When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
PLAK! Sebuah bunyi tamparan keras terdengar di sebuah lorong di dekat aula pesta pertunangan Arya Alexander Wu. Suara tangis gugu kecil terisak terdengar dari bibir berantakan Nur Maya Hersawan. Lipstiknya sudah belepotan parah, membuat riasan di kedua sisi pipinya ikut ternodai oleh warna merah indah itu. Arya Alexander Wu baru saja selesai melumat bibirnya dengan penuh semangat dan begitu liar sampai Maya hampir pingsan kehabisan oksigen dibuatnya. Ini mematahkan hati sang wanita, menenggelamkannya hingga ke titik terdalam. Kedua mata wanita berhijab putih ini memerah dan basah oleh air mata kekecewaan dan kemarahan, matanya yang berkaca-kaca menatap tak percaya kepada pria berjas putih indah dengan kepala yang dimiringkan itu. Pipi sang pria memerah oleh cap 5 jari yang baru saja d