Operasi Pertama

1530 Words
Hari ini adalah hari pertama Tania melakukan operasi. Ia benar-benar sangat gugup. Dengan langkah terburu-buru Tania berjalan menuju ruang tengah untuk menemui kedua orang tuanya meminta restu agar operasi pertamanya berjalan lancar.  "Mah, Pah, hari ini Tania bakalan langsungin operasi pertama." Tania duduk disamping ibunya untuk memohon restu agar dilancarkan proses operasinya nanti.  "Semoga lancar ya nak, Mamah bakalan doain semoga semuanya lancar yah," Ranti mengusap kepala putri semata wayangnya dengan penuh kasih sayang.  "Tania gugup banget, Mah. Inikan operasi pertama buat Tania. Semoga semuanya lancar deh," ujar Tania penuh harap.  "Jangan tegang, jangan terlalu dipikirkan. Papah tau kamu pasti bisa. Kamu harus mencoba untu tenang saat dalam kondisi apapun itu, okey?" Wirawan kini menatap putrinya. Ucapan Wirawan selalu mampu membuat Tania merasa jauh lebih baik.  "Makasih yah, Pah. Yaudah Tania berangkat dulu ya. Assalamualaikum." Sebelum berangkat, Tania mengecup punggung tangan ayah dan ibunya.  Tania berangkat ke rumah sakit menggunakan mobil pribadi miliknya. Ia mengendarai mobilnya sendiri.  Tringg!! Tringg!! Dering telepon Tania mengalihkan perhatiannya, disana tertera nama seorang pria yang sejak semalam sangat sulit ia hubungi. Tania melirik ponselnya sekilas lalu kembali fokus pada jalan, ia mengabaikan ponselnya yang berdering itu. Ia tau kekasihnya pasti menelepon dirinya untuk meminta maaf, seperti sebelum-sebelumnya.  "Aku ga bakalan angkat telepon kamu sebelum kamu sendiri yang dateng temuin aku," ucap Tania membatin. Ia marah karena semalam Reynard sangat sulit untuk dihubungi, ponselnya tidak aktif padahal Tania ingin menceritakan beberapa hal pada Reynard. Reynard selalu seperti itu, ia tidak pernah ada waktu untuk Tania, benar-benar menyebalkan.  Reynard tidak akan pernah berhenti menghubungi Tania sampai Tania mengangkat teleponnya.  "Ish, ni orang kok ga berhenti-henti sih?" keluh Tania. Ia merasa sangat terganggu.  Dengan berat hati Tania terpaksa mengangkat telepon dari kekasihnya itu.  "Halo?"  ["Halo sayang, kamu kenapa sih? Kenapa dari tadi telepon aku kamu riject, huh?"] ucap Reynard dari balik sambungan telepon.  "Aku lagi dijalan tau gak? Lagian semalem kamu kemana lagi sih? Kenapa tiap malem kamu selalu susah di hubungin? Heran deh aku sama kamu." Seperti inilah mereka. Mereka telah menjalin hubungan selama 5 tahun dan mereka akan selalu berkelahi untuk masalah sepele.  ["Aku lagi meeting sayang. Kamu tau kan akhir-akhir ini kerjaan aku lagi padet banget di kantor? Udah yah, jangan marah-marah lagi."] Tania tidak menjawab, ia memilih diam.  ["Oh iya, nanti aku mau ajak kamu makan ya. Jam 12 siang aku jemput kamu."] ucap Reynard berharap Tania akan luluh dan tidak ngambek lagi.  "Aku nggak bisa. Hari ini aku ada jadwal operasi, dan aku ga mungkin abaikan tanggung jawab aku sebagai dokter, next time aja." Tania langsung memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Tania harus buru-buru sampai ke rumah sakit sekarang, pasian yang akan di operasi sudah menunggu. Tania tidak ingin sampai terlambat.  *** Tania menelusuri lorong rumah sakit dengan langkah terburu-buru. Ia harus segera tiba di ruangannya untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan operasi yang akan ia laksanakan nanti.  Tania merasa sangat gugup, ia khawatir akan kemungkinan terburuk yang mungkin akan terjadi. Ia menghela nafas pelan dan berharap semuanya berjalan dengan lancar.    Tania tiba di ruangannya, ia segera masuk kedalam menunggu suster datang membawa beberapa keterangan medis yang ia minta sebelum berangkat tadi pagi.  Tok tok tok! Tidak berselang lama ia tiba di ruangannya, terdengar suara ketukan pintu yang Tania yakini berasal dari perawat yang datang.  "Masuklah," ujar Tania.  "Selamat pagi Bu Tania, saya datang kesini mau nganterin catatan medis yang Bu Tania minta tadi pagi." Seorang perawat datang membawa catatan berisi rekaman medis pasien.  "Oh iya, simpan aja dimeja itu. Nanti jadwal operasinya jam 9 pagi, ya?"  "Iya, Bu."  "Oke, kalau gitu kamu bisa pergi. Aku mau baca-baca dulu untuk catatan medis pasien itu, makasih yah."  Perawat tersebut keluar dari ruangan Tania. Tania langsung mengambil catatan medisnya, ia kemudian langsung membacanya.  Hari ini merupakan hari pertamanya melakukan kegiatan operasi, dan tentu ia didampingi oleh dokter profesional. Pasien yang akan Tania tangani hari ini adalah pasien yang berasal dari ruang rawat inap yang berusia 56 tahun. Ia mengidap penyakit hernia hiatus.  Penyakit hernia merupakan kondisi yang terjadi ketika organ dalam tubuh menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang lemah. Jaringan ikat tubuh seharusnya cukup kuat untuk menahan organ tubuh di dalamnya agar tetap berada di posisinya masing-masing. Namun, beberapa hal menyebabkan jaringan ikat melemah sehingga tidak dapat menahan organ di dalamnya dan mengakibatkan hernia.  Hernia hiatus, terjadi ketika sebagian lambung mencuat ke dalam rongga d**a melalui diafragma (sekat antara rongga d**a dan rongga perut).  Setelah selesai membaca catatan medis milik pasien, Tania langsung menuju ke ruangan ganti untuk mengganti pakaian menggunakan baju operasi. Tania merasa sangat gugup, ia khawatir jika sampai tidak bisa membantu banyak dalam operasi ini. Tapi Tania akan berusaha sebaik mungkin, lagipula ia tidak sendiri. Ada beberapa tenaga medis profesional yang akan menemani Tania dalam operasi hari ini.  Tania telah selesai mengganti pakaiannya dengan pakaian operasi. Ia segera menuju ke ruangan operasi dengan ditemani oleh perawat. Terlihat ada beberapa orang yang menunggu di depan pintu masuk ruangan, mereka semua adalah keluarga dari pasien yang akan Tania operasi hari ini.  Tania bisa melihat besar harapan keluarnya pada Tania. Tania menyempatkan untuk tersenyum dan menguatkan keluarga pasien.  "Doakan ya bapak dan ibu, semoga operasi pak Aji bisa berjalan dengan lancar, kalau gitu kami permisi masuk dulu."  Tania memang dikenal gadis yang ceria dan sangat baik pada siapapun. Jika melihat ada orang yang ada dalam situasi dan keadaan seperti ini, Tania langsung merasa iba. Itulah dia. Operasi yang dilakukan Tania berhasil. Tania benar-benar merasa sangat bangga pada dirinya sendiri, ia berhasil menyelamatkan nyawa seseorang dan hal itu merupakan hal yang benar-benar penting bagi Tania.  Tania kembali ke ruangannya dengan perasaan yang campur aduk.  Saat ia membuka pintu, ia dikejutkan dengan kehadiran Reynard secara tiba-tiba di ruangannya.  "Kamu? Kamu ngapain disini?" tanya Tania, ia melangkah masuk dengan bingung.  "Aku?" Reynard menunjuk dirinya sendiri, "Kenapa aku disini? Ah, aku inget. Aku datang kesini buat ketemu sama pacar aku."  Tania menghela nafas pelan. Seperti inilah tingkah Reynard ketika Tania sedang marah. Ia akan berusaha mencari cara agar bisa membuat Tania larut dalam kemarahannya.  "Ish, kamu ngapain disini? Bukannya lagi sibuk banget ya?" sindir Tania, ia mendorong Reynard agar sedikit menjauh darinya.  "Nggak kok sayang, ini aku udah gak sibuk."  "Iya, soalnya kamu tuh sibuknya malem doang," sahut Tania.  "Enggak gitu sayang. Aku akhir-akhir ini emang sibuk banget karena emang mau aku selesaikan lebih awal soalnya aku punya planning. Nah, sekarang semuanya udah beres. Maka dari itu, aku kesini buat bahas hal ini. Selama 2 minggu kedepan aku cuti, nah aku niatnya mau ajakin kamu liburan, gimana?"  Jujur saja Tania bingung harus menjawab apa. Iya, memang benar mereka telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun, tapi mereka tidak pernah pergi berlibur berdua. Tania bingung, ia harus setuju atau tidak? "Gimana?" tanya Reynard lagi.  Tania terdiam sesaat, ia lalu menatap Reynard dengan wajah yang tampak menyesal. "Planning yang kamu buat itu bagus banget. Tapi, akhir-akhir ini aku ga bisa cuti dulu apalagi aku juga masih baru disini. Yah, lagian kita bisa ngabisin waktu disini kan? Makan, jalan-jalan, ngemall, dan masih banyak lagi," ujar Tania pada Reynard. "Aku udah coba buat luangin waktu untuk kamu, bahkan aku sampe bela-belain cuti karena buat kamu juga. Tapi kenapa kamu nolak, sih? Ini tuh kesempatan kita buat habisin waktu berdua, Tan."  Tania menghela nafas berat, "Kamu tau 'kan aku lagi sibuk-sibuknya di rumah sakit? Aku belum bisa cuti, gimanapun aku nyoba buat cuti tetep gak bisa, Ren. Kamu tolong ngertiin aku, aku juga selalu nyoba buat ngertiin kamu 'kan? Sekali aja coba buat ngertiin aku."  Reynard terlihat kesal, ia bangkit dari kursi lalu berniat pergi dari ruangan Tania.  "Kamu mau kemana?"  "Aku mau balik ke kantor, aku sibuk. Aku banyak kerjaan," ujar Reynard, setelah itu ia langsung melenggang pergi.  "Reynard tungguu!" Tania keluar untuk menghentikan Reynard, ia belum selesai bicara tapi Reynard langsung pergi.  "Reyn!!" Tania menarik tangan Reynard hingga dia akhirnya berhenti.  "Aku belum selesai ngomong!" tegas Tania, Reynard berbalik lalu menatap Tania dengan tatapan kesal.  "Kamu emang mau ngomongin apa? Bukannya kamu udah bilang kalau kamu itu nolak? Terus apa?"  "Aku capek tau gak tiap hari harus berdebat sama kamu! Jangan mentingin ego, Reyn. Kita bukan anak kecil lagi, loh."  "Yaudah terserah, aku mau pergi." Reynard pergi tanpa menghiraukan panggilan Tania. Setiap hari inilah masalah yang harus mereka hadapi, masalah sepele tapi malah dibesar-besarkan.  Salah satu perawat menghampiri Tania, ia meminta agar Tania ikut ke bangsal rumah sakit karena sekarang sudah jadwal kunjungan dokter. Tania menurut, ia mengikuti perawat tersebut lalu datang ke ruangan pasien satu per satu. Tania menikmati tugasnya sebagai seorang dokter. Saat ia bisa melihat senyum pasien ketika ia datang memeriksa hal ini bisa menjadi penyemangat untuk Tania.  Usai melakukan kunjungan dokter, Tania kembali ke ruangannya. Hari ini dia akan melewatkan makan siangnya, Tania ingin tidur. Rasanya hari ini sangat melelahkan. Waktu istirahat sekitar 1 jam, waktu yang lumayan cukup untuk Tania tidur sebentar.  *** Reynard tiba di kantornya. Ini adalah jadwal makan siang, harusnya ia makan siang bersama Tania tapi Tania menolak hingga membuatnya merasa kecewa.  Reynard kembali ke ruangannya. Di ruangannya sudah ada beberapa berkas yang ia minta pada sekretaris pribadinya. Beberapa berkas yang harus ia tanda-tangani. Reynard mengumpulkan berkas itu lalu memasukkannya ke dalam laci, ia ingin melupakan perihal pekerjaan sebentar. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD