Part 1

1543 Words
"Semuanya baris di lapangan!" Suruh ketua OSIS tegas. Hari ini adalah hari kali pertama Ana berangkat sekolah duduk di bangku SMA kelas 1. Dalam mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), bisa dibilang Ana merasa senang dan bosan. Bagi Ana, kegiatan MPLS itu sangat membosankan karena beberapa kegiatan yang dirancang oleh anggota OSIS itu terkadang agak aneh dan menurutnya tanpa dikenalkan saja pada akhirnya tetap akan bisa kenal seiring berjalannya waktu. Dia juga merasakan senang karena pada hari ini, Ana memiliki banyak teman baru, meskipun dia belum menemukan teman sejati dan satu pun belum ada yang dia kenal karena dia juga baru saja sampai di sekolah, sehingga wajar saja jika tidak ada satu pun orang yang dia kenal. Namun, An tetap biasa saja karena dia sangat yakin pasti nanti dirinya akan mendapatkan teman, meskipun tidak ada satu pun teman SMP yang masuk ke SMA Garuda. SMA Garuda merupakan salah satu SMA terfavorit di Jawa Tengah. Tidak sembarang orang bisa masuk ke SMA tersebut, banyak sekali persyaratan yang harus dipenuhi, terutama nilai dan tes lisan. Ana sangat bangga ketika dirinya bisa mengalahkan ratusan orang yang telah gagal mengikuti tes. Bisa dikatakan hoki atau yang biasa disebut dengan orang beruntung juga sih karena awalnya Ana itu sangat pesimis untuk bisa masuk di SMA tersebut. Namun, berkat dorongan dari kedua orang tuanya maka dia terus berusaha hingga sampai mencapai puncak kemenangan di mana dirinya bisa diterima di SMA tersebut. Dari hal itulah membuat Ana sadar bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin jika mau berusaha. Masalah hasil itu belakangan karena yang tepat itu jangan menyerah sebelum ada usaha dan jangan menyerah sebelum berperang yang benar-benar bisa membuat seseorang mengubah segala nasibnya, meskipun takdir itu sudah ada, tapi setidaknya ada takdir yang bisa dirubah. Kini Ana berbaris di lapangan dengan menggunakan seragam SMP berwarna biru putih. Dia sedikit merasa tidak nyaman karena ukuran seragamnya sudah agak sempit terutama pada bagian baju karena setelah lulus ujian, Ana seringkali menghabiskan waktunya dengan makan maupun ngemil sambil menonton televisi maupun mainan handphone. Semenjak itulah Ana merasa kalau berat badannya naik, dikatakan merasa karena sampai saat ini, Ana belum pernah mencoba untuk menimbang dirinya. Dalam kegiatan MPLS tidak hanya masalah memakai seragam OSIS saja, tapi setiap murid baru diwajibkan memakai papan nama dengan tali pita berwarna merah, sepatu harus hitam pekat, membawa beberapa makanan yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan bakti sosial dan yang terakhir rambut harus tertata rapi. Kini rambut Ana hanya dikuncir kuda. Menurutnya kuncir kuda itu rapi dan tidak ribet jika digunakan dalam kegiatan MPLS karena Ana sangat yakin bahwa kegiatannya itu akan sedikit membosankan dengan cara yang itu-itu saja. Apalagi jika acaranya sedikit menggunakan gerak fisik, sehingga apa yang dilakukannya itu hanya membuat ngantuk saja. Bagaimana tidak ngantuk kalau tubuh saja jarang ada pergerakan dan berbagai kalimat yang diucapkan guru itu bagaikan pengantar tidur. Untung saja kali ini Zea berusaha untuk bisa mengimbangi atas apa yang dibicarakan mereka. Jika tidak maka Ana akan benar-benar merasakan titik kebosanan. "Mohon perhatiannya, sebelum masuk ke dalam ruangan, saya minta setiap anak berbaris dengan rapi dan menjalani proses pemeriksaan satu persatu," ujar ketua OSIS menggunakan mic, sehingga suaranya itu agak keras membuat beberapa orang sedikit menutup telinganya dan memejamkan kedua mata. Apalagi melihat raut wajah ketua OSIS tersebut, ada sedikit memberikan kesan mengerikan karena dia benar-benar tegas dalam memimpin. Cukup melihatnya saja Ana bisa merasakan bagaimana cara dia dalam memimpin. Tanpa sengaja sorot mata ketua OSIS tersebut bertemu dengan sorot mata Ana. Mereka berdua saling menatap dan Ana sedikit merasakan sesuatu di dadanya. Pasalnya Ana tidak tahu apakah ini tatapan jatuh cinta atau malah tatapan salah karena Ana telah melakukan kesalahan tanpa disengaja. Namun, ketua OSIS tersebut masih saja tetap berbicara menyampaikan hal-hal yang akan dilakukan setelah ini. Jika dilihat, paras wajah ketua OSIS tersebut cukup ganteng, sejak tadi pun Zea sering mendengar beberapa anak perempuan membicarakan tentang kegantengan ketua OSIS tersebut dengan tubuhnya yang terlihat kekar. Namun, entahlah Ana tidak tahu siapa nama ketua OSIS tersebut karena pada saat perkenalan, Ana meminta izin untuk pergi ke toilet. Dia sengaja tidak bertanya kepada siapa pun karena pada saat sekarang ini, tujuan dia tak lain hanyalah kepada acara MPLS ini bukan malah mencari tahu siapa nama ketua OSIS tersebut. Lagi pula dia sangat yakin nanti akan tahu dengan sendirinya. Cukup lama Ana dan teman-teman barunya berdiri mendengar ceramah yang tiada hentinya. Bukannya paham, yang dia dapatkan malah ngantuk. Kali ini dia merasakan kalau kedua matanya benar-benar sulit untuk dibuka seperti ada sesuatu yang menggantung, sehingga membuatnya agak sulit untuk membuka mata. Akhirnya pun Ana menguap dan dengan percaya dirinya dia tidak menutup mulutnya. "Huah!"  "Hey, kamu yang berada di barisan pojok!" Seru ketua OSIS tersebut sambil menuding menggunakan jari telunjuknya ke arah Ana berdiri. Merasa ditunjuk, Ana pun diam dengan seribu bahasa. Dia membelalakkan mata tidak percaya ketika dirinya ditatap tajam dan ditunjuk ketua OSIS tersebut. Satu hal yang Ana rasakan, dia merasa seperti akan dimarahi oleh ketua OSIS tersebut. Dia pun menatap beberapa teman yang berada di sampingnya, dia baru menyadari ternyata semua orang menatapnya dan dia baru menyadari bahwa dirinya menjadi pusat perhatian. Ana pun membalikkan badan menatap lurus ke arah ketua OSIS tersebut dengan jari telunjuknya mengarahkan kepada dirinya sendiri. "Saya?"  "Iya, kamu. Tolong diperhatikan dan hargai kalau ada orang yang sedang berbicara di depan. Kalau kamu mau dihargai maka hargailah orang lain dulu!" Tegur ketua OSIS tersebut. "Andai aku yang berada di posisi dia, pasti senang banget deh dapat teguran Kak Dafa, si ketua OSIS ganteng," cletuk perempuan yang baris di belakang Ana. Sekarang Ana tahu bahwa nama ketua OSIS tersebut adalah Dafa. Bagus sih, sesuai dengan karakter orangnya. Ana tidak terlalu tahu bagaimana karakter Dafa, tapi setidaknya dia sedikit tahu bagaimana cara dia memimpin. Bukannya Ana meminta maaf maupun merasa malu, dia hanya tetap biasa saja seperti orang yang tidak memiliki salah. Baginya berurusan dengan ketua OSIS itu bukanlah suatu hal yang luar biasa karena masih sama-sama makannya nasi. Jadi, tidak ada istimewanya saja di mata Ana, kecuali kalau memang anti mainstream maka hal itu akan sedikit memikat hati Ana. Saat ini, Ana kembali berdiri tegak menatap ketua OSIS tersebut. Bukan cuma sekali maupun dua kali saja, tatapan Dafa berkali-kali menatap Ana, padahal sebenarnya masih banyak objek lain yang bisa dia lihat. Ana sendiri tidak mengerti mengapa si Dafa menatapnya terus. Namun, Ana benar-benar cuek mengenai alasan tersebut karena dia tidak ingin terlalu percaya diri mengenai perasaan. Bagi Ana, menatap itu wajar karena seseorang dikarunia mata untuk bisa melihat hal-hal yang ada di lingkungan sekitarnya. Sebuah ide terlintas di otak Ana, dia memutuskan akan tersenyum ketika nanti sorot matanya kembali bertemu dengan sorot mata Dafa. Bukannya genit, hanya saja ini mungkin akan menjadi salah satu caranya agar nanti tidak kembali ngantuk. Ana benar-benar malas dalam mengikuti kegiatan MPLS ini. "Dalam mengikuti kegiatan ini, dimohon untuk bisa mengikuti sesuai dengan aturan dan jangan sampai berbuat kericuhan yang nanti pada akhirnya akan membuat acara berjalan tidak lancar. Perlu kalian ingat bahwa peraturan itu dibuat untuk dipatuhi bukan dilanggar dan peraturan dibuat untuk menciptakan ketertiban bukan malah kericuhan," ujar Dafa tepat sesuai dengan perkiraan Ana, kali ini Dafa kembali menatap Ana dan Ana pun memutuskan untuk menatapnya dengan sebuah senyuman. Sekarang terbukti bahwa sejak tadi Dafa memang menatap Ana. Buktinya ketika sorot mata mereka bertemu, raut wajah Dafa benar-benar sedikit berubah. Sulit dideskripsikan karena jika mau dibilang salah tingkah, tapi wajahnya tetap saja datar. Jika mau dibilang tidak salah tingkah, tapi sorot matanya itu tidak bisa dibohongi. Ana pun puas dengan permainannya kali ini dan rasa kantuknya juga sedikit hilang. Satu hal yang cukup aneh, yaitu ketika dia merasakan ada sesuatu yang cukup aneh dalam dirinya, dia berpikir saja mengapa Dafa tidak menegurnya lagi padahal cengengesan itu bentuk dari ketidak seriusan. Ah, entahlah Ana tidak ingin ambil pusing karena sekarang yang terpenting adalah dirinya berhasil dalam menjalankan rencananya dan untuk sanksi jika sudah selesai acara ini, dia tidak peduli akan dibilang apa sama Dafa. Masa bodo atau yang seringkali disebut dengan bodo amat adalah salah satu jalan keluarnya. "Kita akan melaksanakan kegiatan MPLS ini dalam jangka waktu tiga hari. Jadi, dimohon semua siswa baru bisa mengikuti kegiatan untuk mengetahui apa saja yang ada di sekolah ini. Apakah kalian semua paham?" Tanya Dafa. "Siap, paham!" Jawab seluruh siswa baru, maklumlah masih pagi hari dan siswa baru yang tentunya juga masih pada semangat pula dalam mengikuti kegiatan tersebut, tapi tidak bagi Ana karena dia merasa biasa saja tidak ada sedikitpun hal yang bisa menarik dirinya untuk senang melakukan kegiatan tersebut. "Nah, kalian boleh baris sesuai dengan kelompok kalian masing-masing dan sesuai dengan nomor urut kelompok. Nanti ada delapan orang yang akan memeriksa kerapian pakaian kalian dan bagi yang sudah langsung masuk ke dalam aula dan langsung duduk baris horizontal sesuai dengan kelompok kalian masing-masing, dimulai dari kelompok satu. Apakah sudah paham?" Tanya Dafa. "Siap, paham!" Jawab siswa baru secara kompak. "Silahkan baris sesuai dengan apa yang tadi sudah saya perintahkan! Saya kasih waktu lima menit untuk baris sampai rapi." Semua siswa baru pun langsung berhamburan ke sana kemari mencari teman-teman kelompoknya sesuai dengan hari sebelumnya pada saat acara technical meeting. Ana pun merasakan jantungnya berdebar seperti ada yang tidak beres. Ternyata benar, kini dia tidak sengaja tabrakan dengan seseorang hingga membuatnya tersungkur di atas tanah. "Aduh!" Keluh Ana ketika tersungkur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD