CHAPTER I - SEVENTH

2102 Words
Tomo Park, salah satu dari tiga taman yang ada di South City. Luasnya sekitar 1 hektar dan tak banyak yang bisa dilihat, hanya pepohonan rindang, rerumputan, dan beberapa kursi taman, lalu jalan-jalan setapak yang melalui setiap sudut taman. Letaknya yang strategis, tepat di pusat kota, menjadikan taman ini sebagai pilihan utama penduduk South City untuk bersantai. Avalon, negara ini hanya memiliki sedikit ruang umum yang asri, biasanya cuma terdapat tiga atau empat taman di tiap kota. Ai meletakkan buku yang belum selesai ia baca ke pangkuannya. Disandarkannya kepalanya pada batang pohon mahoni rindang tempat ia duduk berteduh sambil membaca sejak satu jam yang lalu. Suara angin lembut yang bergesekan dengan dedaunan membuat kelopak matanya terasa berat. Sinar mentari masuk dari celah dedaunan, bergoyang perlahan di atas cover buku yang akhir-akhir ini menjadi candunya, buku berwarna kelabu yang bertuliskan; History: What They Don't Tell You. Di tahun ke 20 dalam hidupnya, Ai semakin sadar bahwa dunia tempat ia hidup tidak serta merta muncul dengan sendirinya. Ada proses yang terjadi sebelum akhirnya ia tiba pada zaman ini, dan proses itulah yang disebut sejarah. Namun, bagaimana seseorang dapat mengetahui sejarah suatu hal? Membaca buku? Bertanya pada orang yang menjadi saksi sejarah? Tak ada yang dapat menjamin bahwa apapun yang manusia pelajari tentang sejarah saat ini adalah suatu hal nyata yang tidak dibuat-buat. Buku ditulis oleh seseorang yang akan selalu memiliki kepentingan pribadi maupun kelompok, para pencerita sejarah juga akan cenderung menceritakan kisah yang mereka anggap layak untuk diceritakan. Tidak ada. Tidak ada satupun yang dapat menjamin bahwa mereka telah menceritakan semua yang terjadi tanpa menyembunyikan satu atau beberapa hal. Itulah yang saat ini ada di tangan Ai, hal yang saat ini memenuhi kepalanya. Tepatnya sejak ia melihat kata "WoLf" pada sebuah laman blog ketika ia sedang mencari-cari artikel untuk tugas kuliahnya. WoLf, Way of Life, kelompok pemberontak yang selama ini dikabarkan sering melakukan teror di Avalon. Kelompok itu muncul sekitar 1 dekade lalu, tepatnya 5 tahun sejak rezim Zoire berkuasa. Selama satu periode masa kekuasaannya, memang banyak perubahan yang terjadi di Avalon. Berbagai sektor hukum dan politik diubah sesuai kepentingan Zoire. Kelompok pro pemerintah akan dipertahankan sementara kelompok oposisi berakhir mengenaskan. Mati karena kecelakan, mati karena sakit, atau entah bagaimana terlibat kasus korupsi dan berakhir di Pulau Pengasingan Eyja ataupun langsung dihukum mati. Saat periode kepemimpinannya berakhir, Zoire mengumumkan bahwa ia adalah Putri Shura, keturunan terakhir kerajaan Avalon yang puluhan tahun lalu diasingkan ke Pulau Eyja saat terjadi kudeta militer. Ia pun mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin Avalon untuk seumur hidup. Meski Zoire masih belum mampu mengubah demokrasi di Avalon kembali menjadi monarki absolut, tapi sedikit demi sedikit ia sudah mulai mengubah banyak hal demi mencapai tujuan itu. Ai biasanya tak pernah peduli dengan isu-isu seperti itu, sampai saat ia tahu bahwa ayahnya dicurigai sebagai kelompok pemberontak. Sudah 7 tahun ia menjadi buronan pemerintah, banyak yang mengira ia sudah mati. Tapi menurut isu yang beredar, ada yang pernah melihatnya berada di Eyja. "Permisi." Sebuah sapaan ringan membuyarkan pikiran Ai dan ia refleks membuka matanya. Di hadapannya berdiri seorang pemuda dengan senyum yang sangat ceria. "Numpang tanya," katanya lagi. Ai menegakkan punggungnya sambil membalas senyuman si pemuda bersuara riang itu. "Iya?" balasnya kemudian. "Saya baru saja pindah dari East City, besok hari pertama saya kuliah di SSU (South State University), jadi hari ini saya mau survey lokasi dulu. Biar besok nggak bingung. Mumpung libur," jelasnya. Lelaki berkulit gelap khas Timur itu kini sudah mengambil posisi duduk tidak jauh dari Ai. Matanya menatap lurus pada buku yang ada di pangkuan gadis berwajah bulat itu. "Aku juga baca buku itu. Sudah ada tiga seri, 'kan? Aku pengen banget koleksi semuanya, tapi belum ada duit. Jadi cuma bisa numpang baca di perpustakaan." Logat bicaranya benar-benar khas orang Eastern, terkesan sembarangan dan penuh dengan bahasa slang. "Perpustakaan? Bukannya buku ini sudah dilarang beredar? Kamu baca di perpustakaan mana?" tanya Ai bingung. Setahunya, penulis buku ini sudah masuk penjara dan semua bukunya ditarik dari pasar karena dianggap menyebar berita palsu dan menjelek-jelekkan pemerintah. "Maksudku dulu, sebelum bukunya dilarang, hehe... oh iya, aku kan tadi mau numpang tanya. Kok malah jadi ngobrol, ya?" Ia lalu menertawakan dirinya sambil memukul pelan lengan Ai seolah mereka sudah berteman sangat lama. Senyum kaku tersungging di wajah Ai. "Cowok ini... apa memang semua orang Eastern begini?" pikirnya. Seumur hidupnya, Ai tinggal di South City. Ia belum pernah sekalipun berkunjung ke wilayah lain di Avalon. Negara ini hanya memiliki empat wilayah di Pulau Utama yang dinamakan sesuai letaknya. East City yang penduduknya kebanyakan orang berkulit gelap. Katanya disana banyak sekali wisata alam yang menarik. South City sendiri didominasi oleh orang-orang berwajah oriental, kota ini adalah pusat perdagangan di Avalon. North City adalah wilayah industri dan perkantoran, penduduknya beragam karena berasal dari seluruh penjuru negeri. Sedangkan West City, terkenal dengan penduduknya yang cantik dan tampan, pusat hiburan di Avalon. Tepat di tengah keempat wilayah negara itu, di daratan Avalon ada zona yang disebut Ivory Palace, pusat pemerintahan Avalon, kediaman Zoire juga berada di sana. Ai tahu semua itu hanya berdasarkan buku yang dibacanya, ia tak pernah keluar dari South City. "Hei, kita jadi melihat kampusnya, 'gak?" Lagi-lagi suara ceria itu memaksa masuk ke ruang dengar Ai. Ia menatap Ai lekat-lekat sambil masih tersenyum penuh percaya diri. Ai menghela napas sebelum membalas, "Kamu sudah tahu kalau aku akan mengantarkanmu, kan?" ujarnya kemudian. Kali ini nada bicara Ai mulai terdengar serius. Tapi ekspresi lelaki itu masih sama, ia tetap santai membalas tatapan Ai. Sampai akhirnya ia tertawa lepas. "Sudah kuduga, kamu memang Seventh!" serunya girang. Ia lalu mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, Ariel, mahasiswa pindahan dari Delacour University di East City. Political Science, kita satu jurusan. Dan aku tahu kemampuan khususmu." Lelaki bernama Ariel itu setengah berbisik di akhir kalimatnya. Saat Ai masih sibuk mencerna kalimatnya, Ariel sudah berdiri sambil menepuk-nepuk celananya lalu mengulurkan tangan pada Ai. "Ayo, antarkan aku melihat-lihat SSU," katanya lagi. Ia tidak terdengar sedang meminta tolong, sepertinya ia yakin Ai tak akan menolak. SSU, South State University, adalah universitas terbesar kedua di Avalon. Setiap mahasiswanya memiliki ID Card yang akan mengakses segala fasilitas kampus. Tanpa ID tersebut, tidak ada yang bisa keluar masuk area kampus. "Ini SSU," kata Ai sambil berbalik menghadap Ariel tepat di depan gerbang. "Kamu sudah punya ID mahasiswa atau ID tamu? Aku tidak bisa membawamu masuk tanpa itu. Di sini, khusus mahasiwa, ID juga harus dicocokkan dengan sidik jari." Ai menunjuk ke arah empat gate untuk tap in ID yang berjarak beberapa meter di balik gerbang. "Kalau mencoba masuk paksa, alarm akan berbunyi." "Haisshh... kamu curigaan banget sih," Ariel tertawa sambil mengibas-ngibaskan tangannya, "aku sudah punya ID. Besok kan sudah harus masuk, tentu saja finger print juga sudah beres. Aku cuma mau tahu lokasi kampusnya saja, sudah cukup. Hari ini sampai sini saja nggak apa-apa. Makasih ya, Ai..." sambungnya lagi. Ai tak membalas apa-apa, ia cuma menatap tajam ke arah wajah kekanakan di hadapannya itu. "Siapa kamu sebenarnya? Aku tidak pernah menyebutkan nama dan jurusan kuliahku, dan kamu juga tadi bilang bahwa kamu tahu kemampuanku, apa maksudmu? Apa itu Seventh?" "Whoa... pelan-pelan dong nanyanya." Lagi-lagi Ariel tertawa dengan ringannya. "Aku pengen banget ngejelasin semuanya ke kamu, tapi kayaknya nggak bisa sekarang deh. Besok saja pas jam makan siang, ya? Pokoknya kamu jangan kuatir, aku ini orang baik. OK, sampai jumpa besok ya. Thanks," serunya sambil mengedipkan sebelah mata dan berlalu begitu saja. *** "Selamat Pagi, Aisyah. Hari ini 25 Juni 20xx, pukul 07.00 pagi. Semoga harimu menyenangkan!" Suara Klein membangunkan Ai pagi ini, seperti biasa. Klein adalah robot pengurus rumah [1] yang sangat lazim dimiliki setiap keluarga di Avalon. Tampilannya lebih mirip tong sampah berjalan, hanya saja ia punya dua tangan dan sepasang mata. Klein berjalan dengan roda, tubuhnya bisa memanjang dan memendek sesuai dengan kebutuhan, begitu juga dengan tangannya. "Apa hari ini akan hujan?" tanya Ai saat ia beranjak dari tempat tidur dan menggeliat meregangkan otot-otot di tubuhnya. "Hari ini cuaca 26 derajat Celsius, cukup berawan." Klein menjawab sambil memanjangkan tangannya untuk membuka gorden jendela. "Apa Bunda sudah bangun?" tanya Ai lagi. "Mrs. Wulan sudah bangun 30 menit yang lalu." "Bagaimana keadaannya? Apa dia terlihat sedih?" "Maaf, jawaban terbatas. Silakan ajukan pertanyaan yang tepat." Kalimat ini sebenarnya hanya kalimat biasa. Tapi kalau Klein yang mengucapkan dengan suara robotic-nya, itu jadi terdengar sangat menyebalkan bagi Ai. "Dasar robot," gerutunya jengkel. Klein memang bisa mengerjakan berbagai hal, tapi dia tidak terprogram untuk apapun yang berhubungan dengan emosi dan perasaan manusia. Ai menemukan ibunya sedang duduk di meja makan sambil mengutak-atik Alltech [2] di pergelangan tangan kirinya. "Bunda cuma masak nasi goreng," sapanya tanpa menatap Ai. Rambut bun-nya tertata rapi memamerkan tengkuk dan leher panjangnya, ia sudah siap dengan baju kerjanya. Merasa malu dengan penampilan yang masih sangat berantakan, Ai mengikat ponytail rambut ikalnya yang panjang. Ia lalu duduk dihadapan ibunya. "Happy Birthday, Bunda," katanya dengan suara yang dibuat seceria mungkin. Wanita yang kini genap berusia 50 tahun itu akhirnya mengalihkan perhatian dari VS alltech-nya, tersenyum menatap Ai sambil lalu beranjak untuk mengecup pipi anak bungsunya itu. "Terimakasih, sayang," gumamnya sambil mengusap pelan rambut Ai. Ai memberikan seringai manja sebelum akhirnya mulai mengangkat sendok dan melahap nasi goreng di hadapannya. "Oh iya ," ia kembali memulai obrolan, "kak Nova ada menghubungi Bunda?" Ibunda Ai menggeleng pelan dengan raut wajah yang mulai tampak sedih, ia lalu kembali menatap alltech di tangan kirinya. "Tapi ayahmu mengirim email," balasnya setengah berbisik. Jantung Ai langsung berdegup kencang saat ibunya menyebut soal lelaki itu. "Benarkah? Dia ada di mana sekarang?" tanyanya mulai tidak sabar. Wanita di hadapannya hanya tersenyum tipis sambil kembali menggeleng, wajahnya masih terlihat cantik meski ada gurat kelelahan di sana. "Bunda tidak tahu. Email yang ia kirim tak pernah menggunakan alamat yang sama. Bunda tahu dialah si pengirim email cuma karena mengenali caranya biasa memanggil Bunda," katanya kemudian. "Tidak apa-apa, Bunda juga tidak berharap dia pulang. Semuanya sudah jadi seperti ini, lebih baik keberadaannya tetap tidak diketahui." Wanita itu kini tersenyum memandangi VS di tangannya, sepertinya Kiriyan mengirimkan ucapan selamat ulang tahun dengan mengirimkan sebuah animasi yang kemudian ditutup dengan kembang api yang membentuk kata "Wuyan", panggilan sayang lelaki itu terhadap ibunya. Ai menghempas napas sambil menatap permukaan meja di hadapannya. Kiriyan, ayah kandungnya itu sudah pergi sejak tujuh tahun yang lalu. Saat namanya muncul sebagai salah seorang yang dicurigai terlibat dengan WoLf, ia menghilang setelah sebelumnya menceraikan Wulan. Walaupun sampai saat ini ia masih rutin mengirimkan uang dan sesekali mengirim email untuk menanyakan kabar, tapi dia tak pernah pulang. Semua itu ia lakukan agar keluarganya terbebas dari tuduhan yang diarahkan kepadanya. Jika ia tak segera melepaskan hubungan dengan Wulan dan kedua anaknya, maka mereka semua akan berakhir di Eyja, dengan atau tanpa Kiriyan. Wulan menikah lagi sebelum periode rekonstruksi yang diberikan pemerintah berakhir, ia menikah dengan seorang joki 4 in 1. Tapi, Ai tahu, sampai saat ini ibunya masih mencintai ayah kandungnya itu. Kadang Ai suka kesal, kenapa ibunya begitu setia pada lelaki egois itu. Tapi Ai juga ingat, bahwa sebenarnya di tiga tahun pertama kepergian Kiriyan, lelaki itu selalu bersikeras membujuk Wulan untuk ikut pergi dengannya, memberontak terhadap pemerintah, hidup dalam persembunyian. Wulan menolak karena ia tak ingin mengorbankan masa depan anak-anaknya. Maka seperti inilah akhirnya, mereka hidup terpisah meskipun kedua hati itu masih melekat dengan sangat eratnya. "Hari ini kuliah jam berapa?" Wanita bernama Wulan itu kembali membuka topik obrolan baru. Ia memang tak pernah mau berlama-lama larut dalam pembicaraan tentang Kiriyan. "Jam 10, Bunda nanti pulang jam berapa? Kita makan di luar, yuk. Tapi Bunda yang traktir ya." Ai pun berusaha mengubah obrolan menjadi lebih ringan dan ceria. Wanita itu tertawa kecil sambil beranjak dan mencuci tangannya di westafel. "Kamu menyusul saja, ya. Pulang kerja nanti sekitar jam 7 malam, Bunda tunggu di Cafe Coppa, OK?" Ia lalu menghampiri Ai dan memberi kecupan sekilas di kepalanya. "Bunda pergi dulu," katanya sambil berlalu. . _______________ [1] Robot pengurus rumah di Avalon terbagi menjadi dua jenis, Robot-maid dan Robot-butler. Klein tergolong sebagai Robot-butler. Para majikan berhak memberi nama sesuka hati terhadap robotnya, robot ini hanya akan bergerak menuruti perintah majikannya berdasarkan sensor suara majikan yang telah terdata pada robot tersebut. [2] Alltech adalah teknologi yang paling umum dimiliki setiap penduduk Avalon. Benda ini berbentuk jam tangan. Fungsinya seperti komputer dan merangkap sebagai teknologi komunikasi, baik video call maupun voice call. Aplikasi yang terdapat di dalamnya beragam, tergantung kebutuhan pemiliknya. Karena layar alltech sangat kecil dan hanya seukuran dial jam tangan, maka alltech memiliki VS (Virtual Screen), berupa layar virtual yang hanya dapat dilihat oleh si pemilik alltech. Namun, VS juga dapat berubah fungsi menjadi layar hologram yang terproyeksi di atas dial jika si pemilik menginginkan VS untuk dapat dilihat orang lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD