Prolog

1216 Words
Olivia Aretha, gadis yatim piatu yang hidup mandiri setelah ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh kedua orang tuanya. Hidupnya terasa sangat berat, karena kedua orang tuanya meninggal dengan meninggalkan hutang yang menumpuk. Olivia harus banting tulang untuk melunasi hutang kedua orang tuanya. Tapi, Olivia sekalipun tidak pernah mengeluh. Setelah satu tahun kedua orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan. Olivia menerima pinangan sahabat masa kecilnya dan juga cinta pertamanya. Rian Sanjaya—seorang pengusaha sukses di usianya yang masih sangat muda. Olivia memang sejak dulu menaruh hati kepada Rian, tapi Olivia tidak tau bagaimana perasaan Rian padanya. Tapi, setelah mendengar sebuah lamaran keluar dari mulut Rian, membuat Olivia meyakini jika Rian juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Tapi, pernikahan yang Olivia jalani, tidak seperti pernikahan yang ia impikan selama ini. Bahkan sikap Rian mulai berubah setelah mereka menikah. Sudah 2 bulan Olivia mengarungi bahtera rumah tangga bersama dengan Rian, tapi sampai saat itu Rian sekalipun belum pernah menyentuh Olivia. Rian juga tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami. Olivia bukanlah wanita yang akan tinggal diam begitu saja saat Rian memperlakukan dirinya dengan tidak adil. Ia berhak untuk meminta haknya kepada Rian. Toh, ia istrinya yang sah. Olivia melakukan segala cara untuk mengajak Rian untuk melakukan ritual malam pengantin mereka. Walaupun itu sudah tidak bisa dianggap sebagai malam pengantin, karena 2 bulan telah berlalu semenjak Rian mengikrarkan janji suci pernikahan mereka. Olivia bahkan sampai rela membuang jauh-jauh harga dirinya hanya untuk membuat Rian tertarik kepadanya. Ia bahkan sampai memakai pakaian yang begitu tipis hanya untuk menarik perhatian Rian. Tapi, semua usahanya sia-sia, karena Rian masih saja menolak saat Olivia mengajaknya untuk melakukan ritual malam pertama mereka. Setiap Olivia menanyakan apa alasan Rian sampai sekarang belum mau melakukan hubungan itu dengannya. Rian selalu menjawab jika dirinya belum siap. Selain itu, ada satu alasan Rian yang membuat hati Olivia hancur. Rian mengatakan jika selama ini, ia belum sepenuhnya mencintainya. Ia meminta waktu kepada Olivia dan memintanya untuk bersabar. Olivia pun menuruti kemauan Rian. Ia yakin, jika Rian tidak akan pernah membohonginya. Tapi, Olivia tidak tau, jika dibelakangnya, Rian tengah menjalin hubungan dengan seorang gadis yang sejak dulu sangat Rian cintai. Hingga waktu terus berlalu. Olivia pun memergoki Rian tengah b******u dengan seorang wanita yang juga ia kenal. Olivia tidak hanya tinggal diam, ia langsung masuk ke dalam ruangan itu dan menampar wajah wanita itu. Olivia menatap jijik ke arah wanita yang bahkan sudah tidak lagi memakai pakaian lengkap itu. Tapi, bukannya membela Olivia, Rian malah menampar balik wajah Olivia. Seketika hati Olivia hancur berkeping-keping. Bukannya membelanya, tapi Rian malah mempermalukannya di depan selingkuhannya. Hati Olivia semakin tersayat-sayat saat Rian mengatakan hal yang selama ini disembunyikan darinya. Hal yang membuat Rian tidak bisa memberikannya haknya selama ini. “Via, maafin gue. Gue menikah sama lo, semua itu hanya karena permintaan kedua orang tua gue. Mereka merasa kasihan sama lo, karena lo hidup sebatang kara setelah kedua orang tua lo meninggal dunia. Lo tau, jika kedua orang tua kita berteman baik selama ini.” Kedua mata Olivia mengalirkan cairan bening. Kata-kata yang Rian ucapkan bagaikan belati tajam yang menusuk hatinya. Bagaimana bisa, sahabat yang selama ini selalu bersikap baik padanya, kini tega melakukan semua ini padanya. “Ibu dan Ayah tau semuanya. Mereka tau hubungan gue sama Riska. Sebelum menikah dengan lo, gue minta sama ayah dan ibu untuk nggak melarang gue berhubungan dengan Riska. Itu syarat yang gue ajukan untuk menikah sama lo.” Olivia mengepalkan kedua tangannya. Dengan sangat keras, Olivia melayangkan tangannya dan menampar wajah Rian. Ia tidak menyangka akan melakukan itu kepada pria yang sangat ia cintai selama ini. “Lo tega ya sama gue! Apa selama ini lo nggak pernah sedikitpun mengerti perasaan gue, hah! Kita sudah berteman sejak kecil, tapi lo tega melakukan hal sekeji ini sama gue! Apa lo pikir pernikahan itu hanya sebuah permainan!” “Gue juga nggak punya pilihan lain. Lo sahabat gue. Gue juga nggak tega melihat lo hidup sebatang kara.” “Tapi, dengan lo memperlakukan gue kayak gini. Sama aja lo dengan ngehina gue. Gue lebih baik hidup sebatang kara, daripada harus hidup dalam kebohongan yang lo dan kedua orang tua lo lakukan!” Olivia lalu melepas cincin pernikahan yang 6 bulan lalu disematkan oleh Rian di jari manisnya. “Gue nggak butuh belas kasihan lo dan juga kedua orang tua lo!” serunya sambil melempar cincin pernikahannya ke wajah Rian. “Gue harap, lo bisa secepatnya mengurus perceraian kita! Gue nggak sudi hidup dengan pria b******k seperti lo!” Dengan berderai air mata, Olivia melangkah keluar dari ruangan kerja suaminya. Pria yang sama sekali tidak pantas untuk dirinya sebut sebagai seorang suami. Setelah kejadian di kantor Rian waktu itu. Olivia sudah tidak lagi tinggal di rumah Rian. Kedua orang tua Rian bahkan meminta maaf kepada Olivia. Tapi, apa gunanya kata maaf, jika hatinya sudah tersakiti dengan sangat dalam. Olivia tidak menyangka, jika Rian benar-benar menuruti kemauannya. Ia melihat Rian yang kini tengah duduk di ruang tamu rumahnya sambil menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat. “Lo tinggal tanda tangan aja. Biar nanti gue yang urus semuanya. Gue juga akan memberikan hak lo selama menjadi istri gue.” “Gue nggak menyangka, persahabatan kita selama ini hanya lo nilai serendah ini. Waktu yang dulu pernah kita lewati dalam suka dan duka, kini telah hancur bersamaan dengan pengkhianatan yang lo lakuin ke gue. Gue juga nggak menyangka, kalau wanita yang lo cintai itu sahabat gue sendiri. Kalian tega melakukan semua ini sama gue. Dimana hati nurani kalian selama ini.” Dengan menahan emosinya, Olivia mengambil pena dari atas meja, ia lalu menandatangani surat perceraian itu. Ia lalu melempar surat cerai itu ke wajah Rian. “Gue nggak butuh harta lo. Lebih baik, sekarang lo pergi dari rumah gue dan jangan pernah lo muncul di depan gue lagi! pergi!” teriak Olivia keras. Rian mengambil surat cerai itu, ia lalu melangkah keluar dari rumah Olivia. Olivia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Brengsek! “Gue nggak akan pernah maafin lo Rian! Nggak akan pernah! Gue berharap, lo akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan lo selama ini sama gue!” Setelah perceraiannya dengan Rian selesai, Olivia kini bisa bernafas lega. Akhirnya ia bisa terlepas dari belenggu kebohongan Rian dan juga kedua orang tuanya. Seandainya waktu itu Olivia tidak memergoki Rian sedang bermesraan dengan Riska, maka sampai sekarang dirinya akan hidup dalam kebohongan. Olivia bertekad, ia tidak akan terpuruk semakin dalam. Ia harus melupakan semuanya dan mencoba untuk membuka lembar hidupnya yang baru. Tanpa Rian, sahabat yang selama ini selalu ada disaat ia membutuhkan tempat untuk bersandar. Olivia tidak akan lagi mudah tertipu dengan pria yang bermulut manis, tapi ternyata hatinya sangat busuk. Setelah ketuk palu pengadilan yang menyatakan Rian dan Olivia resmi bercerai, Rian sudah tidak lagi menampakkan wajahnya di depan Olivia. Olivia bahkan mendengar, jika Rian pergi keluar negeri untuk meneruskan pendidikannya. Olivia tidak peduli dengan apa yang akan Rian lakukan. Dia juga tidak peduli, jika sahabat dan juga mantan suaminya itu masih hidup maupun sudah mati. Bagi Olivia, Rian sudah mati. Tidak ada lagi seorang Rian dalam hidup Olivia. Olivia bahkan mulai kembali ke rutinitasnya. Ia mencoba untuk mengalihkan pikirannya dengan bekerja. Dengan begitu, ia tidak akan lagi teringat akan pengkhianatan yang Rian lakukan padanya. Apalagi ada sahabat Olivia yang selalu mendukungnya dan selalu ada disaat dirinya butuh tempat untuk bersandar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD