PERGINYA PAHLAWAN NISCALA

1341 Words
Beribu-ribu tahun yang lalu, sebuah dunia sihir yang memiliki dua kerajaan terbentuk. Kerajaan itu adalah Tyrion dan Marven, Tyrion adalah sebuah kerajaan yang letaknya di daratan bebatuan sementara Marven adalah kerajaan di dalam air.   Niscala adalah nama dunia sihir itu, kokoh dan tidak terkalahkan. Dua kerajaannya sangat rukun sehingga tidak pernah ada masalah, hidup semua bangsa Niscala sangat aman dan damai, tentu saja itu berkat dari salah satu penyihir terkuat mereka yang bernama Tierra.  “Tierra! Sedang apa kau di sana?” seru Sadyakala, putra dari King Tyrion I. Dia dalah seorang pangeran sekaligus teman baik Tierra. “Kau menemukan hal baru? Sangat nyaman menjadi dirimu karena kau diberi izin untuk pergi ke manapun.”  “Kenapa kau memasang wajah cemburu begitu? Kau akan segera menjadi raja dan saat aku melayanimu, akan aku ceritakan semua pengalaman yang aku kumpulkan.”  “Aku dengar Ayah akan mengizinkanmu mengintai di wilayah perbatasan Saujana, apa itu benar?” tanyanya.  “Ya,” jawab Tierra semangat. “Akhirnya, sebenarnya berapa umurku sekarang? Aku dengar sepuluh tahun usia kita adalah satu tahun usia bangsa Saujana! Jika sekarang aku berusia dua ratus tahun.. itu artinya aku berusia dua puluh tahun di alam sana.”  “Kapan kau akan berangkat? Siapa yang akan menemanimu? Kau akan kembali dengan selamat, bukan?” tanya Sadyakala beruntun. “Aku akan mati karena bosan jika tidak ada kau dan ceritamu itu. Lagipula kenapa keturunan raja tidak boleh pergi ke perbatasan atau berjalan jauh ke dalam hutan?”  “Di dalam hutan masih ada banyak Althaia yang belum dijinakkan,” jelas Tierra sambil terkekeh. “Bukankah kekuatanmu sudah meningkat tajam? Kau adalah satu-satunya pangeran di istana, kau harus melindungi istana dan ketujuh saudarimu.”  “Kenapa aku harus berjuang jika dirimu ada di sisiku?” goda Sadyakala. “Penyihir terkuat Niscala yang lahir dari bangsa Tyrion, kau memang yang terhebat! Tetapi di usiamu yang sekarang, tidakkah kau ingin mencari istri?”  Sadyakala tidak tahu bahwa godaannya hari itu akan membuatnya kehilangan sahabatnya. Dia tidak tahu jika godaannya akan membuat Tierra pergi untuk selama-lamanya dan tidak akan pernah kembali ke Niscala meskipun nanti Sadyakala yang menjadi raja Tyrion. Bukan hanya itu, semua bangsawan istana menyesali keputusan mereka untuk mengirim Tierra ke Saujana karena hari itu..  “Aku melihat seorang gadis yang sangat cantik,” ujar Tierra kepada Sadyakala di hari pertamanya dia kembali dari Saujana. “Dia memiliki senyuman yang membuat sihirku membara, aku tidak bisa menahan diriku ketika aku berada di dekatnya dan saat itulah aku menyadari bahwa ini yang dinamakan cinta.”  “Cinta?” ulang Sadyakala tidak mengerti. “Kenapa kau bisa beranggapan jika itu adalah perasaan cinta? Memangnya sekuat itu sampai kau bisa langsung mengetahui meskipun kalian hanya bertemu satu kali?”  Tierra mengangguk cepat. “Untuk penyihir seperti kita, mereka berkata jika kita sudah menemukan orang yang tepat rasanya seakan-akan sihir kita tidak lagi memiliki penghalang. Rasanya sangat bebas dan aku merasakan itu. Aku tidak sabar untuk kembali ke Saujana dan menemuinya lagi.”  Pemikiran Sadyakala masih positif, dia berpikir mungkin Tierra hanya sedang senang karena baru pertama kali dia merasakan perasaan seperti itu namun ternyata Tierra terus mengulang cerita tentang gadis itu setiap kali dia kembali dari Saujana.  Saat itulah Tierra memiliki pemikiran bahwa dia akan membawa gadis itu ke Niscala namun setelah berbicara dengan para tetua mereka ternyata bangsa Saujana yang terlahir tanpa kekuatan sihir tidak bisa memasuki wilayah Niscala yang memiliki aura sihir yang sangat kuat atau tubuh mereka akan melebur. Itulah pemicunya, itulah pemicu pemikiran gila Tierra.  “Apa yang akan aku lakukan di sini? Berburu? Aku sudah muak dengan berburu atau melawan makhluk asing, jadi harus apa aku sekarang?” tanyanya kepada dirinya sendiri. “Bagaimana jika aku tinggal di Saujana saja? Lagipula dia sudah mengetahui siapa aku dan aku sudah berjanji padanya bahwa aku akan kembali.”  “Apa yang kau pikirkan?” celetuk Sadyakala. “Jika kau memilih hidup bersama gadis Saujana itu maka kekuatanmu bukan lagi kekuatanmu. Kau mengerti maksudku, bukan?”  “Aku juga tidak lagi membutuhkan kekuatan ini,” katanya. “Kau tidak lihat bagaimana mataku selalu berubah? Aku ingin menjadi sepertimu, menjadi seperti yang lain jadi aku tidak lagi merasa terbebani dan bisa hidup dengan damai bersama anak dan istriku.”  “Jadi kau akan hidup bersama gadis itu? Kau memilih gadis itu dan akan meninggalkan kami di sini?”  “Meninggalkan? Apa maksudmu? Aku bisa dengan mudah kembali, kau tahu itu, bukan?”  “Kau belum paham apa maksudku, Tierra. Jika kau memilih gadis Saujana itu maka artinya Niscala akan mengambil anugerah yang telah mereka berikan padamu, seluruh kemampuanmu dan apapun itu. Kau akan menjadi manusia biasa.”  “Peraturan macam apa itu?” tanya Tierra tidak mengerti. “Kenapa kita hanya boleh memiliki pasangan dari sesama penyihir?”  “Itu sudah aturannya, itu aturan yang ditetapkan oleh para pendahulu kita dan mungkin jika kau meninggalkan Niscala, kau akan mengukir sejarahmu sendiri.”  “Apa lagi maksudmu?”  “Beruntunglah kau karena aku selalu membaca buku,” decak Sadyakala. “Kau adalah salah satu penyihir terkuat yang tersisa, kau tahu berkat ice ruler atau penguasa salju belum diturunkan tetapi dia akan berasal dari bangsa kita dan dari buku yang aku baca, penyihir kuat akan memiliki hubungan dengan penyihir kuat lainnya. Tetapi jika salah satu penyihir kuat mengingkari takdirnya dan meninggalkan Niscala, dia akan mendapat hukuman dari langit, seluruh kekuatan sihirnya akan dicabut dan keturunannya yang terpilih akan menanggung semua tanggungjawab yang sempat diabaikannya.”  “Maksudmu.. jika aku meninggalkan Niscala maka keturunanku akan kembali ke sini dan menanggung semua yang aku perbuat?”  “Ya,” jawab Sadyakala tegas. “Kami memang bangsa kuat, Tyrion dan Marven adalah kerajaan yang dikenal karena kekuatan mereka dan lagi, kekuatan Niscala sangat besar untuk menangkis niat-niat jahat para makhluk yang tidak memiliki izin. Namun kekuatan Niscala bersumber kepada penyihir terkuat mereka yang artinya, jika kami kehilanganmu, keseimbangan yang terbentuk selama ini mungkin akan terkikis sedikit demi sedikit.”  Awalnya perkataan Sadyakala membuat Tierra ragu. Dia mengurungkan niatnya untuk kembali ke Saujana dan merenungi semua keputusannya sampai kemudian Tierra menemukan jalan keluar. Jika dia adalah penyeimbang Niscala, maka dia akan melindungi Niscala dengan sihirnya.  Karenanya hari itu seluruh langit Niscala ditutupi awan hitam, semua bangsa Marven muncul ke permukaan air dan bangsa Tyrion keluar dari rumah-rumah mereka untuk menatap ke arah langit yang perlahan berubah warna. Mereka bertanya-tanya apa ada yang terjadi dengan Niscala tetapi setelah mengetahui bahwa Tierra mengerahkan seluruh sihirnya untuk melindungi Niscala, mereka akhirnya mengetahui bahwa Tierra akan pergi meninggalkan mereka.  “Bukankah ini terlalu terburu-buru, Tierra?” tanya King Marven I. “Kau benar-benar akan meninggalkan Niscala?”  “Ya,” Tierra mengangguk dan tersenyum. “Ada yang menungguku di Saujana.”  “Kau benar-benar dimabuk cinta rupanya.”  Tierra tertawa. “Menurutmu berapa lama sihirku akan bertahan?” tanyanya.  “Sihir seperti ini mungkin masih bisa bertahan sampai dua ribu tahun lagi, cukup lama dan mungkin aku akan meninggalkan dunia ini lebih dahulu sebelum sihirmu berhasil dipatahkan,” King Marven I tertawa dengan leluconnya sendiri sebelum kemudian menghela napas. “Tapi apakah ini perlu?”  “Jadi kau akan pergi ke Saujana?” tanya King Tyrion I. “Kau tahu anak-anak di sini akan kehilangan guru mereka, bukankah begitu, Nak?”   “Maaf, tapi ini keputusanku.”  “Jika kau melakukan ini, itu artinya kau tidak akan ada saat aku menjadi raja nantinya. Apakah kau mengingkari janjimu?” seru Sadyakala tepat sebelum Tierra melangkah melewati sihir menuju perbatasan.   “Mungkin bukan kita yang akan bertemu tetapi jiwaku akan kembali pulang, Sadyakala. Aku dilahirkan di Niscala dan jiwaku akan selalu mencari jalan untuk pulang. Jika buku yang kau baca itu benar, keturunanku akan kembali ke sini sesuai dengan takdirnya. Kalau begitu.. selamat tinggal.”  Dan itu adalah terakhir kalinya bangsa Niscala melihat Tierra, penyihir terkuat yang memiliki anugerah dari Niscala sendiri. Tierra hidup sebagai bangsa Saujana dan tidak ada yang mengetahui tentang kematiannya selain sihir dari Niscala yang menarik jiwanya dan menahannya selama beribu-ribu tahun sebelum menganugerahkannya kepada seorang bayi laki-laki yang diberi nama Arfeen Tierra. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD