1

1525 Words
Maaf jika masih banyak typo karena belum di revisi. Terimakasih sudah membaca. Hari ini Adara kehilangan buah hatinya, ia kehilangan Arganya. Arga yang sudah ia jaga dan ia besarkan mati-matian sendiri tanpa sosok Saga yang seharusnya merupakan Papa dari Arga. Yang membuat Adara semakin sakit adalah Arga meninggal karena Saga. Ini semua karena Saga tidak mengangkat telfonnya dan karena Saga lebih memilih anak orang lain. Padahal disini anaknya kemarin sedang berusaha untuk kesembuhannya. Sayang sekali, Arga tidak akan bisa bertahan jika tidak mendapatkan donor sum-sum tulang belakang dari Saga. Sampai akhir, Arga tidak mendapatkan. Kini Adara masih merasa bahwa semuanya ini hanya mimpi saja, ia bahkan tidak memperbolehkan dokter untuk melepas alat-alat yang melekat pada tubuh Arga tersebut. Ia yakin bahwa Arga masih bisa hidup lagi. "Sayang, udah cukup. Arga udah tenang disisi Tuhan. Kamu jangan menunda seperti itu, kasian Arga." ujar Mama Adara yang juga menangis. Bagaimana tidak? Seluruh keluarga Adara sedang merasa menyesal karena dahulu mereka mengusir Adara saat tahu bahwa Adara hamil, hingga saat mereka menemukan Adara waktu itu Adara tidak ingin kembali ke mereka. Padahal mereka berharap bisa ada tawa dari Arga di rumah keluarga mereka. Namun sekarang semuanya hanyalah angan-angan yang tidak akan bisa tercapai lagi karena cucu pertama mereka telah meninggal dengang tenang. Meninggalkan mereka semua yang bersedia dan menyesal saat ini. "Mah, Arga itu belum meninggal Mah. Arga itu masih hidup dia cuman lagi tidur aja Mah." ujar Adara kepada Mamanya tersebut pada saat ini. Sementara itu Alex sekarang sedang bertanya kepada Skala di luar ruangan. Ia tak menyangka akan bertemu Skala disana. Ia pun bertanya. "Lo kok bisa disini Ska? Lo udah lama tahu kalo Adara sama Arga disini?" tanya Alex kepada Skala tersebut dan Skala tampak mengangguk. "Udah lama Bang, tapi Adara ga mau keluarganya tahu." ujar Skala. "Terus kenapa Lo ga bilang ke kita kalo Arga sakit? Apa Adara juga ga ngebolehin Lo buat bilang ke kita semua?" tanya Angkasa hampir menangis. "Bukan gitu Bang, tapi gua udah nelfon Lo dan yang lainnya. Ga diangkat Bang, mungkin karena Lo lagi sibuk atau nomornya ga dikenal makanya kalian ga nerima panggilan gua ini." ujar Skala kepada Alex. Sekarang Alex menjadi tambah mereka bersalah, rasanya sangat menyakitkan sekali, apalagi bagi Adara. Adara pasti merasa sangat sedih dan tidak tahu harus apa lagi. Saat sedang di luar itu mereka melihat ada Saga yang berlari ke arah ruangan Arga. Alex sekarang ini menghentikan Saga dan ia menonjok Saga. "Gua beneran ga tau otak Lo ada dimana. Kenapa Lo ga bisa kasih kebahagiaan sedikit aja buat Adara sama Arga. Kenapa Lo malah jadi alasan Arga meninggal. Kenapa Lo selalu menyakiti Adara!" teriak Alex tersebut. Saga hanya diam saja karena semua yang dikatakan oleh Alex itu benar. Ia hanya bisa menyakiti Adara saja, dulu bahkan sampai sekarang juga. "Lex, biarin Saga ke dalam dulu. Dia pasti mau liat Arga." ujar Alisa yang merupakan tunangan Alex. Akhirnya Alex memberikan kesempatan untuk Saga meskipun ia yakin bahwa kedatangan Saga pasti akan membuatnya semakin rumit. Pasti Adara tidak akan tinggal diam begitu saja nanti. Benar saja, kedatangan dari Saga membuat suasana semakin mencekam karena saat ini Adara yang melihat Saga datang itu langsung mendekati Saga. Ia menampar Saga dan memukul Saga, Adara mengeluarkan segala unek-uneknya kepada Saga yang membuat dirinya kesal sekali. "Ngapain kamu disini, kehadiran kamu disini ga ada yang mengharapkan. Kamu telat Saga, kamu telat buat semuanya." ujar Adara kepada Saga. "Ra, maaf Ra aku ga maksud buat semua ini, aku juga ga tahu kalo bakalan kayak gini. Aku sayang banget sama Arga Ra. Aku sayang sama dia, kalo aja aku tau dia..." ujar Saga yang di potong oleh Adara saat ini. "Kalo aja apa Saga? Kalo aja kamu ga lebih perduli sama Bian pasti sekarang Arga masih hidup. Pasti sekarang Arga masih panggil aku Mama dan mungkin juga dia bakalan panggil kamu Papa. Tapi kamu hancurin itu semua Saga. Kamu hancurin impian kamu sendiri." ujar Adara kepada Saga. Perkataan Adara semuanya benar dan Saga tidak menyangkal sama sekali. Memang semuanya merupakan salah Saga, kini Saga meminta maaf. "Maaf Ra, aku beneran ga tau keadaan Arga kayak gini. Tolong biarin aku satu kali aja meluk Arga sekarang Ra. Aku sayang banget sama Arga, aku menyesal Adara. Ini penyesalan terbesar dalam hidup aku." ujar Saga. "Ga, ga boleh pokoknya. Orang yang bunuh anak aku ga boleh ada disini. Pergi kamu Saga, kamu ga pantes disini. Dia cuman anakku, dari dia lahir sampai sekarang dia itu cuman anakku." ujar Adara kepada Saga tersebut. Saga masih mencoba untuk mendekat ke arah Arga yang mana membuat Adara semakin kesal pada Saga. Ia mengamuk kepada Saga itu. Dari luar, Abraham mendengar suara orang berteriak di salah satu kamar. Ia pun mencoba untuk masuk ke dalam, ternyata di dalam ada anak yang sudah meninggal. Sepertinya orangtua anak tersebut belum rela kehilangan anak. Abraham melihat ada cewek yang saat ini terus menerus memukul cowok yang mencoba untuk mendekat ke arah ranjang pasien anak yang sudah tidak bernyawa itu. Akhirnya Abraham sekarang ijin untuk menenangkan cewek itu pada beberapa orang yang ia yakini orangtua cewek. "Mohon maaf bapak, saya Abraham salah satu psikiater disini. Saya ingin meminta ijin untuk menenangkan mbak itu. Apakah diperbolehkan?" tanya Abraham yang bertanya dengan nada sopan kepada Papa Adara. "Iya, tolong tenangkan Adara. Kami mohon sama kamu." ujar Papa Adara. Sekarang ini Abraham mendekat ke arah Adara, ia kini menarik Adara dalam pelukannya untuk menenangkan Adara. Adara sebenarnya hanya butuh pelukan yang erat dan transfer energi positif. Sekarang Adara memang memberontak dalam pelukan Abraham. Namun Abraham tetap memeluk Adara. Ia meminta kepada Saga untuk melakukan hal yang tadi ia ingin lakukan kepada anaknya yang sudah tidak bernyawa lagi itu. Saga mendekati Arga. Sekarang ia menangis sejadi-jadinya dan memeluk Arga tersebut. "Arga maafin Papa Arga, Papa ga bermaksud buat bikin kamu kayak gini. Papa ga tau kalo kamu sakit. Arga kenapa kamu ninggalin Papa sama Mama? Kamu bahkan belum pernah manggil Papa Saga dengan sebutan Papa. Kenapa kamu pergi secepat ini Arga." ujar Saga masih menangis sekarang. Semuanya disana tampak penuh dengan kesedihan dan penyesalan. Saga sangat sakit kehilangan Arga karena bahkan ia baru menemukan Arga satu tahun yang lalu dan baru bisa bermain dengan Arga satu tahun yang lalu. Namun sekarang Arga sudah pergi meninggalkan dirinya. Lebih sakitnya lagi Arga pergi meninggalkan dirinya karena kesalahan dari dirinya juga. "Mohon maaf bapak, kamu akan melepaskan alat-alat ini." ujar suster yang ada disana. Namun Saga sama seperti Adara. Kali ini Adara sudah ditenangkan oleh Abraham, dan masih menangis di pelukan Abraham. Gantian Saga yang tidak membolehkan semua alat-alat itu di lepas. Pada akhirnya Saga ditarik oleh teman-temannya yaitu Sultan dan Zean juga. "Ikhlaskan Ga, biarin Arga tenang disana." ujar Sultan sembari menarik Saga. Adara sekarang melihat alat-alat itu di lepas dari tubuh anaknya dan dirinya sekarang pingsan dalam pelukan Abraham. Abraham pun membawa Adara untuk mendapatkan perawatan, Alex mengikuti Abraham bersama Alisa sementara Papa, Mama dan yang lainnya mengurus hal-hal untuk pemakaman dari Arga. Mereka semua sudah memutuskan untuk memakamkan Arga di Bandung. Mereka menghubungi keluarga disana juga. Sekarang ini jenazah dari Arga sedang dibawa menuju ke Bandung. Adara terbangun dari tidurnya, ia langsung mencari dimana keberadaan Arga. Ia berharap sekali bahwa apa yang ia alami itu hanya sebuah mimpi saja. Namun ternyata semuanya ini kenyataan, ia tidak bermimpi. Ia benar-benar kehilangan Arga. Abraham masih ada disana, ia memenangkan Adara. "Ra, Arga sekarang udah dalam perjalanan menuju ke Bandung. Besok Arga dimakamkan. Kamu yang ikhlas ya Ra, maaf Kakak terlambat buat datang." ujar Alex yang sudah menangis saat ini, Adara pun menangis lagi. "Adara mau ke Bandung Kak, Adara mau ikut ke pemakaman dari Arga." ujar Adara yang masih terlihat linglung itu. Alex pun mengangguk saat ini. "Iya, nanti setelah infus ini habis kita berangkat nya ke Bandung." ujar Alex yang diangguki oleh Adara. Kemudian Alex keluar sebentar untuk berbicara pada Abraham. Ia ingin membicarakan hal yang penting saat ini. "Maaf dok, saya tahu kalo ini sebenarnya permintaan aneh. Tapi apa dokter Abraham bisa ikut kami ke Bandung? Bisakah dokter Abraham menjadi psikiater dari Adara. Karena kami melihat tadi dokter Abraham bisa menenangkan Adara, kami yakin bahwa Adara akan terganggu psikisnya karena kehilangan Arga. Jadi kami mohon." ujar Alex karena tadi ia juga sudah membicarakan ini pada Papa dan Mama nya saat mereka belum pulang. "Saya belum bisa menjamin, tapi saya bisa mengusahakan karena saya harus bertanya dahulu kepada pihak rumah sakit." ujar Abraham pada Alex. "Tenang saja dok, sebelum ini kami sudah berbicara pada pihak rumah sakit dan pihak rumah sakit mengijinkan asalkan dokter Abraham bersedia. Kami mohon dok." ujar Alex kepada Abraham. Akhirnya Abraham mengangguk. Hal itu membuat Alex lega dan senang. Kini ia masuk kembali. Sementara Abraham kini sudah bersiap-siap untuk pulang mengambil pakaiannya karena ternyata ia juga akan berangkat nanti bersamaan dengan Adara dan yang lainnya. Sebenarnya sejak melihat Adara di ruangan tadi ia sudah berkeinginan untuk menjaga Adara. Ia ingin melindungi Adara. Saat ia mengetahui Adara menangis dan seperti depresi, disana ia ingin menyembuhkan Adara. Rasanya ia ingin menyembuhkan segala luka yang dimiliki oleh Adara. Sekarang keinginannya benar-benar terealisasi. Entah ia harus senang atau bagaimana karena ia juga harus meninggalkan Bali. Padahal ia baru saja pindah ke Bali beberapa bulan yang lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD