Prolog

740 Words
“Jel, dokumen yang saya pinta apa sudah siap?” Angel mendongak, kemudian mengangguk sopan, “Sudah saya simpan di meja anda, Sir.” Bagas tersenyum bangga, “Terima kasih, ya. Kamu memang paling bisa diandalkan.” “Sudah menjadi tugas saya, Sir.” “Karena kamu sudah menyelesaikan tugasmu dengan sempurna, kamu aku bebaskan untuk hari ini.” Wajah Angel seketika berbinar. Kebetulan sekali, hari ini dirinya memang sudah ada janji dengan pacarnya. Yes! Thank, God. “Baik, Sir. Terima kasih.” Bagas menepuk pundak Angel sebelum kembali ke ruangannya. Tanpa menunggu lagi, Angel bergegas merapikan meja kerja dan peralatannya. Saking senangnya, bibirnya tak berhenti bersiul dan bernyanyi. “Hai, Bu. Seneng banget. Kenapa? Dapat reward dari pak Bos?” Angel mendongak, lalu tersenyum ke arah teman satu kantor sekaligus sahabatnya, Jasmine. “Bos ngizinin gua bekerja setengah hari. Segitu saja gua udah seneng banget. Penuh syukur kan, gua?” Jasmine memutar bola matanya menggapi tingkah sok bijak Angel, “Sepertinya lu buru-buru pergi. Lu gak nunggu gua sekalian maksi bareng, gitu?” “Hari ini gua ada janji sama Gio buat rayain aniv kami yang ke 1tahun.” “Gak kerasa, ya. Si Gio hebat juga bisa lulus setahun ini.” Angel mengangguk senang. Selama ini hubungan asmaranya tidak akan bertahan lama, karena para mantan pacarnya selalu melanggar peraturan yang dibuat olehnya. Peraturan berpacaran dengan seorang Angeli Tania Putri adalah dilarang ada ciuman di bibir, dagu dan hidung. Area yang diperbolehkan adalah, rambut, dahi dan pipi. “Oke, kalau gitu good luck, ya. Semoga acaranya menyenangkan.” “Thanks, Mine.” Jasmine berdecak. Sangat tak suka jika orang memanggilnya dengan sebutan Mine. “Sekali lagi lu panggil gua kek gitu, gua doain lu.” “Apa sih, Mine?” “Awas lu, gua doain acaranya sedikit awkard.” “Apaan sih. Doanya jelek banget!" Angel cemberut. “Makanya jangan aniaya orang. Tau sendiri doa orang teraniaya itu pasti terkabul.” “Cih, jones, lu! Becanda juga.” Jasmine mengendikkan bahunya tak peduli. Melambaikan tangan seraya melangkah ke pintu ruang CEO, mengetuk pintu, setelahnya masuk saat mendapat izin dari dalam. Angel cemberut, “Emang gua bakalan percaya doa lu terkabul?” dengusnya, “sudah ah, cabut sekarang aja.” ....... “Bunny, kamu di mana?” Angel celingukan setelah masuk area restoran yang sudah dipesan pacarnya. “Aku dipojok sebelah timur.” “Bunny, jangan becanda! Kamu kan tahu aku buta arah. Sini dong jemput!” “Please, Yang. Kamu minta aku pakai kemeja warna pink. Harga diri lelakiku sudah tercoreng. Terus saja jalan ke dalam, pokoknya gak ada lelaki yang pakai kemeja warna pink selain aku.” Angel menahan geli, dia memang meminta Gio untuk memakai kemeja yang warnanya sangat dibenci lelaki itu. Angel hanya ingin melihat apakah pacarnya akan menurutinya atau tidak. Ternyata dia menurut juga, meski terlihat jelas lelaki itu sangat jengkel. “Okey, tunggu aku, Bunny! Love u.” Angel berjalan lebih dalam, kembali kepalanya celingukan memperhatikan sekitar. Keningnya mengerut saat melihat siluet yang dicarinya, “Tumben banget milih meja VIP,” gumam Angel heran. Pasalnya, Gio orang yang perhitungan. Tapi ... ah, mungkin karena hari ini adalah hari spesial buat mereka. Dengan langkah anggun, Angel menghampiri, sangat senang karena perhatian pacarnya memang mendapat kemajuan. Berani mengeluarkan kocek sedikit besar, adalah sebuah perubahan besar bagi sang pacar. 'Grep!’ ”Hai, Bunny. Happy Anniversary kita. I love u!” Angel merangkul Gio dari belakang, mencium pipi lelaki itu dua kali. Tak ada respons dari pacarnya, Angel malah mendapati tubuh Gio menegang kaku. Dan itu justru membuat Angel terkekeh. Selama mereka berpacaran, ini pertama kalinya dia berinisiatif memeluk duluan. “Kamu kaget ya, aku meluk kamu duluan, Bunn. Setelah ini tolong sah-in aku, ya!" goda Angel sedikit genit. “Aww!” Pelukan Angel tiba-tiba terlepas, karena seseorang menarik tubuhnya secara paksa. Bersiap menyemburkan cacian, tetapi mulutnya malah menganga tak percaya. Di depannya ... mana mungkin! Kalau pacarnya berada di depan tengah memelototi dirinya, lalu siapa yang duduk di kursi yang barusan dia peluk? Angel segera menghampiri lelaki yang masih setia duduk memakai baju persis seperti pacarnya. Mata mereka bersitatap, pria itu memang orang lain. Bukan hanya Angel saja yang melotot dan shok, lelaki yang tadi dipeluknya pun bersikap demikian. “K-kenapa bisa be-gini?” gumam Angel frustasi. “M-mas. Siapa perempuan ini?” Angel berbalik dan semakin shok saat melihat wanita berperut buncit tengah menatapnya penuh intimidasi. “What? Jadi tadi gua peluk suami orang?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD