L'Automne Du Coeur/Prologue

407 Words
Kukencangkan sabuk mantelku sebelum melangkah keluar dari bandara Zaventem-Brussels, Belgia. Yah, ini memang bukan yang pertama kali aku menginjakkan kakiku di Negara ini. Ayahku, lelaki yang sama sekali tak kukenal, yang memiliki andil atas keberadaanku di dunia ini, dia yang mengatakannya padaku lewat telepon seminggu yang lalu tentang hal itu. Tapi entahlah, aku hanya tidak bisa menangkap kilasan memori saat aku berada di negara ini. Oh ya, dia tinggal di sini. Beliau adalah abdi kerajaan yang taat. Saking taatnya, beliau rela meninggalkan anaknya, oh bukan, anak haramnya, dengan seorang mahasiswa lugu dari Negeri Timur yang sedang magang di konsulat Istana. "Mademoiselle (Panggilan nuntuk Nona muda) Mireille?" aku mengernyit mendengar nama itu di sebut. "Sebelah sini, s'il vous plaît (Silakan)." Aku mengikutinya masuk ke dalam sebuah mobil mewah yang bahkan tak kutahu namanya. Well, here we go. Meet Daddy, batinku kecut saat mobil bersiap meninggalkan bandara. *** "Mademoiselle Mireille, ini kamar anda. Kamar Ayah anda ada di seberang lorong. Saya ada di dapur dan di ruang belakang jika sewaktu-waktu anda membutuhkan saya." Brigitte, seorang wanita tua yang mengingatkanku pada sosok Oma, mengantarku berkeliling rumah. Sayang sebenarnya, rumah semegah ini, hanya ditinggali oleh seorang pria tua paruh baya dengan anak gadisnya, dua pengurus rumah tangga, satu sopir dan satu tukang kebun. Ironis. "Mademoiselle Mire..." "Mira, please" "Ah, excusez-moi (Maafkan saya). Mademoiselle Mi..." "Jangan gunakan embel-embel Mademoiselle. Aku bukan seorang francophonique (Orang yang berasal dari negara yang menggunakan Bahasa Prancis). Mira. Panggil aku Mira" "Aa... d'accord (Baiklah). Mira pasti capek setelah seharian di pesawat terbang, mari saya buatkan makan malam untuk anda" "Well, oke. Apakah Monsieur (Panggilan untuk tuan, baik tua maupun muda) Goureille akan makan bersamaku nanti? " tanyaku secara tidak langsung menanyakan dimana keberadaannya. Ayahku. "Ah, Mira, Monsieur menitipkan maaf untuk anda karena tidak bisa menemani anda di rumah selama seminggu ini... Ah!" Brigitte memekik kaget saat aku meletakkan tas selempangku dengan kasar di atas meja rias. Saat tidak ada respon lanjutan dariku, dia meneruskan, "Beliau sedang ada tugas kerajaan ke Perancis menemani perdana menteri. Anda sebaiknya beristirahat setelah makan, besok Richard akan menemani anda ke sekolah baru anda" Sialan! Tua Bangka itu! Beraninya dia menyuruhku datang ke negaranya, tinggal di rumahnya dan sekarang dia pergi tanpa ada kata selamat datang atau apapun! Dan... apa tadi? Sekolah baru? Berani sekali dia mengatur hidupku disini seperti aku hanya boneka baginya!! Memang apa hak dia?! Kau membuat masalah dengan seseorang yang belum kau ketahui kekuatannya, Pak Tua.... -To be Continue-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD