1. Takdir Pertemuan

1020 Words
(SEBELUM BACA, WAJIB TAP LOVE Ya!) Hujan mengguyur deras membuat orang-orang yang baru turun dari bus terjebak di halte. Mereka hanya bisa pasrah dengan keadaan, karena tidak ada satu kendaraan yang lewat. Malam semakin larut, akan tetapi hujan masih belum reda juga. Sebagian orang mulai pergi meninggalkan halte bus. Ada yang mendapat jemputan, ada juga yang terpaksa menerobos air hujan. Di sana masih tersisa tiga gadis cantik yang usianya sebaya, mereka bertiga juga sama-sama membawa koper besar. Mereka adalah Aiko, Yolla dan Flora. Dari penampilannya tampak jelas jika Aiko orang kaya, semua dari ujung kaki sampai ujung rambut adalah merk ternama yang hanya bisa dibeli oleh anak Sultan. Sedangkan Yolla, berpakaian sederhana. Menunjukkan jika dirinya dari keluarga menengah ke bawah. Akan tetapi sorot matanya menandakan jika gadis itu datang ke kota ini membawa tekad yang membara. Di sisi lain, ada Flora yang tampak cemas dan ketakutan. Dari pakaiannya seperti tuan Puteri yang memakai gaun elegan dari sutera mahal. Terlihat jelas juga dari keturunan bangsawan. "Hay... perkenalkan, nama aku Aiko. Nama kalian siapa?" tanya seorang gadis berambut bergelombang. Aura kepercayaan dirinya memancar lewat tatapan mata beningnya. "Nama aku Yolla" jawab gadis berambut pirang sebahu dengan senyuman ramah. "Nama aku Flora," timpal gadis berambut lurus dan hitam lebat dengan senyuman manis. Aiko mengangguk, gadis mempesona itu melihat kedua orang yang baru dikenalnya terlihat gelisah. "Tujuan kalian kemana?" tanya Aiko penasaran. "Aku dari tempat jauh, aku baru saja diterima di sebuah universitas A. Jadi aku masih mencari tempat tinggal yang dekat dengan universitas aku," jawab Yolla tanpa ragu-ragu. "Aku sama, aku juga dari tempat yang jauh. Kedatanganku ke sini untuk mencari seseorang, tapi aku juga masih belum memiliki tempat tinggal. "Aku punya paviliun peninggalan kakekku, kamarnya kebetulan juga ada tiga. Bagaimana kalau kalian tinggal bersamaku?" tawar Aiko ramah. Flora dan Yolla terdiam sejenak. Mereka berpikir sekarang sudah larut malam, bagi seorang gadis tidak baik untuk tetap tinggal di sana. Dengan serempak keduanya mengangguk dengan senyuman indah. "Berapa harga sewa untuk perbulan?" tanya Yolla, gadis memikat itu sedikit khawatir karena tidak membawa uang yang banyak. "Aku tak butuh uang, aku hanya ingin kalian tugas bersih-bersih dan memasak saja!" jawab Aiko tenang. "Tapi, aku tidak bisa memasak?" sela Flora cemas. "Santai saja, aku jago masak! dan kamu yang bertugas bersih-bersih," sela Yolla sambil menyentuh bahu kiri Flora dengan lembut. Seketika Flora setuju, karena kalau bersih-bersih gadis manis itu yakin pasti bisa. "Baiklah kalau kalian setuju, sebenarnya paviliunnya tidak jauh dari sini, berjalan kaki paling butuh waktu sepuluh menit. Hanya saja hujannya masih lebat, sebaiknya kita tunggu disini sebentar!" saran Aiko senang karena punya teman untuk tinggal bersama. Selama ini Aiko selalu kesepian karena menjadi anak tunggal. Kedua orang tuanya juga terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Sekali berkumpul yang ada hanya pertengkaran. Sambil menunggu, mereka bertiga saling bertukar cerita masing-masing. Mereka bertiga langsung merasa akrab dan tidak menyembunyikan apapun juga. Rupanya Aiko kabur dari rumah sebab kesal dengan kedua orang tuanya yang memblokir kartu kredit nya dan juga fasilitas yang lain, sebab kehidupan Aiko memang glamor dan suka foya - foya. Tetapi untung saja Aiko masih ada kakak sepupu yang begitu sayang padanya, sehingga urusan uang masih aman. Sedangkan Yolla ke kota ini hendak kuliah, tetapi dia memiliki cerita yang pedih. Kisah cintanya kandas karena kedua orang tua kekasihnya melarang sebab Yolla tidak sederajat. Makanya Yolla nekat ke kota untuk menggapai mimpi mengangkat derajat keluarganya. Di sisi lain, Flora yang dari keturunan bangsawan itu baru tahu jika ibunya masih hidup. Karena sejak kecil semua bilang jika ibunya sudah meninggal, begitu tahu kabar yang sesungguhnya Flora yang terbiasa hidup di manja nekat kabur tanpa izin ayahnya. Apalagi di juga tidak mau dijodohkan dengan pilihan ayahnya. "Kenapa nasib kita hampir sama ya? Intinya kabur dari rumah walau tujuannya berbeda," kata Aiko tertawa lepas. "Iya, dan lucunya lagi Aiko lahir pada 25 Oktober, aku 1 November dan Flora 14 November. Bukankah itu bintangnya Scorpio semua?" jawab Yolla tak kalah tertawa. "Mungkin karena sudah takdir, kita sengaja dipertemukan untuk saling membantu satu sama lain," timpal Flora lembut. "Flora, apakah kamu tidak memiliki foto ibu kamu?" tanya Aiko. Flora hanya menggeleng lemah dan tak berdaya. "Kota ini luas, butuh waktu lama untuk mencari ibumu, sebaiknya kamu besok daftar kuliah dulu! Jangan sampai kamu melalaikan pendidikan dan merusak masa depanmu sendiri," saran Yolla perhatian. Aiko ikut mengangguk menyetujui saran Yolla yang masuk akal. "Apa aku bisa diterima? Selama ini nilai aku biasa-biasa saja," tanya Flora cemas. "Tenang saja, nanti aku bantu! Begini-begini aku masuk ke Universitas A karena beasiswa prestasiku," jawab Yolla membanggakan dirinya. "Wah... hebat!" puji Aiko dan Flora bersamaan. "Sepertinya aku juga mau pindah ke Universitas A, supaya kita bisa belajar bersama. Tapi aku juga tidak yakin apakah aku bisa diterima, karena selama ini aku malas belajar," timpal Aiko menertawakan dirinya sendiri. "Nanti kita belajar bersama. Aku juga harus tetap belajar untuk mempertahankan prestasiku, kalau tidak nanti beasiswaku akan dicabut," ucap Yolla menyemangati dirinya sendiri. "Yolla, sekarang kedua orang tuamu usaha apa? Kejam sekali orang tua kekasihmu," tanya Flora ikut terharu mengingat kisah Yolla yang menyedihkan "Sekarang sudah mantan! Aku tidak mau mengingat dia lagi. Sekarang ayah ibuku membuka usaha laundry kecil-kecilan, karena kami juga tidak memiliki banyak modal," jawab Yolla berusaha tegar. "Yolla, bayaran pekerjaan sampingan itu kecil, apalagi kamu juga masih belum lulus kuliah. Lebih baik cari cowok tajir saja! Itu cara tercepat mendapatkan uang banyak," saran Aiko tertawa pelan. "Aku tidak mau menjual tubuhku demi uang," protes Yolla tangguh. Aiko tertawa keras, sedangkan Flora yang polos meringis kecut. "Kamu masih bisa mempertahankan keperawanan kamu! Kalau aku hampir setiap bulan gonta-ganti cowok, cuma aku tidak terobsesi dengan uang. Hanya saja melihat mereka patah hati aku merasa puas," jelas Aiko apa adanya. "Benarkah? Apa kamu tidak takut?" tanya Flora yang merasa merinding. "Kenapa takut? Kalau mereka macam-macam aku hajar saja, aku jago karate." jawab Aiko bangga. Mereka kemudian tertawa bersama. Tanpa terasa hujan sudah berhenti, tinggal gerimis kecil yang masih tersisa. "Ayo, sebaiknya kita segera ke paviliun!" ajak Aiko pada kedua teman barunya. Flora dan Yolla berjalan beriringan mengikuti setiap langkahku Aiko, biarpun baru pertama kenal tetapi mereka berdua langsung percaya pada Aiko jika gadis itu anak yang baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD