PROLOG

971 Words
Surat perjanjian pra-nikah antara Xabiru Anthony Massen dan Giselle Maria Vennya. 1. Pernikahan hanya berjalan selama satu tahun. 2. Wajib bersikap selayaknya suami istri normal ketika berada di depan orang banyak. 3. Pihak pria wajib memberikan nafkah materi serta memenuhi segala keperluan pihak wanita selama berstatus istri sah. 4. Saling menjaga harkat dan martabat pasangan. 5. Bersikap sopan serta menghargai satu sama lain. 6. Tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing. 7. Kedua belah pihak diperbolehkan untuk menjalani pekerjaan masing-masing tanpa adanya hambatan atau larangan. 8. Tidak boleh melakukan kontak fisik yang berlebihan. Apabila melanggar wajib membayar denda sebesar nominal yang sudah disepakati bersama. 9. Kedua belah pihak tidak boleh saling jatuh cinta. 10. Tidak boleh bermesraan dengan lawan jenis di areal public hingga menimbulkan skandal atau spekulasi khalayak luas. 11. Kedua belah pihak harus menjaga kerahasiaan kontrak dari siapa pun. 12. Apabila salah satu pihak memutuskan untuk berpisah sebelum tenggang waktu yang sudah disepakati, pihak tersebut wajib membayar ganti rugi sebesar 2 Milyar. . Xabiru dan Giselle sama-sama kembali membaca lalu mencerna point-point penting yang tertulis dalam surat perjanjian pra-nikah yang akan segera mereka tanda tangani. Setelah sempat berseteru bahkan berdebat mempertahankan argumen satu sama lain, keduanya sepakat menikah dalam kurun waktu satu tahun dengan disertai berbagai macam syarat. Lagi pula, Xabiru tidak memiliki pilihan lain. Pikirnya, dari pada jabatan yang selama ini ia sandang hilang begitu saja karena tidak menuruti perintah sang ayah, lebih baik ia sedikit mengalah. Dengan berat hati Biru menuruti permintaan untuk menikahi Giselle, wanita yang sama sekali bukan seleranya. Bahkan di setiap pertemuan, mereka berdua selalu terlibat dalam perseteruan sengit bagai kucing dan anjing. "Gimana? Ada yang perlu kamu tambahin atau koreksi?" Xabiru menatap dalam Giselle yang masih saja serius membaca berkas di tangannya. Sesekali, ia melihat bagaimana wanita itu mengangguk-anggukan kepala seolah paham atau mungkin saja setuju dengan apa yang tertulis di sana. "Sepertinya ini udah sangat jelas dan lengkap," sahutnya. "Tapi omong-omong, setelah resmi menikah, apa aku harus benar-benar pindah ke rumah kamu yang kayak istana itu?" Alis mata Xabiru langsung terangkat tinggi. Kenapa Giselle memberikan pertanyaan konyol seperti ini. "Menurutmu? Lagian, emang ada, gitu? Pasangan suami istri yang nggak tinggal serumah?" "Ada," jawab wanita itu begitu yakin. "Suami istri yang LDR bukannya nggak tinggal serumah?" "Giselle!" Xabiru langsung memekik. Yang mana kelakuannya ini membuat Niko, sang asisten mau tidak mau tertawa. "Iya ... iya," wanita itu langsung meringis. "Galak amat! Orang aku cuma becanda," selorohnya. "Lagian, pake tanya segala macam. Harusnya kamu senang bisa pindah ke rumahku dari pada tinggal di kos-kosan murah yang kamu tempati sekarang. Biarpun tinggal serumah, aku juga nggak kepikiran buat macam-macam sama cewek aneh seperti kamu." "Ya maaf. Aku cuma memastikan aja. Jadi nggak salah, kan?" debat Giselle. Mana mau ia kalah di depan Xabiru. Enak saja, pikirnya. "Ya udah, kalau nggak ada yang perlu di revisi mending cepat kamu tanda tangani. Biar berkas perjanjiannya bisa segera dibawa untuk disahkan sama notaris." "Oke." Giselle lantas meraih pena yang Jonathan berikan. Mulai membubuhkan tanda tangan di semua lembaran berkas lalu bergantian dengan Xabiru. Setelah keduanya selesai menandatangi, gegas Jonathan menyimpan berkas tersebut ke dalam tas yang ia bawa. Lalu membawanya segera menuju kantor notaris yang sudah Xabiru tunjuk. "Dua minggu lagi kita nikah. Aku harap mulai sekarang kamu membiasakan diri untuk bersikap anggun dan menjaga sikap di depan orang banyak. Bukannya bar-bar kayak sekarang," perintah Xabiru. "Belum juga nikah, udah main ngatur-ngatur aja. Bukannya itu nggak ada di klausa kontrak kita?" Entah sudah berapa kali Giselle melayangkan protes. Kali ini wanita itu bahkan turut cemberut. Sedari awal bertemu, ia memang sudah memastikan kalau calon suaminya ini tipikal pria yang cerewet melebihi dirinya. "Siapa bilang nggak ada? Point nomor empat, kedua belah pihak wajib menjaga harkat dan martabat pasangan. Kamu sadar dan waras, kan? Tolong jangan lupa ingatan kalau kamu bakal nikah sama siapa," ketus pria itu. "Hmm ... " Giselle berdeham malas. "Nggak usah kamu ulang-ulang. Aku tau kok bakal nikah sama Xabiru Anthony Massen. Cowok kaya pemilik Production House terkenal dan Seluruh stasiun televisi ternama yang ada di Indonesia." Xabiru langsung tersenyum dengan sombong. "Bagus kalau kamu sadar. Itu sebabnya, aku nggak mau ya, kamu buat aku malu di depan orang banyak. Dan itu ... " Xabiru memajukan dagunya ke arah Giselle. "Dandanan kamu tolong dibenerin." "Emang dandanan aku kenapa? Ada masalah?" Giselle langsung menunjuk wajahnya sendiri. Wanita itu tampak sekali semakin kesal. Kenapa juga Biru makin lama makin menyebalkan. Sementara Xabiru memilih untuk melangkah maju. Mendekati posisi di mana Giselle tengah berdiri lalu tak lama pria itu memajukan wajahnya seraya berbisik. "Dandanan kamu itu kampungan, ketinggalan zaman. Mana ada istri seorang pimpinan tampilannya kayak kamu," ejek pria itu. Giselle menarik napas dalam-dalam. Tampak sekali berusaha untuk menahan emosi yang siap meledak kapan saja. Sialan ini cowok. Sok kecakepan banget, sih! Dia pikir, di dunia ini cuma dia cowok paling sempurna? Namun, alih-alih mengeluarkan seluruh u*****n tersebut, Giselle memaksakan diri untuk tersenyum. Detik berikutnya tanpa ragu balas menjawab ucapan Xabiru dengan lirih. "Oke, aku bakal dandan dan rubah penampilan sesuai permintaan kamu. Tapi kalau nanti setelah dandan aku berubah cantik, jangan sampai kamu naksir aku." Wanita itu mengerlingkan mata penuh goda. "Mana mungkin aku jatuh cinta sama kamu, Giselle. Rasa-rasanya mubazir banget kalau tampang cakep yang aku punya ini dipake buat naksir cewek aneh macam kamu." Giselle tidak tersinggung sedikit pun. Ia seolah tidak perduli dengan hinaan yang calon suaminya itu layangkan padanya. "Nggak ada yang tau hati kamu besok, lusa, minggu depan atau bulan depan, Biru. Aku sumpahin kamu nanti bakal naksir trus nggak bisa hidup tanpa aku. Inget, ya! Doa orang teraniaya itu di denger sama Tuhan." "In your dream! Kalau itu sampai terjadi di kemudian hari, artinya aku udah nggak waras." Giselle menarik sudut bibirnya membentuk senyuman mengejek. s****n banget ini Xabiru malah nantangin. "Oke, tunggu aja. Aku pastikan bakal buat kamu nggak waras nantinya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD