Part 2-a

1150 Words
Ryoichi Menggeliat bangun saat jendela kamarnya dibuka oleh seseorang hingga cahaya matahari masuk dalam kamarnya, ia membuka matanya perlahan dan melihat Michella yang membuka jendela kamarnya. "Ayo bangun jagoan, sudah siang. Lihat matahari sudah tinggi." "Aku libur hari ini Chel, biarkan kakak tidur." "Eh... mana bisa kak, udah ditunggu mama dan papa juga kakek di ruang makan, mau dimarahin mama?" tanya Michella. "Iya iya, bawel." Ryoichi bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi, Michella mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar. Ada sebuah foto besar yang tertempel di dinding yang ada diatas ranjang, seorang pria yang mirip dengan papanya tapi memakai pakaian dokter dan ia tahu itu adalah papa dari kakaknya, wajah pria itu memang sangat mirip dengan papa Tiannya tapi Michella tahu jika itu bukan papanya. Michella sudah tahu semua sejarah keluarganya, mamanya yang menceritakan semuanya. Walau ia dan Ryoichi beda ayah tapi kakaknya itu sangat menyayanginya seperti adik kandungnya, ia pun juga sangat menyayangi kakaknya itu. "Melamun di kamar orang... nanti kesambet kamu.." Ryoichi mengacak rambut Michella membuat adiknya itu cemberut. "Ish... kakak... kenapa sih suka mengacak rambut aku, kan jadi berantakan," gerutu Michella. "salah sendiri melamun saja, sana turun kakak mau ganti baju, atau kamu mau lihat kakak ganti baju hah..?" "Ish... ogah," jawab Michella kemudian berbalik dan keluar dari kamar Ryoichi, Ryoichi kemudian membuka lemari pakaiannya dan berganti pakaian dengan pakaian santai, celana pendek dan kaos oblong. Ia kemudian segera turun dan bergabung di ruang makan. "Selamat pagi kek, ma, pa..." sapa Ryoichi pada keluarganya. "Selamat pagi Oichi," jawab mama Auryn. "Kenapa aku tidak disapa? Kakak jahat.." sungut Michella. "Manja..." "Ck.. kalian ya, tidak pernah akur kalau bertemu," tegur papa Tian. "Kak Oichi pa..." Ryoichi memonyongkan mulutnya membuat dokter Nagata tersenyum, ia senang rumahnya ramai akan kedatangan Auryn dan Tian juga Michella. Dan ia ingin seterusnya seperti ini agar ia tidak merasa kesepian. "Oichi... jangan diganggu adiknya," tegur dokter Nagata. "Iya kek." "Bagaimana pekerjaan kamu sayang?" tanya mama Auryn. "Baik ma, tapi..." "Kenapa?" ada yang mengganggu pikiran kamu Oichi?" "Ada seorang pasien, entah kenapa Oichi merasa aneh dengan apa yang ia lakukan." "maksud kamu?" "Ia melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali, dan kata keluaganya jika ia mengalami gangguan mental tapi anehnya kenapa mereka tidak membawa ke psikolog atau psikiater, sepertinya mereka tidak begitu serius memberikan pengobatan pada pasien itu ma." Mama Auryn menatap Ryoichi, putranya itu biasanya tidak terlalu ingin tahu dengan apa yang dialami pasien, hanya selalu melakukan tugasnya penuh dengan dedikasi. Seperti ada yang menarik perhatian Ryoichi. "Apa yang kamu lihat sayang?" "Entahlah ma, menurut kamu gimana Chel?" Tanya Ryoichi pada Michella yang sedikit banyak tahu tentang psikologi manusia karena itu adalah jurusannya. Michella berpikir sejenak, "aku tidak bisa memberi pendapat hanya dengan mendapat sedikit penjelasan kakak." "Begitu ya, kakak rasa ada yang keluarganya sembunyikan, tapi itu bukan urusan Oichi kan?" Tanya Ryoichi melanjutkan makannya. "Jangan begitu sayang, jika kamu mau menolong dia, ikuti kata hati kamu, itu tidak akan pernah sia sia sayang." Ryoichi berpikir sejenak, memang ia tidao mengenal pasien bernama Freyza itu tapi instingnya mengatakan ada yang janggal. "Bagaimana kalau besok kamu ikut ke rumah sakit Chel, kakak mau kamu bicara dengan pasien itu? Paling tidak kamu bisa menggali apa yang membuatnya trauma." "Boleh kak, aku juga mau praktek lapangan, sekaligus studi kasus." Keesokan harinya, Ryoichi berdinas dengan mengajak Michella, ia akan membawa adiknya itu visit ke kamar Freyza dan bertanya tentang trauma gadis itu. Ryoichi memarkirkan mobilnya di tempat biasa, dan keluar dari jok pengemudi, sedangkan Michella keluar dari jok penumpang dengan pakaian semi formal. Kemeja wanita warna baby blue dan celana bahan warna putih, rambut panjangnya ia gerai hingga ke punggung. Michella dan Ryoichi berjalan berdampingan memasuki lobby rumah sakit Health and Health, beberapa perawat berbisik melihat hal itu. "Pacarnya dokter Ryoichi ya? Cantik banget," bisik salah satu petugas di lobby. "Iya, diam diam dokter Ryoichi punya pacar, makanya seperti tidak tertarik dengan siapapun disini," celetuk perawat yang lain. "Hari patah hati satu rumah sakit ini namanya." Ryoichi masuk dalam ruang locker dan meletakkan tas punggungnya dan memakai snelli dan stetoskopnya, ia kemudian mengajak Michella menuju ruang rawat VVIP Bougenvill dimana Freyza dirawat. Ryoichi tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya pada apa yang dialami pasiennya itu, tanpa mengetuk pintu Ryoichi membuka pinti ruang rawat tapi wajahnya terlihat kecewa. Kamar itu sudah kosong dan hanya ada petugas yang membereskan dan membersihkan ruang rawat inap itu. "Dokter Ryoichi? kenapa dok?" "Pasien disini kemana?" Tanya Ryoichi. "Sudah pulang dok pagi ini," jawab petugas itu. "Bukannya masih lusa pulanglah?" "Katanya sih pulang paksa dok, tapi saya tidak begitu mengerti." "Makasih, ayo Chel," ajak Ryoichi pada Michella, ia mengajak adiknya itu ke IGD dan duduk di bangku depan IGD. "Dia sudah pulang dek." Wajah Ryoichi terlihat kecewa. "Iya Chella dengar tadi." "Hal ini membuat kakak semakin bingung." "Sudahlah kak, kenapa kakak begitu memikirkan pasien itu?" "Kakak jiga bingung Chel kenapa kakak begitu memikirkan dia dan traumanya." "Ya sudah kakak mau dinas dulu, kamu mau menunggu disini atau..." "Aku mau menemui aunty Megumi aja, ruangannya dimana?" "Ada di lantai 5, kamu naik aja dengan lift dan temui beliau." "Ok kak, nanti kita lunch bersama ya." "Iya." Michella kemudian berjalan keluar dari IGD menuju lift dan naik ke lantai 5. ~~~ ~~~ Ryoichi duduk berhadapan dengan Michella di kantin rumah sakit, beberapa dokter dan perawat memperhatikan Michella membuat Michella merasa tidak nyaman. "Kak... Kenapa sih pada lihat kita kak?" Bisik Michella. Ryoichi mengedarkan pandangannya dan melihat beberapa orang memperhatikan Michella. "Itu karena adik kakak cantik jadi pada iri, cantik seperti mama." "Ck... Apa sih kakak ini." "Dokter Ryoichi... Boleh saya duduk disini? Mejanya semua penuh," tanya seseorang yang berdiri di samping meja yang ditempati Ryoichi dan Michella. Ryoichi mengangkat kepalanya dan kemudian tersenyum, ia melihat seorang pria dengan body proporsional dan memakai snelli berdiri di samping mejanya. "Dokter Calvyn... Silahkan," ucap Ryoichi mempersilahkan rekan dokternya duduk, dokter Calvyn melirik Michella sejenak dan kemudian menikmati makanannya. "Maaf bukan maksud saya mengganggu kalian berdua, saya terpaksa..." "Tidak apa apa dokter Calvyn, oh ya kenalkan ini Michella, adik saya." Ryoichi memperkenalkan Michella pada dokter Calvyn. Dokter Calvyn sedikit terkejut mengetahui jika michella adalah adik Ryoichi. "Adik...?" "Iya adik saya, mereka datang kemarin dari Malang." Dokter Calvyn tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Michella. "Calvin..." "Michella, panggil saja Chella," jawab Michella memperkenalkan diri, dokter Calvyn dan Michella saling tatap untuk beberapa saat, suara deheman Ryoichi membuat dokter Calvyn dan Michella menarik tangan mereka dengan salah tingkah, Ryoichi tersenyum geli. Mereka kemudian melanjutkan makan siang dengan obrolan ringan hingga jam makan siang selesai. "Kak aku pulang aja ya?" "Tapi sama siapa? Kakak masih beberapa jam lagi dinasnya." "Aku bisa naik taksi kak." "Ya sudah hati hati." "Saya permisi dokter Calvyn." Dokter Calvyn mengangguk dan tersenyum ramah. Lynagabrielangga. Akhirnya bisa up juga mulai tgl 1, dan aku minta maaf karena tidak bisa up tiap hari karena satu dan lain hal, tapi jangan khawatir, aku tetap up dua hari sekali khusus buat kalian. Happy reading.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD