Berkemas

1453 Words
Matahari bersinar terik menembus sela-sela ventilasi kamar. Sejak tadi Anna sibuk memasukkan barang-barangnya kedalam koper. Hari ini ia akan berangkat ke Berlin untuk menemui Ayahnya. Setelah beberapa bulan ia mencoba meyakinkan Ibunya akhirnya dengan berat hati Ibunya setuju untuk mengirimkan Anna ke ayahnya yang tinggal di Berlin, Jerman. Anna sangat menanti-nanti hari ini tiba, hari dimana ia akan pergi menemui ayahnya setelah beberapa tahun berpisah. Ayah dan ibunya pisah sejak Anna berusia 11 tahun dan kini ibunya telah memiliki keluarga baru dengan anak yang masih berada di kandungannya. Inilah yang menjadi alasan mengapa Anna ingin tinggal bersama ayahnya. Anna merasa bahwa ia sudah sangat merepotkan ibunya terlebih lagi kini ibunya juga sudah memiliki keluarga baru dan Anna tidak ingin menjadi beban untuk ibu dan ayah tirinya itu. Setelah selesai memasukkan pakaiannya ke dalam koper Anna kini beralih ke meja yang berisikan novel-novel karya penulis terkenal yang sangat ia sukai. Ia akan membawa koleksi novelnya beberapa untuk menemani ia di pesawat nantinya. Tok tok tok Seseorang datang lalu membuka pintu kamar Anna. Wajahnya terlihat murung dan tidak ada raut wajah bahagia. Anna menoleh lalu menatap ibunya yang masih diam berdiri diambang pintu, Anna tau ibunya pasti sangat sedih dengan keputusannya untuk tinggal bersama ayahnya. "Bu, masuklah, " ucap Anna dengan lembut. Ia tersenyum kearah ibunya berharap senyumannya itu akan membuat ibunya merasa jauh lebih tenang. Nesha masuk kekamar Anna lalu duduk tepat disamping putrinya yang akan pergi meninggalkan dirinya, "Kau yakin akan benar pergi? Kau masih mempunyai banyak waktu untuk mengubah pikiranmu, Anna." "Bu, Ibu tau benar bahwa ini sudah menjadi keinginanku dari dulu agar bisa berkuliah di Berlin. Lagipula aku tinggal bersama Ayah disana dan Ibu tentu tau Ayah adalah kepala kepolisian di Berlin tentu aku akan baik-baik saja. Aku telah memesan tiket untuk keberangkatanku dan aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, Bu." tutur Anna pada Nesha. Anna sangat tau jika ia pergi, ibunya pasti akan merasa kesepian karena suaminya selalu pulang larut malam karena bekerja. Nesha menghela nafas pelan, "Ibu sangat tau pasti keinginanmu untuk tinggal di sana sangat besar, tapi apa kau akan benar-benar meninggalkan ibu, nak? Apa kau tidak bisa mengubah keputusan mu itu? Kampus di Jakarta juga tidak kalah hebat dengan kampus yang ada di Berlin." Nesha menatap putrinya dengan wajah sedikit memohon. "Ayolah bu, bukannya kita sudah membicarakan hal ini sebelumnya? Aku sangat ingin kuliah di sana, dan tentu aku sangat ingin menemui ayah. Aku tau disana pasti ayah sangat kesepian. Lagipula sebentar lagi aku akan punya adik, jadi ibu pasti tidak akan kesepian." Anna mengelus perut ibunya dengan penuh kasih sayang. "Baiklah jika itu sudah menjadi keputusan mu, ibu tidak akan memaksamu untuk tetap tinggal disini, bersama ibu dan ayahmu. Tapi kau harus ingat untuk tidak berteman dengan pria atau gadis manapun yang tidak jelas asal usulnya. Kau harus bisa menjaga dirimu sendiri, mengerti?" Anna tertawa hambar, "Ibu tidak perlu khawatir tentang hal itu. Kalau begitu aku akan lanjut merapikan barang-barang yang akan kubawa nantinya." "Biar ibu bantu, ya," sahut Nesha menimpali. *** Waktu bergulir dengan cepat tanpa Anna sadari. Waktu telah menunjukkan pukul 1 siang dan Anna harus segera berangkat ke bandara. Anna telah menyiapkan segala sesuatu dengan dibantu sang ibu. Setelah selesai siap-siap Anna, Nesha, dan Wirawan segera berangkat ke bandara. Hari ini adalah hari terakhirnya bisa melihat senyuman yang terlihat diwajah ibunya. Anna mungkin tidak akan pulang dalam 4 tahun terakhir dan selama itu juga pasti adiknya sudah tumbuh besar. Banyak hal yang harus Anna syukuri. Ia bisa menikmati hidup dengan segala kecukupan yang diberikan oleh ibu dan ayah tirinya. Jujur saja, ayah tiri Anna adalah pria yang sangat baik, ia selalu memperlakukan Anna dengan penuh kasih sayang dan Anna tau bahwa ia sangat beruntung. Anna melirik ibunya lalu menggenggam tangan ibunya untuk berusaha menenangkannya. "Aku harap ibu bisa menjaga diri ibu dengan sangat baik. Anna pasti tidak akan lupa mengabari ibu, jadi ibu tidak perlu khawatir, " ujar Anna. "Ibu tau kau juga pasti bisa menjaga dirimu dengan sangat baik di sana. Jangan lupa untuk selalu mengabari ibu di manapun dan kapanpun itu, mengerti?" "Iya, Anna mengerti bu." Anna mengusap perut ibunya, ia lalu tersenyum. Ia tidak akan menemani ibunya untuk bulan-bulan terakhir kehamilannya. Tapi Anna juga berpikir bahwa hal ini bagus, ia tidak akan menambah beban untuk ibunya. Lagipula ia cukup dewasa, dan ayahnya pasti akan selalu menjaga dan melindunginya. Wirawan juga terlihat pria yang sangat baik, Anna yakin ia pasti bisa menjaga ibunya dengan sangat baik beserta adik yang saat ini masih ada dalam kandungan ibunya. "Ayah, Anna sangat berharap besar pada ayah untuk selalu menjaga ibu apalagi saat ini usia kehamilan ibu juga sudah menginjak 8 bulan. Tolong ayah agar selalu berada disisi ibu jika tidak Anna pasti akan sangat kecewa, " ucap Anna memperingatkan. "Iya Anna, kau tidak perlu khawatir. Ayah pasti akan menjaga ibumu dengan sangat baik, sama seperti ketika kau menjaga ibumu. Kau tidak usah khawatir dan kuliah lah dengan benar, agar kau bisa menjadi pengacara yang hebat. Besar harapan ku padamu, nak." Anna tau ayah tirinya ini pasti akan menjaga ibunya dengan sangat baik dengan begitu ia bisa pergi dengan lega. Tak terasa mereka telah tiba di bandara. Anna segera turun dari mobil disusul ibunya, sedangkan Wirawan ia beralih ke bagasi mobil untuk mengambil koper-koper yang akan Anna bawa. Jadwal keberangkatan pesawatnya pada pukul 1 siang. Sekarang sudah menunjukkan pukul 12.45, 15 menit lagi pesawat Anna akan berangkat. Ia melirik ibunya yang kini menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Anna tau ini pasti tidak akan mudah untuk ibunya terlebih lagi mereka selalu bersama. Sekarang Anna harus segera masuk untuk menunggu pesawatnya, ia juga mesti mengurus beberapa hal. Tapi sebelum masuk Anna berlari ke pelukan ibunya untuk menenangkan dirinya dan tentu menenangkan ibunya. Hangatnya pelukan ibu tidak akan Anna rasakan lagi dalam beberapa tahun kedepan. Anna hanya bisa berharap yang terbaik untuk ibu dan ayah tirinya disini. "Ibu jaga diri baik-baik. Sekarang Anna harus segera masuk dan menunggu diruang tunggu. Ibu dan ayah bisa pulang sekarang, Anna bisa meng-handle semuanya, tenang saja." Anna tidak ingin ibunya sampai kelelahan jadi ia memilih untuk menyuruh ibunya pulang. "Tidak Anna, ibu akan menemanimu disini sampai pesawatmu berangkat. Hanya ini yang bisa ibu lakukan untukmu sekarang, jadi ibu akan tetap disini," ucap Nesha dengan keras kepalanya. "Bu, ibu tau kan kondisi kehamilan ibu saat ini seperti apa. Anna tidak ingin kalau ibu sampai kenapa-napa. Lagipula pesawat Anna akan berangkat dalam 15 menit lagi dan itu berarti sebentar lagi Anna akan pergi. Lebih baik ibu pulang lalu beristirahat, mengerti?" "Benar yang dikatakan oleh putrimu. Sebaiknya sekarang kita pulang saja. Kondisimu juga saat ini sedang tidak baik-baik saja. Jangan membuat Anna merasa sedih jika kau keras kepala dengan apa yang kau inginkan," timpal Wirawan yang membenarkan apa yang Anna katakan. "Tapi sungguh, ak—" "Aku harus pergi bu. Ibu sebaiknya pergi juga. Aku janji akan menghubungi ibu saat sudah tiba di Berlin nantinya. Sampai jumpa," potong Anna dengan cepat. Ia segera membawa koper dan tasnya lalu melambaikan tangan sebelum benar-benar masuk kedalam ruang tunggu administrasi. *** Anna menemui receptionist bandara untuk mengurus beberapa berkas sebelum keberangkatannya. Ini adalah kali pertama ia pergi meninggalkan kota kelahirannya untuk kembali ke kota kelahiran ayahnya. Sebentar lagi ia akan berangkat, Anna memutuskan untuk menunggu di ruang tunggu sembari membaca novel yang sempat ia bawa tadi untuk menghilangkan rasa jenuhnya. "Good afternoon passengers. This is the preboarding announcement for flight 87B to Berlin. We are now inviting those passengers with small children, and any passengers requiring special assistance, to begin boarding at this time. Please have your boarding pass and identification ready. Regular boarding will begin in approximately ten minutes time. Thank you." Pengumuman pre-boarding telah disampaikan, Anna segera ber siap-siap. Ia memasukkan kembali novel yang ia baca ke dalam tas lalu mematikan ponselnya. Ia masih harus menunggu 10 menit lagi sebelum keberangkatan. Ini adalah kali pertama dan mendebarkan untuk Anna, ia melirik ke sisi kanan dan kiri, kebanyakan yang akan pergi bersama kerabat dan keluarganya sedangkan Anna, ia hanya seorang diri. Anna tersenyum kecut, ia kembali fokus menatap dinding kaca yang berada di hadapannya. Ia benar-benar akan meninggalkan Jakarta. Bahkan tidak ada satupun diantara teman-temannya yang datang mengantar Anna. Anna adalah gadis yang tertutup dan susah bergaul, maka tak jarang ia kadang mendapat ejekan di sekolahnya. Tapi Anna ingin mencoba melupakan semuanya dan membuka lembaran baru di kehidupannya dan tentu hal itu akan dimulai dari kota Berlin. Ia akan berubah menjadi gadis yang friendly dan baik. Tak terasa pesawatnya akan berangkat. Anna buru-buru bangkit dan membawa barang-barangnya. Ia tidak ingin terlambat. Pengumuman final boarding telah disampaikan. Semua penumpang diminta untuk naik ke pesawat dan duduk ditempat yang telah ditentukan sebelumnya. Anna mematikan ponsel miliknya sesuai intruksi dari pramugari. Ia hanya memegang satu buah novel untuk menemaninya disepanjang perjalanan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD