CHAPTER 1

1403 Words
                                                                                 Happy Reading^^ Malam hari di Amerika sangat sepi, tak ada orang yang berlalu lalang di jalan. Namun, di luar angkasa terjadi perang hebat di sana. Beberapa penyihir dan para Guardian bertarung mati-matian untuk mempertahankan apa yang mereka miliki. Mereka bersatu untuk mempertahankan bulan yang menjadi sumber utama masalah p*********n itu, dengan ketiga pemimpin mereka yang hebat. Mereka bertarung sekuat tenaga, menghabiskan banyak tenaga untuk berubah, mengeluarkan mantra, dan lain-lain. "Kalian tak akan bisa mengalahkan aku. Aku abadi haha ...." Ketiga pemimpin itu menggertakkan giginya secara bersamaan, mereka tahu jika musuhnya itu abadi. "Kalau begitu, kami tak akan membunuhmu. Namun, mengurungmu!" Ketiga pemimpin itu membagi formasi mereka dan mengurung musuhnya di sebuah guci, menyegelnya dengan sihir tingkat paling atas. Mereka kira perang sudah berakhir karena kalahnya musuh, yaitu kegelapan yang abadi. Namun mereka salah besar, banyak penyihir terpengaruhi kegelapan dan berubah menjadi tamak. Arena peperangan tak berhenti hingga Lyse, salah satu pemimpin terkuat itu menggunakan kekuatannya untuk menghentikan mereka semua. "s****n, apa aku harus menghapus ingatan kalian semua dan membuang kalian?" gumam Lyse. Akhirnya Lyse menggunakan kekuatan rahasianya dan mengeluarkan hewan pelindungnya yang sangat amat langka. Semuanya terkejut dan langsung memperhatikan Lyse yang melayang dengan cahaya di sekelilingnya itu. "Akan ku buat kalian tak mengingat semua ini," ujarnya. Cahaya putih menyebar begitu saja, membutakan seluruh kaum. Lyse membuat kelompok dan membaginya untuk menjaga satu persatu benda yang ada di galaksi Bima Sakti, termasuk dengan Zhan dan Hylus pun ikut dia pisahkan entah kemana. Tubuhnya mengecil, dia kehilangan seluruh tenaganya. Ingatan miliknya sudah terhapus seluruhnya, dia kembali kepada pangkuan penyihir terhebat setelah Zhan, Hylus dan dirinya sendiri. "Astaga, apakah dia salah satu pemimpin?" tanya salah satu penyihir yang memangku bayi kecil itu. "Ku rasa iya, bagaimana kita rawat saja? Ku rasa dia akan kembali menghadapi takdir yang lebih berat," ujar suaminya. Kedua pasang penyihir itu membawa Lyse yang sudah menjadi bayi ke dalam rumahnya, begitupun dengan Zhan dan Hylus, mereka menjadi bayi dan di asuh oleh orang tua yang sama. Bertahun-tahun mereka merawat Lyse dengan baik, hari itu mereka berkunjung ke bumi untuk melihat sepupunya. Awalnya memang berjalan dengan baik, tapi Hyna menemukan guci di mana sang kegelapan terkunci. Dia membukanya dan membuat sang Ibu harus bertanggung jawab dengan memberikan tubuhnya sebagai tumbal. Lyse tak tahu pasti, tapi kepalanya sangat sakit. Semuanya terasa familiar, tapi dia juga tak tahu dari mana. "Lyse ayo pergi!" Ibu angkat Lyse membawa Lyse ke bulan dengan teleportasinya. Lalu sesampainya mereka di bulan, para penyihir lainnya sudah berubah menjadi tamak dan saling bertarung. Di sana kedua orang tua angkat Lyse harus merenggang nyawa untuk mengalahkan mereka semua. Sedangkan Lyse yang masih remaja di sana hanya termenung tak tahu harus melakukan apa. Dia menangis meminta tolong pada siapapun yang tersisa di sana, dia berharap ada sebuah keajaiban. Namun, sepertinya takdir tak berpihak padanya. Para penyihir yang di kalahkan oleh orang tuanya bangkit kembali dengan aura kegelapan yang menguar, mereka melihat Lyse seakan-akan melihat mangsa. Lyse tak mengerti tatapan itu, tapi dia tahu situasi apa yang dia alami saat itu. Tak lama mata Lyse bercahaya, dia mengucapkan mantra untuk membuang para guardian dan penyihir dari bulan menuju bumi. Dia menghilangkan kekuatan mereka, dan membuang mereka dengan berbagai wujud. Seperti roh, wujud manusia dan lain-lainnya. Hanya dia seorang yang tersisa dengan tongkat peninggalan ibunya serta krystal bulan yang ada di ujungnya. Dia memakai tongkat itu untuk mengalahkan beberapa makhluk yang ingin merebut bulan dari tangannya. Dia kira semuanya akan baik-baik saja, ternyata tidak. Justru cerita hidupnya baru saja di mulai dengan petualangan-petualangan menarik serta fakta yang terus menampar Lyse.                                                                                           |~¤~| Hari ini para Profesor di badan peneliti Galari di Amerika Serikat, tengah melihat peristiwa langka yaitu gerhana matahari total yang akan berlangsung. "Profesor Syra apakah kita akan membuat dokumentasi untuk peristiwa ini?" tanya Ansley. Profesor Syra yang lagi memperhatikan peristiwa langka itu hanya mengangguk dan tetap menatap ke langit. Ansley pun pergi untuk mencari teropong untuk melihat secara jelas bagaimana peristiwa langka ini terjadi untuk didokumentasikan. Ansley memasang kamera pada teropongnya agar dapat merekam kejadian itu. Namun, ketika bulan mulai menutupi matahari, bulan tiba-tiba saja melakukan gerhana bulan. Tentu saja ini membuat Ansley bingung dan takut. Bagaimana bisa dua kejadian seperti itu terjadi dalam satu waktu? "Profeser Syra!" panggil Ansley "Aku tau apa yang ingin kau bicarakan, kami di sini juga sedang bingung dan takjub," ujar Syra. "Bagaimana ini terjadi Prof? Tidak mungkin ini hanya sebuah kebetulan," ujar Hylus. "Secara gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. Lalu bagaimana tadi terjadi? Itu sangat tidak masuk akal Prof," ujar Ryon. "Kami juga tidak tau!" marah Syra. "Profesor Syra! Kalian harus meneliti bagaimana ini bisa terjadi, unit peneliti kalian lah yang bisa memecahkan misteri peristiwa yang terjadi barusan," ujar Profesor William yang baru saja datang. "Baiklah, kalau begitu kalian bertiga akan aku tempatkan menjadi satu tim untuk meneliti bagaimana ini semua bisa terjadi," jelas Syra. "Baik Prof," jawab ketiganya. Setelah itu Profesor Syra pun pergi untuk mencari tahu kejadian ini di perpustakaan. Sedangkan Ansley, Hylus, dan Ryon memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan rahasia unit mereka, yang biasa dipakai untuk meneliti kejadian-kejadian yang terjadi di luar nalar seperti kejadian tadi. Setelah sampai, mereka bertiga duduk di meja bundar yang biasa digunakan untuk rapat di ruangan rahasia itu. Dan Ansley pun melemparkan sebuah chips ketengah meja bundar yang telah dilengkapi teknologi canggih itu. "Itu adalah rekaman di mana aku tengah mendokumentasikan kejadian tadi, kita bisa memutar ulang video itu dan melihat apa yang salah," ujar Ansley. Sedangkan Hylus dan Ryon hanya mengangguk, Ansley pun memasukkan chips kedalam meja. Lalu memutar ulang dengan layar hologram dari meja tersebut. Mereka melihat dan meneliti secara jeli video itu. "Ah sebentar, apakah kalian melihatnya?" Hylus menghentikan videonya dan memperbesar gambarnya. "Lihat, ada yang jatuh ketika bulan memulai gerhananya," ujar Hylus seraya menunjuk batu yang jatuh ke bumi. "Kau benar, tapi di mana kita bisa menemukannya? Bukankah bumi ini terlalu besar untuk kita jelajahi?" tanya Ryon. "Kita bicarakan itu nanti, kini kita harus fokus melihat videonya untuk menemukan petunjuk selanjutnya," ujar Ansley lalu memutar kembali video yang dihentikan oleh Hylus tadi. Ketika video itu hampir mencapai akhirnya, Hylus kembali memberhentikan video itu dan memperlihatkan hal yang sangat tak masuk akal. "Lihat ini apa?!" Hylus kembali memperbesar gambarnya dan memperjelas. "Apa itu?" gumam ansley. "Itu bayangan?" gumam Ryon. "Benar ini adalah sebuah bayangan, dan aku tak tau bayangan apa ini," ujar Hylus. Tiba-tiba saja ponsel Ansley berdering, menunjukkan nama kontak Profesor Haswan dari Indonesia. "Ada apa Prof. Haswan?" "Terjadi ledakan di negaraku, sesuatu turun setelah kejadian aneh tadi," "Bisakah kau melihatnya?" "Apa itu semacam batu?" "Ya, semacam itu. Namun aku tidak tahu batu macam apa ini," "Baik,kami akan kesana," Tut Panggilan diputus oleh Ansley. "Kita ke Indonesia, batu itu turun di sana," ujar Ansley. Lalu mereka bertiga pun bersiap untuk melakukan penerbangan dan penelitian di Indonesia. "Perlukah kita membawa ini?" tanya Ansley seraya menunjukkan perlengkapan peneliti rahasia. "Ya, bawa saja perlengkapan itu. Kita bukan meneliti batu biasa yang pasti," ujar Hylus. Ryon mengangguk pertanda setuju dengan ucapan Hylus. Akhirnya mereka pun meminta izin terbang ke Profesor Syra, setelah diizinkan mereka langsung memesan tiket pesawat yang akan segera berangkat. Lalu bergegas ke bandara mengejar jadwal penerbangan.                                                                                           |~¤~| Setelah sampai di bandara, mereka masuk ke dalam pesawat. Lalu langsung memilih duduk di bagian depan pesawat yang dekat dengan pintu masuk pesawat. "Bukankah ada yang aneh semenjak kita masuk ke pesawat?" Bisik Ansley pada Hylus. "Benar aku juga merasakannya," balas bisik Hylus. "Seseorang di sini tengah dirasuki," bisik Ryon yang ikut nimbrung. "Terkadang aku lupa bahwa Ryon mempunyai indra ke-enam," balas Ansley yang diangguki oleh Hylus. "Namun, aku tidak bisa melihat wujud aslinya, dia hanya berupa bayangan. Lagi pula dia telah mengikuti kita dari bandara tadi," jelas Ryon. "Aku sebenarnya benci kalau bersangkutan dengan makhluk kasat mata, tapi jika aku pikirkan kembali apa ini ada hubungannya dengan bayangan yang kita lihat di video?" tanya Hylus. "Benar, bayangan yang kita lihat hitam bukan? Lalu yang ku lihat sekarang juga hitam," ujar Ryon. "Ku rasa dia mencari barangnya yang hilang," ujar Ansley. "Batunya," ujar Hylus dan Ryon bersamaan. "Benar, batu itu. Ku yakin itulah penyebab dia mengikuti kita," putus Ansley. Hingga pada akhirnya mereka bertiga tenggelam dengan pikiran masing-masing hingga tertidur dan terbawa ke alam mimpi. Audunic☆
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD