Prolog

1715 Words
Cantik, pintar, kaya, terkenal, multitalenta, dan dermawan. Apa yang kurang dari sosok Nevara Olivia Wijaya? Seisi dunia pun tahu jika gadis yang biasa dipanggil Neva itu tak pernah hidup kekurangan. Terlahir di keluarga berada membuatnya terbiasa hidup bergelimang harta dan dibanjiri sanjungan dari orang-orang di sekitarnya. Orang tua yang begitu menyayanginya, asisten rumah tangga yang siap melayani kebutuhannya, dan para pria keren di luaran yang bersedia mengejar cinta anak tunggal itu. Neva tak ubahnya seorang princess yang bisa mendapatkan apa pun yang ia inginkan. Hingga akhirnya satu per satu peristiwa menghantam pertahanannya. Diawali pengkhianatan yang dilakukan tunangannya membuatnya patah hati tak berujung. Dia dan Andreas memang dijodohkan, tapi Neva mencintai Andreas setulus hati. Hatinya teriris-iris ketika satu per satu tabir gelap itu terbuka. Andreas menerima perjodohan karena ada satu tujuan yang ingin ia wujudkan, menjadi bagian dari keluarga Wijaya yang kaya raya, yang tentunya ia akan turut mencicipi kekayaan keluarga itu. Andreas yang ternyata sudah memiliki kekasih hanya memanfaatkan reputasi Neva. Semua terbuka kala Neva mendengar langsung perbincangan Andreas dan kekasih gelapnya di ruang kerjanya. Saat itu Neva datang ke kantor tempat Andreas bekerja, berniat memberikan kejutan dengan membawa kue ulang tahun. Ia bersembunyi di bawah meja kerja yang tertutup di bagian depan, menunggu Andreas selesai rapat. Ia terkejut saat mendengar derap langkah masuk ke ruang kerja diiringi suara laki-laki dan perempuan. "Kamu nggak jalan sama si Princess Manja itu, 'kan?" ucap seorang perempuan dengan nada manja. "Nggak, hari ini waktuku cuma buat kamu. Neva itu gampang dibodohi. Aku bilang apa dia pasti percaya." Andreas menyila rambut Kania, kekasih kesayangan yang terpaksa menyembunyikan hubungannya dan Andreas demi membantu Andreas menguasai harta keluarga Wijaya. Neva yang masih bersembunyi di kolong meja merasa terkejut bukan main. Selama ini Andreas selalu bersikap lembut padanya. Ia pikir Andreas benar-benar mencintainya dan memujanya. Hati Neva retak berserakan. Ia tahan diri dan masih bersembunyi. "Kamu beneran nggak ada rasa sama dia, 'kan?" Kania menatap Andreas tajam. Selamanya, ia tak bersedia berbagi cinta. Ia sudah memperingatkan Andreas agar tak melibatkan hatinya saat harus berperan sebagai tunangan Neva. "Nggak, Sayang. Jiwa dan ragaku cuma buat kamu." Andreas mencubit pipi Kania dengan gemasnya. "Beneran? Raga kamu masih utuh jadi milikku, 'kan?" Kania menelisik wajah Andreas begitu detail seolah tengah mencari-cari jejak kebohongan yang mungkin disembunyikan Sang Kekasih. "Iya masih utuh buat kamu. Neva itu cewek paling konservatif yang pernah aku temui. Dia nggak pernah mau disentuh, nggak mau tidur dengan cowok, dia hanya akan menyerahkan diri untuk suaminya. Dicium aja nggak mau. Benar-benar konservatif dan kuno. Udah gitu dia perfeksionis sekali. Melihat bajuku kena noda sedikit aja, dia bakal nyuruh aku ganti. Apalagi kalau harus menghadiri acara-acara penting, banyak larangan yang ia berikan, banyak aturan yang harus aku jalani. Selama menjadi tunangannya, aku nggak bahagia, nyiksa diri tahu! Cuma aku terpaksa menjalani demi bisa menguasai harta mereka suatu saat nanti." Sampai di sini Neva tak tahan lagi untuk meluapkan kekecewaannya. Ia tak menyangka, Andreas yang begitu ia cintai tega menikamnya. Kepercayaannya pada laki-laki itu menukik hingga titik nol. Pengkhianatan ini begitu menyakitkan. Berikutnya ia mendengar suara desahan yang begitu menganggu pendengarannya. Neva keluar dari persembunyian. Matanya memanas, hatinya meradang kala ia melihat Andreas dan perempuan berpakaian seksi itu b******u mesra. Neva mengamuk histeris. Ia memukul Andreas berkali-kali. Andreas terkejut bukan kepalang. Ia berusaha menenangkan Neva hingga harus meminta bantuan petugas sekuriti untuk menahan Neva yang masih berusaha menyerang Andreas dengan segala sumpah serapah dan air mata. Berita ini langsung menjadi headline, viral di seantero media sosial. Nevara Olivia Wijaya, seorang princess dengan image positif melukiskan image baru yang tak pernah disangka-sangka. Wanita yang terkadang dijuluki "Miss Perfect" itu pun bisa mengamuk, histeris, dan tampak begitu frustrasi. Belum jua sembuh dari patah hati yang teramat sakit, hidup Neva kembali diuji. Ayahnya yang seorang anggota dewan terbukti melakukan korupsi, meraup rupiah haram bernilai fantastis. Ibunya menggugat cerai Sang Ayah setelah sebagian besar aset keluarga disita dan ternyata selama lima tahun belakangan, Sang Ibu berselingkuh dengan sahabat ayahnya. Bahkan dia dan selingkuhannya berencana menikah. Satu per satu harta kekayaan keluarga terkikis. Neva yang malang bahkan harus tinggal di rumah kontrakan, bertahan hidup dengan uang tabungan selama menjadi selebgram yang dibanjiri tawaran endorse di masa kejayaannya. Lambat laun, produk-produk tak lagi tertarik menggunakan jasanya untuk menawarkan barang-barang mereka. Polemik keluarga menjadi akar dari segala kekacauan. Citra baik keluarga Wijaya yang terbangun sekian tahun runtuh dalam sekejap. Neva harus berpikir keras bagaimana bertahan hidup. Masih ada satu mobil yang ia miliki sepaket dengan supir pribadi keluarga yang masih setia menemani Neva. Supir bernama Sagara Biru, atau biasa disapa Gara ini memutuskan untuk menemani Neva dan mengontrak di sebelah kontrakan Neva. Ia bahkan bersedia tidak digaji. Ia tahu Neva tidak bisa menyetir dan gadis itu memiliki alasan kuat tidak menjual mobilnya. Benda itu satu-satunya pemberian ayahnya yang masih tersisa. Mobil lama yang jika dijual nilainya tidak seberapa bagi Neva. Meski Sang Ayah kini mendekam di balik dinginnya jeruji besi, di mata Neva, ayahnya tetap pahlawannya. Ia rutin menjenguk Sang Ayah dan memberikan dukungan moril. Gara sendiri memutuskan bekerja di bengkel dekat kontrakan. Keterampilannya selama bersekolah di SMK dulu menjadi penolongnya di saat ia harus kehilangan pekerjaan karena bangkrutnya keluarga Wijaya. Neva pun berusaha melamar pekerjaan ke sana sini meski belum ada panggilan kerja. Sambil menunggu panggilan kerja, ia melakukan pekerjaan apa saja yang menghasilkan uang selama halal. Ia menulis di platform berbayar, royaltinya memang masih sedikit. Namun, semua itu mampu meng-cover kebutuhannya. Tabungannya semakin menipis. Selain menulis, ia juga menjadi admin online shop milik salah seorang teman yang masih peduli padanya, di saat teman-teman lainnya menjauh setelah ia tak punya apa-apa. Terkadang Neva menangis di sudut kamar, meratapi suratan yang membawanya hingga ke titik terburuk. Ia menyesali kehidupan lamanya yang senang sekali menghamburkan uang untuk hal-hal yang tidak penting. Kini ia harus berhemat dan mati-matian mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk bertahan hidup. Kehadiran Gara sedikit menghalau kesedihan, meski pemuda 27 tahun itu juga kerap mengesalkan. Sering mereka berbeda argumen dan bahkan pria itu sudah mulai berani mengatur hidupnya, tak boleh makan terlalu pedas, tak boleh minum kopi kebanyakan, dan tak boleh begadang. Gara, pemuda desa yang merantau ke ibu kota itu satu-satunya orang yang masih peduli padanya, selain ayahnya. Ayahnya memang menitipkan Neva pada Gara untuk dijaga. Laki-laki itu sebenarnya tampan dengan tubuh tinggi tegap, bercambang tipis di sepanjang rahang, perut sixpack dan d**a bidang, idaman para wanita. Namun, segala pesona Gara seolah tenggelam di mata Neva. Baginya Gara tetaplah pemuda desa, driver keluarga, dan sering kali menyebalkan. Di mata Gara, Neva adalah gadis 22 tahun yang manja, tak bisa melihat barang kotor meski secuil, doyan makan tapi tubuhnya tetap ideal, kadang ngambek tak jelas, moody, tapi Gara juga mengakui jika wanita itu cerdas dan sejak sekolah dulu prestasinya selalu gemilang. Namun, entah kenapa ia sulit mencari pekerjaan. Apalagi jika identitas Neva diketahui sebagai anak dari Bagas Wijaya, stigma negatif langsung melekat. ****** Malam itu Neva duduk melamun, memikirkan langkah ke depan yang bisa ia ambil. Sejujurnya ia sulit menjalani hidup seperti ini. Ia tak terbiasa tidur di kasur tipis, baju-baju yang juga seadanya karena sebagian besar baju-baju branded-nya ia jual untuk mencukupi kebutuhan. Ia tak terbiasa makan hanya dengan lauk tahu dan tempe, ia tak terbiasa tidur di kamar sempit dan rawan bocor jika turun hujan. Ia berusaha beradaptasi meski sangat sulit. Ketukan pintu bergema. Neva mempersilakan masuk. Ia sudah bisa menebak, Gara yang datang. Pemuda itu mengenakan kaos santai dan celana pendek selutut. Di tangannya tergantung plastik kresek berisi dua bungkus nasi goreng. "Non, maksud aku Neva, ini nasi goreng aku beli di depan gang. Kamu belum makan, 'kan?" Gara yang dulu terbiasa memanggil "Non Neva" kini harus berlatih untuk hanya memanggil "Neva". Neva sendiri yang memintanya. Neva cukup tahu diri, dia bukan lagi princess dan majikan Gara kendati pria 27 tahun itu masih menganggap dirinya driver keluarga Wijaya. Neva menatap dua bungkus nasi di atas meja. Gara bergegas ke dapur untuk mengambil piring, sendok, dan air. Ia meletakkan dua bungkus nasi itu di dua piring. Satu piring ia majukan untuk lebih dekat dengan Neva. "Ayo dimakan nasinya." Gara menatap Neva yang tampak tak berselera. "Apa tempatnya bersih? Atau di pinggir jalan? Apa makanannya terkena debu?" Rentetan pertanyaan Neva membungkam Gara yang membisu sekian detik. Ditatapnya Neva lebih tajam. Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Sesekali menoleh ke arah Gara. Ia kikuk sendiri tatkala menyadari tatapan Gara tak lepas darinya. "Kamu mau makan nasi goreng di restoran? Yang seporsinya ratusan ribu? Yang tempatnya mewah, bersih, dan sering didatangi kaum Borjuis?" cecar Gara, membuat Neva beringsut. "Bangun dari mimpi kamu, Neva! Sadar, sekarang hidup kamu nggak sama kayak dulu. Biasakan untuk adaptasi!" ucapan Gara terdengar tegas dan tepat menancap di lubuk hati Neva. Lagi-lagi gadis itu disadarkan. Luka lama kembali menggerogoti pertahanannya. Luka yang belum mengering. Rasa sakit, terbuang, disia-siakan, ayahnya yang mendekam di penjara, ibunya yang tega meninggalkannya dan tinggal bersama pria selingkuhannya, teman-temannya yang menjauh, hujatan netizen yang masih kerap ia baca di media sosial, Andreas yang mengkhianatinya, semuanya seakan diputar kembali pada sebuah layar. Ia hanya mampu duduk terpaku mengamati setiap episode kehidupan yang begitu getir. Tiba-tiba air matanya merembes dan ia terisak pelan. Ya, benar kata Gara, Neva Olivia Wijaya bukan lagi selebgram tenar yang dijuluki "Princess" dan "Anak Sultan". Ia hanya gadis biasa yang bahkan harus berjuang mati-matian mengumpulkan uang untuk membayar kontrakan. Gara tak sampai hati mendengar Neva menangis lirih. Terkadang ia bingung menghadapi Neva yang manja dan begitu sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan barunya. "Maaf, aku nggak bermaksud bikin kamu nangis. Kalau kamu tidak mau makan nasi goreng ini, aku akan memasak nasi goreng, mie goreng, atau apa saja yang kamu mau. Sepertinya di kontrakanku masih ada bahan-bahannya. Aku akan mengambil bahan-bahannya dan masak di sini." Neva melirik Gara sepintas. Sebelum Gara beranjak, ia segera mengambil piringnya. Ia buka bungkus nasi goreng itu. Tanpa berkata-kata, ia menyuapkan sesendok nasi dengan lahapnya. Ia kunyah nasi itu dengan air mata yang masih berderai. Gara tercenung. Ia amati sosok gadis manja yang dulu hidup bak Putri Raja. Dulu ia jarang berkomunikasi dengan Neva. Tugasnya hanya mengantar gadis itu dan anggota keluarga yang lain. Sekarang, Neva harus menjalani hidup yang begitu berbeda. Tentu ia tak sampai hati meninggalkan gadis itu sendirian. Kerabat maupun teman-temannya menjauh dan tak ada yang mau menampungnya. Ia akan berusaha mengemban amanah Bagas Wijaya untuk menjaga Neva sampai mantan atasannya ini keluar dari penjara. ******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD