1 (Revisi)

1882 Words
Promnight awal SMA 45 dilaksanakan secara meriah pada saat ini. Hotel berbintang lima dipilih menjadi tempat promnight awal mereka ini. Promnight awal merupakan promnight yang di laksanakan oleh siswa baru SMA 45 setelah mereka semua sudah selesai menjalankan masa orientasi sekolah. Jadi pada promnight awal ini merupakan perpisahan mereka semua dari masa orientasi sekolah dan juga teman-teman sekelompok mereka di masa orientasi sekolah karena belum tentu mereka besok akan menjadi satu kelas lagi. Mereka saat ini bisa berada disana berkat Saga. Sagara Zidane Pradipta yang merupakan salah satu siswa terkaya di SMA 45. Hotel ini pun merupakan milik keluarganya, jadi ia bisa menggunakan hotel ini semaunya. Seperti yang saat ini telah mereka lakukan. Musik dari DJ terus mengguncangkan aula hotel ini, terdapat pula beberapa minuman beralkohol yang juga disajikan. Mereka bisa menyajikan minuman beralkohol karena acara ini merupakan acara luar sekolah karena ini semua pure pemikiran dari panitia dan pembiayaannya juga pure dari Saga semuanya. Pihak sekolah juga sepenuhnya tidak mengerti mengenai acara ini karena acara ini memang tidak di perbolehkan untuk bocor informasi nya kepada guru-guru di SMA 45. Saga pun saat ini sedang berkumpul dengan beberapa temannya. Ia sedang membahas acara saat ini dengan mengobrol sambil meminum alkohol. Disana, Zean dan Sultan tersenyum jahil ketika melihat Saga menegak habis minumannya. Minuman yang sebelumnya sudah mereka beri obat perangsang. Dan pastinya obat itu akan bekerja dengan cepat. Mereka tak sabar melihat tingkah Saga setelah ini. Pasti Saga akan merasa sangat ingin untuk melepaskan hawa nafsunya tersebut tak lama lagi. Sementara itu Adara atau yang sering dipanggil Ara saat ini berpamitan kepada temannya karena ini pergi ke toilet. Ia sudah kebelet juga sedari tadi. "Nin, gua ke toilet dulu ya, udah kebelet ini." ujar Ara kepada Nindy, temannya. "Oh ya udah ayo gua anter aja Ra, toilet di dalam kayaknya penuh jadi yang di luar aja yok." ujar Nindy tapi Ara menolaknya karena tidak enak dengan Nindy yang sepertinya sedang asyik bersama teman-teman yang lainnya itu. "Ga papa, Lo tenang aja Nin, gua bisa sendiri kok, Lo have fun ya Nin." ujar Ara yang diangguki oleh Nindy yang saat ini melihat ke arah Ara itu. Ara pun saat ini meninggalkan Nindy dan yang lainnya. Ara mencoba untuk melihat toilet di dalam dulu, tapi benar kata Nindy semuanya penuh dan mengantri. Karena sudah tidak sanggup untuk menahannya, Ara memutuskan untuk pergi ke toilet luar. Ia pun keluar dan akhirnya menemukan toilet yang dekat dengan kamar-kamar di hotel. Setelah sudah menggunakan toilet, akhirnya Ara sudah lega. Ia pun masih berada di dalam untuk mengaca dan memoles diri nya tersebut. Sementara itu, saat ini entah mengapa Saga merasakan sangat panas dan gerah sekali. Rasanya sangat tidak enak, ia pun memutuskan untuk keluar dari aula dan langsung pergi ke salah satu kamar yang sering ia gunakan untuk tidur di hotel ini. Rasanya masih panas sekali, dan di depan toilet dekat kamarnya ia melihat satu cewek yang ia sama sekali tidak mengenalnya. Campuran antara alkohol dan obat itu membuat fokusnya tidak jeli dan ia pun juga tidak bisa melihat dengan benar siapa orang itu, yang jelas saat ini ia butuh cewek itu untuk pelepasannya. Ia tak memikirkan lagi bagaimana nanti nya. Ia hanya ingin bebas. Ia pun menarik kasar cewek itu pada saat ini. "Eh... eh Lo ngapain?" tanya Ara kepada Saga yang hanya ia ketahui namanya saja, karena ia memang tidak mengenal Saga seperti layaknya teman. Ia hanya tahu nama dan wajah Saga dari Nindy. Karena kaya Nindy jangan sampai Ara memiliki masalah dengan Saga jika tidak ingin menderita. "Diem Lo, ikut aja." ujar Saga dengan sempoyongan dan saat ini Ara tahu bahwa Saga sedang mabuk. Ara pun berteriak, tapi teriakannya itu langsung di hentikan oleh Saga dengan Saga yang membekap mulut Ara pada saat ini. Saga membawa Ara ke suatu kamar, tentu saja Ara semakin ketakutan dan semakin memberontak ingin pergi dari sana. Bahkan saat ini Ara sudah menangis ketakutan. "Saga, please jangan apa-apain gua. Biarin gua keluar sekarang ya Saga. Gua bakalan panggilin Sultan sama Zean nanti." ujar Ara walaupun perkataannya itu tidak akan masuk ke Saga yang saat ini tengah mabuk. "No, baby kita harus senang-senang dulu." ujar Saga dengan mata sayu dan senyum smirknya itu. Ara pun semakin ketakutan. Dan kejadian itu, akhirnya terjadi juga. Ara kehilangan segalanya yang sudah ia jaga mati-matian. Ara kehilangan mahkotanya. Rasaya sakit sekali, tapi Ara tidak bisa melawan tenaga dari Saga. Ia kalah hari ini, dan kekalahannya itu membuatnya harus kehilangan sesuatu yang ia jaga mati-matian. Ia kehilangan kehormatannya. Saat ini Ara duduk, ia sudah berpakaian rapi. Ia melihat Saga yang saat ini tengah tidur, Ara menangis kali ini melihat Saga tersebut. Ia bingung apakah harus menunggu Saga bangun atau dia harus pergi sebelum Saga bangun. Ia malu pada dirinya sendiri, dan akhirnya dengan tertatih ia pun memutuskan untuk pergi saja sebelum Saga melihatnya. Semoga gua sama Lo ga akan ketemu lagi, Saga. Batin Ara tersebut. Ara keluar dari kamar terkutuk itu dengan air mata yang masih membanjiri dan berjalan tertatih, sementara tak jauh dari kamar itu terdapat Sultan dan Zean yang saling menatap horor ketika melihat Ara keluar dari kamar Saga dengan air mata dan tertatih. "Jangan bilang Saga ngerusak anak orang? Ini semua cuman bayangan ga nyata aja kan? Ga ada cewek yang keluar dadi kamar itu kan Tan? Please jawab gua Tan." tanya Zean dengan tidak percaya itu. "Itu bukan bayangan Ze. Gua juga ngeliatnya. Kalo bener, ini semua juga salah kita. Arghh, harusnya kita ga punya pikiran buat ngerjain Saga di saat kayak gini. Gimana dong, kalo Saga tau pasti dia bakalan ngamuk. Lo tau sendiri kan walaupun dia nakal, tapi dia ga akan pernah mau buat ngerusak cewek." ujar Sultan kepada Zean tersebut. "Gua juga takut sekarang njirr. Gimana kalo kita beresin semuanya? Kita anggap seolah-olah ga ada apa-apa? Gua yakin Saga juga ga akan inget semuanya." ujar Zean kepada Sultan tersebut pada saat ini. "Oke." jawab Sultan dan mereka pun masuk ke kamar Saga. Benar saja Saga disana dengan pakaian yang tidak rapi. Sultan memakaikan pakaian untuk Saga. Dan saat itu juga, ia melihat ada bercak darah disana. Mereka pun semakin merasa bersalah ketika melihat bercak darah yang ada disana. "Ze, cewek itu tadi siapa? Dia masih perawan. Gila kita bener-bener ngerusak anak orang." ujar Sultan melihat ke arah Zean dengan ketakutan. "Lo serius? Anjir. Kenapa sih harus kayak gini. Ganti sprei nya aja." ujar Zean dan mereka pun mulai mengganti semuanya. Tak beberapa lama kemudian mereka sudah selesai dan saat ini mereka masih melihat Saga yang tiduran dengan nyenyak setelah merusak anak orang. Meskipun mereka yakin bahwa Saga tidak akan mengingat semuanya karena ia efek dari alkohol dan obat itu baginya membuatnya sulit mengingat. "Gua takut Tan, kalo cewek tadi hamil gimana. Kenapa sih kita ceroboh banget. Harus nya tadi itu kita nunggu Saga juga jangan malah pergi jalan kemana-mana. Gila gua bisa Gila ini." ujar Zean kepada Sultan tersebut. "Udah ga usah di pikirin, ga usah pikirin kayak gitu. Kayak gitu bakalan bikin kita berdua makin takut aja" ujar Sultan tersebut. Meskipun sebenarnya ia pun sendiri juga takut mengenai hal itu. "Tapi bener kan Sul, dia bisa aja hamil. Gua takut Lo tau kan tadi cewek itu nangis, gua masih inget jelas mukanya dia Sul. Gua ga bisa lupa. Raut wajah nya tadi pas keluar dadi sini gua ga bisa lupa." ujar Zean dengan pusing. "Lo bisa diem dulu ga, gua lagi nyoba nyari namanya siapa di web sekolah." ujar Sultan yang saat ini sedang fokus mencari nama tersebut. "OH s**t! Dia anak berprestasinya sekolah Ze, namanya Adara Ayesha. Argh. Bisa gila gua kalo dia beneran hamil nanti." ujar Sultan kepada Zean. Mereka berdua semakin takut jika saja nanti Ara hamil. "Menurut Lo kita harus deketin dia atau pura-pura ga tau Ze, sumpah gua ngerasa bersalah banget sama tuh cewek. Tapi gua juga takut kalo kita nanti bilang sama Saga dan berushaa ngasih tau dia, dia malahan marah sama kita. Gua takut dia ngamuk." ujar Sultan membuat Zean juga bingung. "Kita pura-pura ga tau aja sama kejadian ini. Gua ga siap harus kena amuk Saga dan gua juga ga siap kalo ngeliat cewek itu lagi. Rasanya gua merasa bersalah banget Tan. Kenapa harus dia gitu loh Tan. Kenapa ga cewek lain aja yang udah bener-bener rusak." ujar Zean tersebut. Mereka berdua pun memutuskan untuk bersikap seperti tidak tahu apa-apa. Dan mereka juga terus berdoa semoga Adara tidak hamil nantinya. Sementara itu, saat ini Ara menaiki taksi menuju ke rumahnya. Di dalam taksi ia masih saja menangis, ia tidak bisa menceritakan ini semua ke siapa pun. Ia terlalu malu untuk menceritakan bahwa ia sudah kehilangan mahkotanya. Maka dari itu ia memilih untuk diam saja. Ara pun sudah sampai di depan rumahnya. Ia mulai menghapus air matanya karena ia tidak ingin orangtua dan kakaknya tahu. Meskipun Ara tidak tahu apakah kedua orangtuanya ada dirumah atau tidak karena mereka yang sama-sama sibuk bekerja. Dan kakaknya, Alex ia juga tidak tahu apakah ada di rumah atau tidak. Namun kakaknya itu memang keras dan sangat pendiam jadi sepertinya ia tidak akan berpusing ria memikirkan keadaan Ara. Ara masuk ke dalam rumahnya itu dan saat masuk, hanya ada Bibi dan Pak Satpam saja. Ternyata tidak ada orang di rumah. Ara pun masuk ke dalam kamar dan saat ini ia masuk ke kamar mandi menghidupkan shower dan luruh disana. Guyuran dari shower itu bercampur dengan air matanya yang tidak berhenti sejak tadi. Ia menangis sejadi-jadinya disana. Tentu ia tahu jika melakukan hubungan seperti itu bisa saja menghasilkan kehamilan. Dan itu yang saat ini sangat ditakutkan oleh Ara. Ia tidak ingin hidupnya hancur dulu. Ia ingin bersekolah dengan aman dan nyaman. ia ingin bersekolah dengan banyak teman lagi. Ia ingin menambah prestasi, ia ingin kuliah dan mencapai mimpi-mimpinya itu. Tuhan, apakah itu semua masih mungkin? Tanya Ara saat ini. Ara berada di kamar mandi selama satu jam, berharap jika semua rasa sakitnya ikut luruh dengan air yang mengalir. Tapi nyatanya tidak bisa, semuanya masih membekas jelas di ingatan dan tersimpan di lubuk hatinya. Ia takut jika kedua orangtua dan kakaknya mengetahui tentang semuanya. Keluarganya memang bukan keluarga yang dekat satu sama lain, tapi mereka masih saling peduli dan juga saling menjaga nama baik. Itu poin paling pentingnya. Karena Mama dan Papa Ara sama-sama memiliki sebuah perusahaan besar, karena hal itu lah nama baik mereka tidak boleh tercoreng. Saat ini Ara mengganti bajunya. Ia bersumpah tidak akan menggunakan baju itu lagi, jika perlu ia akan membuangnya atau membakarnya. Saat ini Ara keluar dari kamar mandi, ia pun berada di kasurnya dan tiduran disana. Lagi-lagi air matanya luruh saat ini. Ia pun membawa selimutnya hingga ke ujung dagu dan ia menangis lagi. Tidak ada yang bisa Ara lakukan selain menangis kali ini. Ia juga menyesal karena tidak menerima Nindy yang mau mengantarnya. Mungkin jika tadi malam ia bersama dengan Nindy, mereka bisa melawan Saga. Saga, Saga membuatnya langsung kesal setengah mati. Padahal sedari masuk ke SMA 45, saat hari pertama masuk ia sudah sangat menghindari untuk bermasalah dengan Saga karena pasti akan sulit untuk keluar dari dunia Saga jika sudah bermasalah dengannya. Namun saat ini, ia malah terperangkap di dalam dunia Saga. Ia hanya berharap jika pertemuan antara dirinya dengan Saga tadi tidak menghasilkan dunia baru. Semoga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD