidak suka di tolak jadi saya turuti saja, Tante.” Jelas Danu yang kembali menunduk. Mama Anna pun melemparkan pandangannya ke arah Bima yang di jawab anggukan oleh lelaki itu. “Mama masih nggak percaya sama kalian, tapi kalau nanti Mama lihat kamu sama Danu seperti ini lagi. Kalian berdua harus di jauhkan.” Seru Mama Anna yang perlahan mulai sedikit melunak. “Ia, Ma. Tapi kan Mama tahu kalau aku ini di kelilingi banyak wanita cantik. Mana mungkin aku tertarik dengan Danu.” Kata Bima sambil tersenyum ke arah sang Mama. “Bisa saja kan, itu Cuma kedok kamu untuk menutupinya. Buktinya sampai sekarang kamu nggak berniat untuk menikah.” Celetuk pedas Mama Anna yang membuat Danu tertawa. “Kenapa kamu ketawa, Nu? Ini berlaku juga loh sama kamu yang sampai sekarang belum pernah kencan dengan wanita mana pun.” Danu seakan mati kutu dengan ucapan yang di lontarkan Mama Anna tersebut. “Sudah sini, Mama pasangkan dasi kamu.” Tambah Mama Anna lagi sambil memasangkan kembali dasi milik Bima. Sementara Danu keluar dari kamar tersebut untuk menyuruh sang supir menyiapkan mobil Bima.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD