DRAMA

1395 Words
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kau harus memahami hal itu sehingga kau tidak mudah menyepelekan sesuatu. Sama halnya seperti keberadaanku, sesuatu yang bangkit dari dalam mimpimu dan menjadi besar dengan satu tujuan.   Aku hadir dengan satu tujuan dan itu adalah tugasmu untuk memahami tujuanku. Aku akan memberi gambaran tentang sesuatu yang kau tidak tahu, aku akan mengabulkan keinginan terpendammu lalu aku akan memberimu kekuatan meskipun itu artinya kita harus hancur bersama.  Seorang monster yang bangkit dari dalam mimpimu, seorang monster yang akan kau cintai seiring waktu. Aku akan merangkak, meraung dan merayap untuk mendatangimu. Bersiaplah untuk menyambutku. -Monster in My Dream- ***  Pernahkah kalian bosan dengan hidup? Seperti tidak ada yang berubah sama sekali dalam hidup ini, orang-orang di sekitar kita terus membandingkan seakan-akan hidup kita berputar dalam perbandingan mereka. Kita jelas tidak ingin terlibat, jadi kita hanya diam di sudut terjauh sehingga mereka tidak akan pernah menggapai kita, tapi ternyata kita salah. Sampai kapanpun orang-orang akan terus mengerubungi kita seakan-akan kita adalah mangsa terempuk yang pernah mereka lihat. Aku merasakan hal itu, sekarang.  Krystal El Dearni, itu nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Mereka berharap aku bisa menjadi perempuan yang bijaksana dan berharga layaknya kristal. Aku adalah seorang guru ilmu pengetahuan alam di salah satu sekolah dasar yang hanya berjarak 15 menit perjalanan dari rumah, aku juga merupakan anak tunggal. Sejak kecil aku memiliki sifat pemalu, aku tidak pandai berbicara di depan orang banyak, jadi menjadi seorang guru adalah tantangan terbesarku.  Tapi sekarang aku disini dengan wine, musik dan dress. Aku tidak mengerti kenapa aku harus menghadiri acara di malam harinya setelah apa yang aku lalui seharian. Apa mereka semua tidak merasa lelah? Kenapa masih mengadakan pesta di malam hari setelah acara pernikahan yang berlangsung seharian tadi? Lagipula kenapa aku harus menjadi sepupunya dan diharuskan untuk menghadiri setiap bagian acara.  “Apa yang kau lakukan sendiri disini? Mana pasanganmu?”  Aku tidak mengerti kenapa orang-orang selalu penasaran dengan hubungan orang lain. Apa yang akan mereka bandingkan? Visual, pekerjaan atau kekayaan?  “Ayolah, Krys, ini pernikahan adik sepupumu. Kau tidak seharusnya duduk sendiri disini ketika seluruh keluargamu berkumpul dan terlihat bahagia.”  “Ah, ya.”  Tapi bukannya pergi, salah satu temanku yang sekarang menjadi rekan kerja sepupuku itu terus mengajakku berbicara dengan nada menyindir. Apa ada masalah dengan hidupnya sampai dia harus mencari perhatian seperti ini? Dia mulai membanding-bandingkan aku dengan sepupuku Alfi, katanya percuma memiliki paras cantik dan penampilan yang anggun jika tidak tahu cara memperlakukan orang dengan baik. Hal itu terkadang terdengar lucu bagiku, mereka bilang aku terlalu sombong padahal jika itu hanya karena wajahku yang terlihat tidak ramah, maka mereka salah. Tersenyum adalah hal termudah bagiku, hanya saja aku tidak bisa tersenyum kepada semua orang, aku tidak suka melakukannya dan aku tidak ingin melakukannya.  “Krys, semua orang disini memakai dress berwarna cerah. Ada apa dengan milikmu? Kau ingin mengincar salah satu pria disini? Come on, Krys.. ini adalah pesta pernikahan sepupumu dan kau tidak seharusnya mencari perhatian disini dengan dress hitammu.”  Lalu kenapa dia harus peduli? Toh sejak tadi aku hanya duduk diam di sudut ruangan, aku sendirian dan sangat bahagia karena tidak ada yang menyadari keberadaanku lalu perempuan ini datang dan membuat beberapa orang menatap ke arah kami dengan tatapan penasaran. Sial.  “Jangan mencari perhatian disini, Krys. Kau tidak merasa kasihan kepada sepupumu? Lagipula ini adalah pesta pernikahan, bukan pemakaman.”  Sepertinya dia sengaja mengatakannya dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, dia sengaja ingin menarik perhatian dengan memanfaatkanku. Hah, orang-orang yang jarang mengaca ini.   Tetapi sebenarnya hal seperti ini sudah biasa dia lakukan sejak dulu, dia haus perhatian orang-orang tetapi sayang sekali karena tidak ada orang yang tertarik padanya.   “Sepertinya kau yang sedang mencari perhatian disini,” balasku tenang. Sebenarnya aku tidak merasa terpancing dengan ucapannya tetapi ketika aku merasakan semakin banyaknya perhatian yang mengarah kepadaku, aku mulai membencinya.  “Aku?” ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri.  “Hm, bukankah kau memang seperti itu? Kau selalu memanfaatkan orang-orang di sekitarmu untuk mendapatkan perhatian. Contohnya tadi kau berbicara dengan nada yang lebih keras, bahkan awalnya tidak ada yang peduli tentang keberadaanku disini jika itu bukan karena dirimu. Jadi berhentilah melakukannya, berhenti memanfaatkan visual dan kepribadianku hanya untuk membuat seseorang memperhatikanmu. Itu hanya membuatmu terlihat semakin menyedihkan di mataku.”  Ini adalah aku. Aku jarang berbicara tetapi ketika aku merasa perlu mengeluarkan suaraku, aku menjadi sangat kejam dengan kata-kataku. Selalu, setiap saat aku mencoba untuk tidak ikut campur dalam masalah apapun, diam dan memilih dianggap tidak ada dalam setiap situasi dan mengontrol perkataanku. Aku hanya.. tidak menyukai sebagian orang yang hadir di hidupku- ah mungkin lebih dari sebagian.  “Apa kau bilang? Aku memanfaatkanmu?”  Lihat drama murahan ini, aku benar-benar tidak tahan. Kenapa dia bertingkah sebagai korban sekarang? Apa memang hidupnya seperti itu? Kasihan.  Dia mulai mengangkat gelas berisi wine, sepertinya aku harus siap-siap basah. Tetapi itu akan menguntungkanku, aku akan memiliki alasan untuk pergi menjauh dari keramaian tidak penting ini. Lagipula tidak ada yang mencariku, aku diam disini hanya sebagai bukti bahwa aku juga hadir sehingga orang tuaku tidak perlu menceramahiku nantinya.  “Kau tahu seberapa sombongnya dirimu? Berkelas? Omong kosong. Kau hanya seorang munafik yang terus mencari perhatian banyak pria, kau bahkan menolak banyak pria yang menyatakan cinta mereka padamu,” dia mendengus, “kau penuh kepura-puraan. Munafik.”  Jika dia ingin menyiramku, kenapa tidak langsung melakukannya? Apa aku peduli dengan setiap ocehan tidak pentingnya? Tidak sama sekali. Orang-orang tidak pernah mau melihat lebih jauh, artinya dia tidak mengenalku sama sekali jadi aku tidak perlu mendengarkan mereka karena itu sama sekali tidak mempengaruhi hidupku. Jika dia iri dengan berkah Tuhan yang diberikan kepadaku, seharusnya dia berusaha sebisa mungkin atau dia hanya perlu memperlihatkan inner beauty nya, bukan malah keliling dan menghasut orang lain untuk ikut membenci orang yang tidak disukainya. Dia marah karena aku dikelilingi banyak pria dan aku menolak mereka semua? Jika dia tidak bisa menghargai dirinya sendiri, kenapa malah menumpahkan amarahnya padaku?   “Apa itu menjadi salahku jika tidak ada yang menyukaimu?” tanyaku tenang, aku juga mengangkat gelas wine ku dengan wajah datar yang dia bilang sombong ini. “Kau membuang waktumu untuk menjadi sepertiku, jadi sadarlah, kau berharap pada seseorang yang tidak pernah mengharapkanmu dan kau menyalahkanku ketika dia malah lebih menyukaiku daripada dirimu yang sudah mencoba untuk terlihat sepertiku? Lucu. Sudah jelas dia akan lebih memilih yang asli.”  Bagus. Segera siramkan cairan merah itu padaku, bantu aku keluar dari tempat bodoh ini. Bantu aku untuk segera kembali ke duniaku yang jauh lebih menarik dari tempat ini.  Byurr..  Sangat bagus.   Aku melihat banyak orang menutup mulut mereka karena terkejut tetapi ekspresiku tidak berubah sama sekali- ah, mungkin aku terlihat lebih bahagia karena akhirnya aku memiliki alasan untuk pergi.   Berdiri dari dudukku, aku menyempatkan diri untuk meminum wine ku seteguk sebelum pergi. Namun sebelum itu aku berbisik di telinga temanku bahwa aku berterimakasih padanya karena membuatku bebas untuk pergi.  Langit malam terlihat sangat indah, akan menyenangkan jika aku membaca novel di dekat jendela sambil menikmati angin malam menyapa wajahku. Aku membuang waktuku seharian ini dengan berdiri di tengah-tengah orang yang terlihat sangat senang bertemu kerabat-kerabatnya sementara aku merasa tersiksa.  “Permisi?”  Aku menoleh ke belakang, disana berdiri seorang pria yang juga memakai pakaian berwarna cerah seperti yang lainnya. Dia berjalan lebih dekat ke arahku yang berhenti melangkah, wajahmu penuh dengan senyum, sebuah senyuman yang menyenangkan dan bukan jenis senyuman pria yang bermaksud menggoda.  “Kau menjatuhkan ini,” katanya dengan sangat sopan.  Dia memiliki gelangku di tangannya, sepertinya aku tidak sengaja menjatuhkannya tadi. Dia terlihat sangat sopan tetapi kewaspadaanku meningkat dengan sendirinya ketika melihat orang baru, aku tahu dia tidak akan menyakitiku tetapi tetap saja aku merasa perlu untuk mewaspadainya. Ini adalah kebiasaan atau bisa dibilang reflek yang sudah melekat padaku sejak kecil.  “Ah, terimakasih.”  Seperti dugaanku, dia mengangguk sopan dan langsung kembali ke kerumunan orang. Aku tidak tahu kenapa aku masih memperhatikannya, aku bahkan masih memperhatikannya yang terlihat menghampiri seorang wanita yang menguncir rambutnya. Dia tersenyum sangat lembut kepada wanita itu dan tanpa sadar aku mendengus. Entah kenapa aku merasa sedikit kecewa padahal kami tidak saling mengenal.  Drrrttt.. Drrtttt..  Aku tidak tahu kenapa orang-orang suka menelpon ketika mengirim pesan lebih baik. Secara pribadi, aku tidak suka mengangkat telpon karena itu artinya aku harus berbicara. Aku menunggu sampai getaran itu berhenti dan sebuah- tidak, beberapa pesan masuk.  Alfi: Katanya kakak disiram wine sama Fara, benar?  Alfi: Ada masalah apa lagi? Kenapa Fara bisa menangis? Kakak mengatakan sesuatu yang menyakitinya?  Alfi: Kakak sekarang ada dimana? Tante nyari kakak.  Menghela napas, aku memilih mengabaikan pesan-pesan yang dikirimkan oleh sepupuku itu. Aku salah karena sepertinya aku akan tetap menerima ceramahan dari kedua orangtuaku sebelum aku pergi tidur malam ini.  Hah, berusaha untuk hidup dalam realita ternyata tidak semenyenangkan yang aku kira, apalagi jika hidup dalam drama. Aku tidak bisa membayangkan akan semelelahkan apa. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD