Bab 1 - The Story of Sesil and Zayn

1242 Words
Judul : Bad Brother Karya : Ayu Tarigan Follow my ** account : @itsayutarigan Enjoy and Happy Reading! Sinopsis :                 Sesil Ambarita Barack begitu mengagumi kakaknya yang bernama Zayn Reinhard. Pria cuek yang selalu mengabaikan keberadaan Sesil sejak ia lahir. Masa lalu orang tua mereka yang cukup rumit membuat Zayn tak ingin terlalu dekat dengan Sesil yang malah akan menimbulkan masalah baru.               Meski begitu, Sesil tak menyerah dan terus saja mengekori pria itu hingga suatu kejadian menyadarkannya bahwa selamanya ia tak akan bisa jadi sesuatu yang berharga di mata Zayn.               Hingga Sesil mulai memilih mundur teratur karena merasa sudah kalah telak tanpa bertempur.       BAB 1 – The Story of Sesil And Zayn                 Cinta adalah sebuah rasa yang datang tanpa perkiraan, merayap tanpa disadari telah merasuk jauh dalam rasa yang tak terbantahkan. Banyak insan yang coba untuk memungkiri, tapi akhirnya terjerat dalam belenggu perasaan yang semakin terpatri di dalam hati. Dan inilah kisah sepasang insan yang berperang antara hati dan logika dalam menaklukkan cinta.               Di suatu pagi yang tengah memamerkan kecerahan dan hangatnya sinar mentari, seorang gadis manis dengan apron berwarna merah muda yang membalut badannya sedang sibuk mengaduk adonan kue di dapur bersama sang Mommy. Hari ini adalah saat yang sangat ditunggu-tunggunya karena kakak kesayangannya akan pulang setelah bertahun-tahun menetap di luar negeri.               Sesil Ambarita Barack, gadis manis yang kini telah menyelesaikan kuliah di bidang keperawatan itu mengeluarkan sebuah loyang yang berisi brownis cokelat hasil masakannya sendiri setelah seminggu ini rutin belajar dengan sang Mommy. Semua itu ia lakukan demi kakak kesayangannya, Zayn Reinhard.               “Wah, hasilnya cukup memuaskan,” puji sang Mommy yang kini sedang mencicipi kue buatan anak sulungnya itu.               Sesil tersenyum ceria, merasa puas karena usahanya beberapa hari ini tak sia-sia. Wanita dengan lesung pipi yang menghias wajah ayunya itu memotong kue dan menatanya di atas piring dengan semangat.               “Lebih baik kamu siap-siap, biar Mommy yang lanjutin,” ucap wanita paruh baya yang kecantikannya masih jelas terpancar itu.               “Tanggung, Mom. Toh kata Daddy pesawat Kak Zayn delay,” sahut Sesil yang benar-benar ingin mempersiapkan semua dengan tangannya sendiri.               Bahkan para pelayan tak diperbolehkan untuk membantu sedikitpun dan diperintahkan oleh Sesil untuk istirahat, tapi mereka memilih untuk berdiri tak jauh dari sang nona muda karena takut putri kesayangan Gama Barack itu tiba-tiba membutuhkan bantuan mereka.               Beberapa saat kemudian, Sesil selesai menata berbagai macam hasil masakannya di atas meja bertepatan dengan irama ketukan sepatu yang disusul suara berat sang Daddy.               “Apa yang kau lakukan, Princess?”               Sesil terperanjat dan tak mampu menjawab pertanyaan pria yang telah membesarkannya dengan penuh kasih sayng itu. Bukan karena pertanyaan yang Gama lontarkan, melainkan keberadaan sosok yang berdiri tegap di sisi pria itu.               “Astaga, Zayn, kamu semakin tinggi dan tampan sekali.” Putri yang menyadari kehadiran Zayn segera menyongsong anak angkatnya itu.               Pria dengan balutan jaket hitam itu tersenyum tipis seraya menerima pelukan sang Mommy. “Apa kabar, Mom?” sapanya.               “Ah, pasti sangat baik jika kamu ada di sini,” sahut wanita paruh baya itu yang mengundang deheman dari sang suami.               “Kamu tidak ingin menyambut kakakmu, Princess?” Tanya Gama dengan alis terangkat.               “Ah, I … iya, Daddy.” Gadis itu berjalan pelan menghampiri sang kakak. Sungguh, Sesil mengutuk kebodohannya yang tidak menuruti sang Mommy untuk bersiap-siap menyambut kepulangan kakaknya itu. Alhasil lihatlah kini penampilannya pasti sungguh memalukan. Sesil dapat mencium aroma tak sedap dari badannya sendiri, rambut yang tak terikat rapi serta wajah berminyak akibat sibuk memasak tadi.               “Hallo, Kak. Selamat datang.” Sesil berucap pelan seraya menundukkan kepala.               Zayn menatap adik angkatnya itu dalam diam, meneliti penampilan gadis yang sejak dulu selalu mengekorinya kemana pun dia pergi.               “Hmm,” sahutnya pendek tanpa merasa perlu menanyakan kabar pada sang adik.               Suasana canggung tercipta dan Putri merasa harus mengambil alih pembicaraan untuk mencairkan atmosfer di antara Sesil dan Zayn.               “Ayo, Zayn, kamu pasti lapar kan? Sesil sudah masak banyak menu kesukaan kamu loh,” ucap wanita paruh baya itu dengan ceria seraya menggandeng lengan pria yang selalu Sesil kagumi.               “Ah, tapi aku sudah makan di bandara saat menunggu Daddy datang, Mom,” ucap Zayn yang pasti didengar oleh Sesil dan membuat gadis itu lunglai seketika. Percuma saja usahanya selama ini.               Gama yang menyadari raut muram putri kesyangannya berdehem pelan. “Makan sedikit, Zayn. Adikmu sudah berusaha keras memasak untukmu,” ucapnya seraya berjalan menuju meja makan.               Sesil tak merasa senang sama sekali saat Zayn akhirnya menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya karena gadis itu tahu Zayn melakukannya hanya demi menghormati Daddy-nya, dengan kata lain pria itu terpaksa memakannya.               Sesil menghela napas panjang dan melepaskan apron dari tubuhnya. “Jangan paksa kak Zayn, Daddy. Perutnya bisa saja meledak karena terpaksa dipenuhi,” ucapnya dengan senyum yang ia paksa mengembang.               Gama menaikkan alis bertanya. “Lalu siapa yang akan menghabiskan makanan sebanyak ini?”               Sesil tersenyum saat ingat ia ada janji temu dengan sahabatnya yang bernama Naura. “Aku akan membawanya ke rumah Naura, dia punya adik yang sangat menyukai makanan manis,” terangnya sumringah.               Gama mengangguk saat tahu tak ada artinya memaksa Zayn karena sejak dulu ia paham betapa keras sifat pria malang yang sejak kecil ditelantarkan ibunya itu.               Sesil kemudian pamit untuk membersihkan diri, bayangan tentang sambutan istimewa untuk sang kakak hancur sudah. Apalagi melihat sikap Zayn yang semakin dingin kepadanya. Padahal Sesil sempat berharap bahwa waktu dan jarak yang selama ini membentengi pertemuan mereka dapat merubah sedikit sikap zany menjadi lebih hangat terhadapnya, tapi harapan tersebut hanyalah tinggal harapan.               Gadis itu menghela napas panjang saat sudah memasuki kamar, ditatapnya sebuah pigura yang terletak di atas nakas. Ia lalu tersenyum kecil, hanya itu satu-satunya poto dirinya berdua dengan Zayn.               Sesil menghidupkan shower dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin, berharap air yang mengalir itu mampu membasuh luka di hatinya akibat sikap tak acuh Zayn padanya.               Setengah jam kemudian, Sesil sudah siap dengan dress selutut bercorak bunga yang membalut tubuh mungilnya. Tapi, betapa terkejutnya dia saat membuka pintu dan mendapati wajah datar Zayn tepat di depan kamarnya.               “A—ada apa, Kak?” Tanya Sesil terbata karena rasa terkejut masih mendominasi dirinya.               Pria itu menyodorkan sebuah paper bag yang dihiasi sebuah pita berwarna merah cerah.               “Apa ini?” Sesil menatap Zayn dengan bingung.               “Oleh-oleh untuk gadis cengeng sepertimu,” sahut pria itu datar.               Sesil tak bisa menahan senyum di bibirnya, betapa bodoh dan naifnya dia. Padahal Zayn sedang menghinanya dengan sebutan gadis cengeng, tapi Sesil tak mempedulikan itu sebab rasa bahagia lebih mendominasi karena mendapat oleh-oleh dari sang kakak.               “Terima kasih banyak, Kak,” serunya gembira.               “Hmm,” sahut Zayn pendek seraya berbalik dan memasuki kamarnya yang tepat berhadapan dengan kamar gadis itu.               Sesil tersenyum gembira dankembali memasuki kamar, ia sungguh tak sabar untuk melihat oleh-oleh yang diberikan Zayn padanya. Dengan jantung berdebar, gadis itu mulai membuka paper bag tersebut yang di dalamnya terdapat sebuah kotak kecil. Sekali lagi Sesil dibuat berdebar karena begitu begitu penasaran dengan isi kotak itu.               Gadis itu memejamkan mata sejenak, lalu perlahan mulai membuka kotak kecil berwarna maroon itu yang kini menunjukkan isinya yaitu sebuah kalung cantik berbandul matahari.               Sesil menatap kalung itu dengan takjub, ia sangat menyukai hadiah dari sang kakak tersebut. Ia memperhatikan sebuah tulisan di belakang bandul berbentuk matahari itu, tertulis inisial yang membuat jantung Sesil berdebar tak karuan. Hatinya seolah melompat-lompat gembira. Tapi, benarkah kalung itu memang untuknya? Atau Zayn salah memberi hadiah padanya? Karena Sesil merasa sangat mustahil Zayn mengukir inisial nama mereka berdua di sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD