chapter 1

1067 Words
"Ayanaaaa.........!!, Kembali kamu" teriak pak Aziz pada Ayana, yang di panggil tetap melangkah pergi meninggalkan pak Aziz yang masih berkacak pinggang dengan nafas memburu, Bu Shafira dan Arina mendekat ke pak Aziz dan memegang tangannya. "Sudah pa sudah, jangan terlalu emosi nanti sakit jantung papa kumat" ucap Bu Shafira Menenangkan suaminya "Lihat itu anak kamu, Makin tak terkendali mau jadi apa dia!" "Sudah pa, kan masih ada Arina. Arin janji akan membanggakan papa" Ucap Arina "Memang Kakak kamu itu nggak tahu di untung, tidak bersyukur dengan apa yang dimiliki. Lihat saja, tak ada seminggu juga dia akan kembali ke rumah ini lagi" ucap pak Aziz sambil duduk di sofa ruang tengah dan meminum tehnya. Oooo----oooO Cast : Ayana Varrania Arabella Arina Feriska Indira Gian Alvar Reiner Sean Paul Hendriko Three months later Suasana di sebuah gedung yang sedang dibangun sedang hiruk pikuk, para pekerja bangunan saling bekerjasama untuk bisa menyelesaikan pembangunan gedung tepat waktu, para kuli bangunan yang di awasi mandor bekerja dengan sigap. Sebuah mobil range Rover putih berhenti di depan proyek pembangunan gedung itu, seorang pria muda yang Adalah arsitek gedung itu juga seorang pria paruh baya pemimpin proyek. Keduanya masuk dalam area gedung itu. Tapi ada pemandangan yang membuat dua orang itu berhenti yaitu seorang gadis yang menjadi kuli bangunan, wajahnya terlihat cantik walau penuh debu. Dengan celana jeans bekel kotor penuh noda semen dan kaos lengan panjang sama belelnya. Dua orang itu saling berpandangan dengan tatapan aneh, pimpinan proyek memanggil mandor untuk ditanyai. Mereka masih berdiri dan mengawasi gadis yang sedang fokus bekerja. Seorang mandor datang beberapa menit kemudian. "Apa anda sudah hilang akal?, Kenapa mempekerjakan seorang wanita di proyek ini!" Teriak arsitek itu yang bernama Gian Alvar Reiner "Tapi pak, gadis itu dibawa oleh Karjo dan katanya butuh pekerjaan. Maksud saya hanya menolong pak" "Apa ada masalah kalau wanita menjadi kuli?" Ucap seseorang di belakang mereka yang ternyata adalah gadis yang mereka bicarakan, mereka membalikkan badan. Semuanya terdiam sesaat hingga Gian bersuara "Sebenarnya tak ada masalah, tapi ini pekerjaan kasar, apakah anda sanggup?" Ucap Gian lagi "Anda tanya saja yang lain apakah saya sanggup apa enggak, saya sudah kerja selama seminggu disini. Kalau saya kerjanya nggak bagus pasti pak mandor sudah pecat saya, ya kan pak?" Ucap Ayana dengan memandang mandor yang berdiri di sebelah pimpinan proyek "Benar pak, kerjanya bagus kok, nggak kalah dengan kuli laki laki" jawab mandor. "Ya sudah, nggak ada masalah kalau begitu" tambah pimpinan proyek yang bernama pak Rasyid dan mengajak Gian mengecek pembangunan gedung. Gian masih bertanya dalam hatinya apakah sesulit itu bagi gadis secantik itu mencari pekerjaan sampai harus menjadi kuli bangunan. Walau Gian melihat wajah Ayana penuh debu dan kotor tapi ia bisa lihat kalau Ayana gadis yang lumayan cantik. Oooo----oooO Ayana memasuki rumah kontrakan yang tidak terlalu besar, dia disambut oleh 3 anak kecil berusia sekitar 7 tahunan, 2 perempuan 1 laki-laki "Kak Ayana sudah pulang, capek ya kak?" Tanya Sari salah satu anak itu. "Lumayan, kalian udah pada mandi belum?" Tanya Ayana sambil meluruskan kakinya di kursi ruang tamu. "Udah dong kak" jawab Sara, Sari dan Iqbal "Ya udah, ini kakak bawakan makan malam buat kalian, setelah itu kalian belajar ya?" "Oke kak, makasih ya" ucap ketiganya kompak. Ketiganya makan di ruang makan sedangkan Ayana masih duduk di kursi dan menyandarkan punggungnya. Ia menerawang kejadian saat ia bertengkar dengan papanya dan memutuskan pergi dari rumah. Suara pintu diketuk beberapa kali membuyarkan lamunannya. Ayana menoleh ke pintu yang terbuka dan melihat Sheila sahabatnya ada di sana. "Ngelamun apaan sih sampai nggak denger aku panggil panggil" ucap Sheila berjalan masuk dalam rumah dan duduk di kursi sebelah Ayana. "Enggak ..nggak ada Shel" "Bohong Lo, gue tau elo mikirin keluarga Lo kan?, Pulang aja kenapa sih Ay?" "Nggak Shel, gue nggak mau. Udah cukup semuanya Shel" "Seharusnya Elo tunjukkan prestasi elo pada orang tua elo. Nggak kayak gini malah pergi dari rumah. Gue tahu elo lebih pintar dan cerdas dari Arina kenapa nggak elo tunjukin sih pada ortu elo?" "Untuk apa shil?, Sejak kecil bokap dan nyokap gue selalu memuji Arina. Mending sekalian aja gue yang bodoh" "Susah ya ngomong sama elo, kalau gitu terus ortu Lo nggak akan hargai elo" "Biarin aja, nggak penting juga. Biarkan Arina Bahagia, jika gue menunjukkan encernya otak gue nanti dia sedih Shil" "Elo ya berkorban terus untuk orang lain, tapi untukmu sendiri tak pernah Lo perjuangkan, dimana anak anak asuh Lo?" "Mereka lagi makan di dalam" "Elo kerja keras untuk mereka, apaan kerjaan elo, jadi kuli? Elo itu cewek Ay" "Memangnya kenapa kalau cewek, gue sanggup kok" "Iya gue tahu, tapi apa kata bokap nyokap Lo kalau tau?" "Mereka nggak perlu tahu lah shil, elo tahu kan ini emang salah gue. Gue yang membuat Sari, Sara dan Iqbal menjadi yatim-piatu jadi sudah kewajiban gue mengurus mereka bertiga" "Gue tahu tapi nggak jadi kuli juga kali, elo kan cantik kan bisa jadi SPG kan, bayaran besar pula" "Ih males gue paket rok mini trus high heels. Capek tau" "Aah terserah elo aja. Nih buat anak anak" ucap Sheila memberikan amplop pada Ayana "Apaan ini shil, nggak usah" "Jangan menolak, aku kasih anak anak bukan kasih elo tau" Ayana menatap sahabat baiknya itu, Sheila selalu ada untuknya baik saat ia bertengkar hebat dengan papanya atau saat ia terpuruk dulu saat menyebabkan kedua orang tua si kembar 3 Sari, Sara dan Iqbal meninggal karena mobil mereka menghindari motor yang di kendarai Ayana. "Makasih ya shil, kamu terbaik" "Udah ah, apa apa an sih, ya udah gue pamit ya gue masih ada acara, bye" Sheila berjalan keluar rumah dan meninggalkan Ayana, Ayana berdiri dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ayana sebenarnya lebih dari Arina, dia bisa saja mengambil kelas akselerasi karena otaknya mampu tapi ia tak melakukannya, bahkan kalau mau nilainya bisa lebih tinggi dari Arina tapi ia tak mau Arina jadi down karena sejak kecil kedua orang tuanya sudah memuji dan menyanjung kepintaran Arina. Akhirnya Ayana lebih memilih mengerjakan ujian asal asalan hingga nilainya jauh dari memuaskan. Setelah mandi ia menemani ketiga anak asuhnya belajar, mereka ingin ketiganya sekolah yang tinggi dan menjadi yang mereka cita citakan, bukan seperti dirinya yang drop out kuliah di semester akhir. Ia ingin ketiga adik angkatnya ini bisa sekolah setinggi mungkin, walau mereka bukan adik kandungnya namun Ayana sangat menyayangi mereka, karena hanya mereka yang ia punya, keluarga kandungnya sendiri tidak berpihak padanya. Walau awalnya ia mengasuh Sari, Sara dan Iqbal karena rasa bersalahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD