When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Aku tidak bisa." Gadis itu menangis lagi. "Vi, jawab pertanyaanku! Apa ada masalah? Apa terjadi sesuatu hingga sikapmu begitu berubah. Kamu seharian ini bersikap sangat dingin padaku. Jawab, Vi. Jangan hanya menangis dan menangis saja," ucap Arya tak tahan lagi menerima sikap dingin istrinya. "Iya, masalah yang sangat besar. Masalahnya ada di sini." Gadis itu menunjuk bagian depan tubuhnya yang terasa sangat nyeri dan sakit. "Masalahnya karena aku telah jatuh cinta pada Tuan. Masalah terbesar yang seharusnya tidak boleh terjadi." Senyum lebar terbit di bibir pria tersebut. Ia sangat senang mendengar bahwa Lovi mencintainya. Entah, kebahagiaan ini rasanya melebihi kebahagiaan apa pun yang pernah ia rasakan. Bahkan saat menikah dengan Laras, ia tidak sebahagia ini. Bahkan debar-debar asi