BAB 1 LADY ALEXADRA HARRINGTOON

1801 Words
SEBELMNYA KU INGATKAN HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN Bacaan ini hanya untuk dewasa , karena ada unsur dewasa dan kata-kata kasar. 21+ SERIES 1  LADY ON TRUBLE Lady Alexsandra Harrington dengan jiwa pemberontaknya dipaksa oleh bibinya untuk mengikuti pesta perjodohan di London. Gadis yang tumbuh besar di estate itu mengalami kesulitan dalam urusan tata krama, Bibi Mary harus berusaha keras mendidiknya sebelum pesta perjodohan tahun ini di mulai. Tanpa diduga banyak hal konyol dari kecerobohan gadis muda itu yang justru mulai mengusik putra sang Duke yang sepertinya mulai tertarik sejak mereka pertama di perkenalkan oleh Sang Bibi. James Winston pewaris tunggal Duke of Northhumberland adalah pria menawan dengan jiwa petualang, yang sama sekali tidak tertarik menjalani pernikahan sampai dirinya bertemu Lady Alexsa, keponakan perempuan bibinya yang selalu ingin kabur ke Scotlandia bersama kekasih koboynya dari estate. James tidak pernah menyangka jika dirinya akan terjebak dalam permainanya sendiri dengan gadis sembrono yang ternyata juga tak kalah licik darinya. Benar-benar gadis yang menantang untuk ditahlukkan dan sedikit membuat gila.  *LADY ALEXANDRA HARRINGTON* Lady Alexsa adalah gadis muda yang dibesarkan di estat peternakan. Alex hanya ingat pernah bertemu beberapa kali dengan sepupunya George, namun demikian tetap tidak mengurangi kesedihannya saat harus kehilangan satu-satunya saudara yang dia miliki tersebut. Bibinya memang hanya memiliki seorang putra, maka tak terbayangkan sebesar apa kesedihan sang Bibi saat ini. Tapi, walaupun demikian Alex masih belum terima jika dirinya yang harus mengambil tanggung jawab itu kali ini. Alex tidka ingin bernasib sama seperti bibinya yang dulu juga pernah di paksa menikah dengan sepupunya sendiri hanya demi kelangsungan keluarga Harrington. Masih belum menyerah, Lady Alexsandra kembali menghentak kaki ke tubuh kudanya agar berlari lebih kencang. Angin musim panas terasa kering menerpa rambut gelapnya yang ikut berkibar-kibar meluncur jatuh dari gelung asal yang dibuatnya sebelum membawa kabur kudanya dari istal. Sebenarnya Alex tidak ingin kemana-mana, dia hanya sedikit kesal dan sedikit bertindak ceroboh sepertinya tidak akan jadi masalah. Meskipun ikut berkabung, tapi gadis itu tidak pernah menduga jika kematian sepupunya akan ikut membawa bencana sebesar ini pada dirinya. Masih dikuasai kemarahannya, Lady Alexsa membawa kudanya berlari ke arah perbukitan rendah menuju ke selatan di mana garis hutan terlihat membentang dari Timur ke Barat dengan pemandangan hamparan tanah kering. Sejauh mata memandang memang hanya ada semak rendah dan bekas kanal-kanal kecil yang sudah sempurna mengering sejak awal musim panas, kaki kudanya menembus semak dandelion yang menerbangkan biji-biji keringnya ke udara, bulu-bulu halusnya seperti ikut terhirup bukan hanya olehnya tapi juga kudanya, namun kuda tersebut masih saja terus di paksa untuk berlari bersama debu dan terik menyengat yang hampir membakar kulit. Rumput liar yang terhampar di depannya mulai berubah warna menyambut musim gugur yang sepertinya akan datang lebih awal tahun ini. Lereng yang biasanya agak licin di cuaca yang lebih lembab kali ini sudah berubah menjadi tanah berdebu dengan batu-batu kerikil terpanggang matahari. Ini hampir menjelang akhir musim panas seluruh ternak di estat keluarganya sudah di pindahkan ke area merumput yang lebih dekat dengan mata air di mana rumput masih berwarna lebih hijau. Tempat macam ini sudah sama sekali tidak menjanjikan kehidupan bagi hewan ternak, karenanya tak satupun pengurus lahan yang nampak di area Selatan, karena biasanya ladang di daerah Selatan juga baru akan kembali diolah menjelang musim semi. Selama musim gugur area perbukitan akan berubah menjadi lahan tandus, bebatuan nampak lebih menonjol dari semak rumput kering, beberapa kali kaki kudanya mulai tergelincir kerikil dan debu. Alex sadar jika sampai tubuhnya terlempar dari kuda pasti akibat nya bisa fatal, area di Selatan benar-benar bukan tempat yang aman untuk berkuda di musim sekering ini. "Alex berhenti! " Triak penunggang kuda yang mengejarnya, tapi gadis itu masih tak peduli, Alex tetap melaju seperti biasanya saat mereka sedang berkompetisi hanya untuk hal sepele. Tak menghiraukan peringatan pemuda yang mengejarnya, Alex justru kembali menghentak tubuh kudanya untuk berlari lebih kencang walaupun kudanya itu sudah mulai kepayahan karena dipaksa terus berlari di musim sepanas ini. "Berhenti atau kuda itu akan benar-benar melemparkan tubuhmu !" triak penunggang kuda di belakangnya yang masih mengejar, pemuda itu terus meneriaki Alex yang seolah tak peduli. Padahal dia bisa melihat kuda yang di tunggangi gadis itu sudah mulai terseok, bahkan kakinya beberapa kali terperosok. Banyak bekas rawa yang mengering sehingga permukaannya tidak stabil, karena lumpur yang mengering meninggalkan banyak celah retakan menganga yang dapat menjerat kaki kuda. Di musim yang lebih lembab setelah es mencair menjelang musim semi tanah-tanah kering itu akan berubah kembali menjadi kubangan rawa dan banyak membunuh ternak yang terjebak dalam lumpur. Lady Alexsa masih tak menghiraukan teriakan yang mulai mengancamnya, dia justru memacu kudanya lebih cepat. Pemuda di belakangnya berusaha mengejar jarak lebih dekat untuk bisa meyambar pinggang gadis di depannya yang sudah hampir terjangkau. Mereka sudah nyaris sejajar, saat suara ringikan kudanya yang lelah menghirup debu mulai panik. Tubuh Alex benar-benar nyaris terlempar dari kudanya andai telat sepersekian detik saja Ethan Harris tidak menyambar pinggang nya, dan pasti semuanya akan berakhir lain . Meski akhirnya mereka berdua tetap juga jatuh ke tanah dan sempat berguling untuk mencicipi pasir kasar menggores sebagian kulit mereka.  Tapi, paling tidak tubuh Ethan yang berbahu lebar itu cukup lumayan untuk menahan tubuh Lady Alexsa yang otomatis mendarat di atasnya. "Apa kau benar-benar ingin mematahkan kakimu!" Hardik pemuda itu tidak main-main. Jelas sekali ada kemarahan yang luar biasa saat menatap tegas sepasang Netra biru jernih gadis muda yang saat itu masih bertengger di atas tubuhnya. Alex hanya meringis, karena meski demikian bukan berarti gadis itu tidak merasakan nyeri di punggungnya. Ethan benar, mungkin kakinya akan benar-benar patah tapi Alex merasa akan jauh lebih baik, karena tidak akan ada yang berminat untuk menikahi gadis dengan kaki cacat. "Dengarkan aku Alex, jangan bertingkah seperti anak kecil! " "Sungguh aku sempat berharap kakiku benar-benar patah," umpat gadis itu saat mulai bangkit untuk turun dari tubuh besar Ethan Harris. Pemuda itu hanya memelototinya tanpa bicara. "Kau tau aku benar-benar tidak ingin datang ke pesta terkutuk itu." Setelah sepupunya meninggal tanpa meninggalkan keturunan, kenapa sekarang tiba-tiba dirinya harus diseret ke pesta-pesta perjodohan konyol. "Kau tetap harus ikut bersama bibimu." "Tidak! " tolak Alex tegas. "Mereka sudah datang jauh-jauh kemari untuk menjemputmu." "Kau juga bisa memberiku beberapa bayi dan aku tidak keberatan, jika sebenarnya hanya calon pewaris laki-laki yang mereka inginkan dariku." "Alex, ingat bibimu masih berkabung setelah kehilangan satu-satunya putranya, jadi tolong berhentilah membuat lelucon konyol." "Tapi bukan berarti mereka bisa mengorbankanku seperti ini," protes Alex yang masih tidak mau mengalah. "Kudengar mereka hanya ingin membawamu menghadiri beberapa pesta," Ethan masih berusaha membujuk gadis keras kepala itu. "Mereka pikir aku barang yang bisa mereka pamerkan untuk di pilih seperti hewan ternak untuk melahirkan beberapa keturunan yang sehat untuk mereka, aku yakin mereka semua sudah gila!" Makian kotor bukanlah hal asing bagi gadis yang seumur hidupnya lebih tau cara menungangi kuda di banding pelajaran tata krama. Meskipun sejatinya Alex mewarisi darah bangsawan inggris dan Scotland yang masih sangat kental tapi rasanya gaya seorang Lady bukanlah sesuatu yang bakal cocok dengan hidupnya. Alex terlalu mencintai lumpur bahkan rumput yang tumbuh di seluruh estat keluarganya, di banding harus berjalan anggun dengan tumpukan gaun berenda. Karena itu bibinya merasa perlu memastikan gadis itu harus mulai belajar banyak hal sebelum pesta pertama tahun depan dimulai. Itulah alasan keluarga Harrington harus membawa Lady Alexsa beberapa bulan lebih awal, tapi siapa yang tau Alex dengan darah koboy dari keturunan ibunya itu pasti tidak akan mengalah begitu saja, gadis itu justru berusaha kabur begitu mengetahui kedatangan bibinya. "Kau tau aku mencintaimu, sampai mati aku tidak ingin mengikuti pesta perjodohan bodoh manapun." Alex mulai kembali merajuk untuk mempengaruhi keputusan pemuda yang kali ini sudah membawanya naik ke atas punggung kudanya. "Percayalah kau seorang Lady dan pantas mendapatkan yang lebih baik dari pengurus ternak sepertiku." "Aku tidak menginginkannya," tolak Alex. "Kau hanya belum tau." "Kau mulai bicara seperti Ayahku, " tuduh Alex kesal. "Mungkin Lord Harrington memang benar." "Aku sudah cukup matang untuk mengetahui apa yang kuinginkan Ethan." "Paling tidak ikutlah hanya untuk beberapa pesta, selanjutnya terserah jika kau memang tidak menginginkannya aku sendiri yang akan menjemputmu." "Aku tidak bodoh, aku yakin mereka akan langsung menerima lamaran pertama yang datang." Bukanya Alex tidak tau bagaimana rumor yang berkembang tentang keluarganya yang konon mendapat kutukan, dan sepertinya rumor itu memang benar karena itulah sekarang tinggal hanya dirinyalah satu-satunya garis keturunan yang tersisa. Kalangan bangsawan sangat peduli pada gadis-gadis yang bisa menghasilkan banyak keturunan, sudah diduga dirinya mungkin akan jadi gadis yang paling tidak diminati, mungkin itu sedikit menguntungkan juga baginya untuk kabur dari kewajiban menikahi salah satu putra bangsawan manapun. "Hanya untuk beberapa pesta," Alex kembali mengingatkan, "dan berjanjilah kau akan membawaku kabur dari tempat terkutuk itu." Bahkan Alex sengaja menjadikan nya sebagai syarat yang tak terbantahkan, sampai Ethan Harris akhirnya hanya bisa mengangguk. "Ya, aku sendiri yang akan membawamu menyebrangi inggris." Alex tersenyum dan mencium pemuda tampan itu sebentar. ***** Masih berjalan mondar-mandir Lady Marry kembali ternganga begitu menyaksikan keponakanya kembali dengan seorang pemuda pengurus istal. Oh Tuhan, akhirnya kau kembali nak," sang Countess sampai harus mengelus dadanya berulang kali, menurut Alex, Lady Marry beserta gaun bulatnya itu sebenarnya lebih mirip induk ayam dengan hiasan pita. Pemuda berperawakan tinggi dengan kulit kecoklatan terbakar matahari itu memiliki warna mata yang nyaris sama dengan kulit coklat keemasannya, dari gestur dan gaya berpakaiannya, Lady Marry sudah bisa menebak pemuda itu bukan dari daratan inggris, hanya seorang Amerika berambut gelap. Benar-benar tidak bisa di percaya adiknya Richard masih suka membawa pekerja dari bekas koloni dan membiarkannya duduk begitu dekat dengan putrinya di atas punggung kuda seperti itu. "Oh..... Aku tidak percaya kau bisa membesarkan seorang putri Richard," masih sambil mengelus dadanya Lady Marry Kembali berceletuk. Bukan bermaksud menghardik, tapi Lady Mary yang memang tidak pernah memiliki seorang putri benar-benar ingin mengutuk adiknya Richard kali ini. Meskipun dirinya sendiri bukan termasuk orang yang ketat dalam aturan tapi tetap saja membesarkan seorang Lady harus tetap memiliki etika, bukan malah membiarkan anak gadisnya duduk di antara dua paha terbuka seorang pria dengan begitu sembrononya. "Seorang Lady seharusnya tidak berpenampilan seperti ini, Oh Tuhan, apa dosa keluarga kami... " Ethan menurunkan Alex dari atas punggung kudanya, dan baru melepaskan pinggang gadis itu ketika yakin kedua kakinya benar-benar sudah menyentuh tanah dengan benar. "Selamat siang Madam," pemuda itu coba bersikap hormat setelah menurunkan keponakannya.  "Oh,Richard ... " pekik sang bibi, dan Alex mulai sebal mendengar Lady Mary yang terus melafalkan nama Ayahnya seperti doa pengampunan yang harus di ulang-ulang. Alexsa mulai jengkel dengan tingkah bibinya yang berlebihan, entah berapa lama nantinya dia bisa bertahan tinggal satu atap dengan orang yang terus menghawatirkan kakinya akan ter sandung atau kepalanya akan terbentur kusen pintu hanya karena tak sengaja. Tentu Alex ingat beberapa kunjungannya ke London saat usianya masih di bawah sepuluh tahun, bibinya selalu mengomel tentang cara berjalannya. "Sudahlah, Bibi. Lagipula aku tetap ternak yang sehat untuk menghasilkan beberapa keturunan." "Oh, Richard !" pekik Lady Marry sekali lagi. "Seperti yang sudah ku bilang kalian sepertinya harus berusaha lebih keras lagi," ujar Lord Harrington enteng. Belum berhenti mengelus dadanya yang seolah habis ikut berlari marathon Lady Marry berjalan mendekati adik laki-lakinya . "Kau benar seharusnya aku sudah menculik putrimu sepuluh tahun lalu," dan hanya itu yang akhirnya bisa diucapkan Lady Mary sebelum mengikuti keponakannya masuk kedalam rumah, di mana istri adiknya Richard sudah menyiapkan jamuan di meja besar di bantu beberapa pelayan mereka. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD