THE SECRET

1704 Words
Rintikan hujan malam ini, mengalir sangat deras menyelinap di antara ruang-ruang yang lapang membuat barisan-barisan sungai kecil yang sangat indah di atas kaca jendela mobil yang saat ini sedang di tatap oleh David. David menyandarkan lengannya di samping jendela sembari menggigiti ujung jari jempolnya. "Untuk apa kau masih menghubungiku?" kata-katanya keluar untuk memulai pembicaraan dengan gadis yang saat ini tertunduk penuh isak tangis di samping kirinya. "Bukankah, kita sudah sepakat untuk mengakhiri hubungan kita?!" David melanjutkan ucapannya dengan menghembuskan nafas dalam. "Bella saat ini sedang mengandung anakku, aku tak ingin menyakitinya lagi. Aku harus menjaganya dengan sungguh-sungguh. Aku mau hubungan kita berakhir cukup sampai disini sebelum hubungan terlarang ini terbongkar oleh Bella yang saat ini mengandung darah dagingku, Kayla!" David mencoba memberi pengertian kepada Kayla, gadis yang menjadi Camelianya selama ini. Isak tangis Kayla semakin kencang seperti sedang berlomba bersama deru rintikan hujan di luar mobil. "Aku, a, aku, aku hamil, David!" Ucap Kayla dengan penuh tangisan sembari mengeluarkan benda tipis, kecil dan panjang seperti lidi yang berukuran 10 senti meter dari tasnya. Benda itu berwarna biru dan putih dengan dua garis merah di tengahnya. Dengan gemetaran Kayla menunjukkan kepada lelaki yang hendak memutuskan cintanya itu. "Tidak!Tidak mungkin!" David tidak percaya dengan apa yang saat ini ada di hadapannya. Sebuah testpack yang menunjukkan hasil positif kehamilan. "Kau harus menggugurkan kandunganmu, Kayla!" Perintahnya pada Kayla yang saat ini masih tertunduk. "Tapi anak yang ada dalam kandunganku ini juga darah dagingmu, David. Sama seperti anak yang ada di dalam kandungan Bella" "Meskipun begitu harus ada yang aku korbankan, dan yang jelas bukan Bella dan kandungannya. Bella adalah istri sahku, Kayla. Sedangkan kau hanya kekasih gelapku tak mungkin aku memilihmu!" "Tega sekali kau berkata begitu, David. Setelah semua yang telah kau ambil dariku bahkan kesucianku hingga aku mengandung benih yang kau tanam. Aku dan janinku juga manusia yang masih berhak untuk bernafas di dunia. Tak mungkin aku membiarkan janinku terbunuh begitu saja" "Lalu apa yang akan kau lakukan?" David menatap Kayla dalam. "Apakah kau akan bilang sama seluruh dunia bahwa kita selingkuh dan saat ini kamu sedang mengandung anakku?!" Ucap David semakin tegas. "Apakah kau mau di anggap anak angkat yang tidak tahu diri yang sudah menghancurkan rumah tangga kakak angkatnya?!" Lanjutnya. Kayla hanya terus menangis dan menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata "Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya tidak ingin membunuh janin yang ada dalam rahimku" "Jalan satu-satunya agar kita semua selamat ialah dengan mengorbankan janin itu, Kayla!" "Jangan, David!" "Lalu apa maumu dan apa rencanamu selanjutnya?" "Aku akan mempertahankan janin ini, aku akan keluar negeri untuk mengandungnya dan melahirkannya dengan aman. Aku juga takkan bilang bahwa bayi ini adalah anakmu kepada siapapun" "Baguslah kalau itu rencanamu asal tak kau bawa-bawa namaku soal hal itu" Kayla tak menyangka bahwa lelaki yang selama ini ia cintai dan menjadi pujaan hatinya akan setega ini terhadapnya. Kayla pikir lelaki yang selama ini lembut dan bertanggung jawab akan memilihkan jalan terbijaksana dan adil untuknya menghadapi krisis masalah ini tanpa membuatnya terluka. Kayla sudah menyerah akan cintanya terhadap David, Kayla juga sudah merelakan hubungannya berakhir begitu saja dengan David. Tapi tidak dengan anak yang dia kandung, dia ingin setidaknya saja David ikut bahagia dan bertanggung jawab dengan cara terbijaksana atas kehamilannya ini karena bagaimanapun bayi yang sedang bersemayam di rahim Kayla adalah benih dari buah cinta mereka. Namun, semua itu sirna. Hanya kepahitan dan kutukan yang keluar dari bibir manis kekasih yang selama ini di cintainya atas kehamilannya. Kayla hanya bisa menangis meratapi takdirnya dan juga bayinya. ***** Arabella berjalan perlahan menuruni teras rumah yang sedikit licin terkena percikan hujan malam ini. Ia membuka payung dan menggenggamnya kemudian berjalan menembus rintikan hujan menuju sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari teras rumahnya. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan yang berasa dari jendela mobil yang di ketuk oleh jemari manis Arabella. Penghuni mobil langsung membuka jendelanya. "Sayang, ayo masuk ke dalam di luar hujan lebat!" Ucap Arabella kepada suaminya yang menatapnya dengan tatapan penuh cinta. "Ini payung untukmu, Kayla!" Arabella menyodorkan sebuah payung yang masih tertutup kepada gadis yang duduk di samping suaminya. "Untuk apa kamu keluar menjemput kami, Sayangku? Kalau ada apa-apa sama dedek utun bagaimana? Ingetloh, kamu harus menjaga kehamilanmu yang terbilang masih muda. Aku gak mau David junior kenapa-kenapa di dalam sana" David mengomel manja pada istrinya, Arabella, sambil terus berjalan merangkul Arabella dalam satu naungan payung dan mengusap-usap perut Arabella yang masih kecil karena usia kandungannya masih terbilang muda. "Maafkan aku ya, Sayang dah ngerepotin kamu buat jemput adikku, Kayla" Tutur Arabella sesampainya mereka di rumah sambil meletakkan payungnya yang basah di teras. Hati Kayla bagai tersayat ribuan sembilu menyaksikan betapa manisnya David memperlakukan Arabella sedangkan dirinya juga sedang mengandung anak dari David namun dia dan anaknya malah mendapatkan perlakuan sebaliknya. "Matamu kenapa merah, Kayla?" Tanya Arabella yang menyadari bahwa mata Kayla memerah karena menangis dalam sepanjang perjalanan pulang bersama David. "Aku flu kak!" Jawab Kayla karena tak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya. Arabella segera merangkul tubuh dingin adik angkatnya itu dan menggiringnya untuk duduk di atas sofa yang nyaman. Tak lama ia masuk kedalam kamar untuk mengambil selimut tebal yang hangat. "Pakai ini, Kayla!" Ucap Arabella sambil menyelimuti punggung Kayla dengan selimut tebal yang barusan ia ambil dari lemarinya. "Tunggu disini sebentar, ya?! aku mau membuatkanmu teh madu yang hangat, katanya itu bagus untuk meringankan gejala flu" Kayla mengangguk lemah. Dia memperhatikan sekitar dengan semua kecamuk di dadanya. Dia sebenarnya sangat menyayangi kakak angkatnya itu tapi sayangnya ia terkalahkan oleh hawa nafsu setan yang mengatas namakan cinta. Terbesit rasa bersalah dan penyesalan di hatinya setiap melihat betapa hangat dan tulusnya Arabella menyayanginya. Tak lama Arabella membawa satu teko berisi teh madu hangat dan tiga cangkir yang ia siapkan untuk Kayla, David dan dirinya. "Sayang! cepatlah keluar aku sudah menyiapkan teh madu yang hangat juga untukmu" Seru Arabella memanggil suaminya agar ikut bergabung menyeduh bersama-sama teh madu yang telah ia buat. David keluar setelah mengganti pakaiannya yang sedikit basah terkena cipratan air hujan tadi lalu ia menghampiri istrinya dan mencium keningnya "Terimakasih Sayang!" Ucapnya kepada Arabella. Mereka duduk bertiga di ruang tamu sambil menyeduh teh yang telah di buatkan Arabella sambil menikmati betapa hangatnya uap yang di keluarkan dari teh yang panas itu. "Akhir-akhir ini aku lihat kamu kurusan loh, Kayla. Aku gak tau kalau kamu lagi gak enak badan. Makanya kerja jangan di forsir, kasih kesempatan agar tubuhmu bisa beristirahat!" Ucap Arabella memperhatikan wajah dan tubuh Kayla. Uhuk! uhuk! David tersedak saat mendengar kalimat yang terlontar dari bibir istrinya. "Hati-hati dong, Sayang!" Arabella menepuk-nepuk punggung suaminya yang kekar itu. Tak ada suara lain, selain suara Arabella yang banyak berkata dan bercerira tentang ini dan itu tanpa menyadari bahwa dua orang yang sedang ia ajak bicara itu sama sekali tak tertarik dengan pembicaraan Arabella karena mereka berdua fokus dengan gemuruh di d**a dan kecamuk di otak mereka masing-masing. "Kamu mau makan apa, Sayang?" Tanya Arabella kepada suaminya. "Aku akan memasak makanan untukmu!" "Ndak usah, Sayang! Kita pesen dari aplikasi hijau aja. Berkali-kali aku udah bilang kamu jangan sampai kecapek-an" Tolak David agar istrinya tidak melanjutkan rencananya di dapur. "Baiklah kalau gitu" Ucap Arabella sambil tersenyum dan duduk kembali di samping David. "Kalau Kayla, kamu mau makan apa?" "Aku teserah kakak saja!" Jawab Kayla dengan senyum yang di paksakan. Arabella berada dalam dekapan hangat suaminya, mereka asyik memilih menu makanan yang tersedia di aplikasi hijau, yang akan mereka santap malam ini. Melihat pemandangan itu hati Kayla semakin teriris perih. Tak lama ojek online yang membawa makanan mereka datang. Arabella dan David memesan beberapa makanan dan cemilan. Mereka menyantapnya dengan lahap tapi tidak dengan Kayla, menhirup bau menyengat yang berasal dari menu makanan itu membuatnya Mual dan ingin muntah. Namun ia mencoba menahannya agar kakaknya tidak curiga ataupun khawatir. Dengan perlahan, Kayla menyantap sendok demi sesendok hidangan yang tersedia di hadapannya. Tak lama rasa enek dan mualnya tak bisa di bendung lagi dan membuatnya langsung pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan semua isi yang ada di dalam perutnya. Arabella yang menyaksikan tingkah laku Kayla merasa sangat khawatir dan takut akan segala hal. Dia takut mungkin saja sakit yang di derita adiknya itu adalah sakit parah atau mungkin keracunan makanan yang baru saja di makan Kayla. Kayla terus menerus memuntahkan isi didalam perutnya sampai ia merasa pusing, lemas, dan akhirnya jatuh pingsan. Arabella yang menyadari akan hal itu tak bisa tinggal diam dan bersama David, ia langsung membawa Kayla ke Rumah Sakit terdekat agar segera mendapatkan pertolongan. Sesampai di sana Kayla langsung masuk ruang Unit Gawat Darurat dan di beri pertolongan pertama berupa cairan infus agar tubuhnya tidak semakin lemas karena kekurangan cairan akibat muntah terus menerus. Selama Kayla di beri tindakan di ruang UGD, Arabella tak henti-hentinya menangis dan memanjatkan doa untuk kesembuhan adik angkatnya itu. Sedangkan David tak kalah panik dan cemasnya seperti Arabella. Namun David cemas dalam soal yang berbeda yaitu David takut rahasia kehamilan Kayla terungkap lewat semua pemeriksaan dokter yang saat ini menangani Kayla. "Sayang, apa yang kau lakukan?" Tanya David yang melihat tulisan 'mama' di layar gawai Arabella. "Aku mau menelpon mama, Sayang!" Rasa kepanikan David bertambah ketika Arabella hendak menelpon orangtuanya. Karena baginya untuk membuat Arabella pergi dari sini saja bukanlah hal mudah dan kali ini jangan sampai malah ketambahan orangtuanya. "Jangan dulu, Sayang! ini sudah malam. Aku takut mereka khawatir. Mari kita memberi tahu mereka nanti setelah kita mendengarkan penjelasan dari dokter" David mencegah rencana Arabella yang hendak memberi tahu orangtuanya dengan lembut. Semudah itu Arabella percaya dan menurut begitu saja pada ucapan suaminya. Tiba-tiba David melihat dokter yang menangani Kayla berjalan ke arahnya. "Sayang, aku sedikit pusing. Boleh tidak aku minta tolong untuk mencarikanku obat pereda sakit kepala dan air mineral. Aku akan menanti di sini sambil menunggu dokter keluar" Ucap David menyembunyikan kepanikannya dan terus melirik ke arah dokter yang semakin mendekat. Arabella sedikit merasa aneh karena suaminya bukanlah orang yang mudah sakit kepala. Terlebih suaminya bukanlah orang yang suka memerintahnya apalagi dalam keadaan hamil seperti ini. Arabella masih belum mengiyakan apa yang di perintah David untuknya sedangkan dokter yang menangani Kayla semakin dekat ke arah mereka. Di dalam ruangan ber-Ac, keringat David terus bercucuran deras bersama langkah kaki dokter dan perawatnya yang semakin mendekat. Sedangkan Arabella tak berkutik, masih memandang wajah suaminya yang saat ini di hujani kepanikan. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD