Prolog: Do You Remember Me?

504 Words
Namanya Azra, Icha memanggilnya Jaja. Tapi itu dulu. sepuluh tahun yang lalu, saat mereka masih sekelas semasa SMP. Sekarang, bahkan namanya saja Icha tak berani melafalkannya. Terlalu banyak kenangan menyakitkan tertaut dengan nama itu. Ya, Azra adalah phobia dan obsesi bagi Icha. Membuatnya ingin mendekat sekaligus menjauh. Dan saat ini subjek yang sedang dijabarkan di atas, sedang berdiri di depannya, menerangkan sesuatu tentang laporan akhir tahun dan perkiraan budget yang harus dicapai masing-masing team tahun depan. Dua tahun bergabung di perusahaan multinasional yang bergerak dibidang penyedia layanan tour and travel sebagai marketing, baru hari ini dia tau kalau 'mantan' teman SMP nya adalah Country Sales Manager. Jabatan tertinggi yang bisa dipegang oleh orang-orang di posisi marketing di kantor tempatnya bekerja. Tahun ini, tepatnya beberapa bulan lalu, Icha mendapatkan promosi sebagai Supervisor Marketing Inbound di kantor cabang tempat dia bekerja di Jogja, dan sebagai tugas pertamanya menutup tahun ini, dia diharuskan untuk mengikuti pelatihan dan yearly meeting, acara tahunan yang diadakan secara bergilir, yang kali ini bertempat di Bangkok. Seharusnya dia menyimaknya. Dia harus menyampaikan apa yang dia dapatkan disini di yearly meeting regional di kantornya di Jogja saat dia kembali nanti. Seminggu di sini berlangsung baik. Sangat baik. Tapi di minggu kedua, hari ini, dunianya runtuh seperti tergulung tsunami. Ya, tsunami di hatinya. "...Cha!" Dia tersentak, menoleh ke Tya, Supervisor Outbound yang sekantor dengannya. Hanya mereka berdua perwakilan dari kantor Jogja. Selebihnya ada beberapa supervisor dari kantor Lombok dan juga Jakarta. "Ya?" "Ish, gak dengerin lho kamu ini. Pak Azra sampe berbusa nerangin di depan kamu malah bengong." Icha meringis keki. "Ini kapan sih, selesainya ngomong-ngomong?" "Katanya tadi gak bakal bosen dengerin Pak Arza?" Goda Icha jahil. "Tapi kalo soal target tahun depan gini ya mumet juga dengerinnya." Dia mencebik lucu, masih mencoba memfokuskan visinya pada slide demi slide yang dijabarkan Azra. Icha juga mumet, meski dengan alasan yang berbeda. Hampir Semua Sales, baik sales manager maupun sales Supervisor yang berasal dari Indonesia dan Malaysia menginap di hotel yang sama, setahunya, menggelar kegiatan yang sama, melakukan aktivitas bersama, dia bahkan sudah bertemu hampir semua sales country dari negara lain dan berkenalan dengan mereka, tapi kenapa dia baru tau keberadaan Azra pagi ini? Kemana saja dia seminggu ini?! Seandainya saja dia tau ada Azra disini.... Apa? Mau apa? Nggak jadi berangkat? Itu responsibility nya sebagai supervisor, dia tidak akan bisa menolak tugas ini. Sama seperti sebelum-sebelumnya. Tapi, tetap hatinya menyanggah dengan ndableg, seandainya dia tau kan dia bisa mempersiapkan dirinya? Ya, ya. Seakan persiapan menemui Azra tidak pernah disiapkan sebelumnya dan tidak pernah gagal sebelumnya. Dia ambyar saat mendengar namanya saja. Ah, dia sekarang terlihat seperti bucin alay yang nggak sembuh-sembuh dari patah hatinya alias gagal move on! "Okay, Great People! We're break for lunch, ya. Reunite here in 1 hour and 30 minutes. Enjoy your lunch and, see you!" Icha bangkit serentak bersama dengan peserta meeting yang lain. Dia mengikuti Tya ke akan restoran untuk makan siang. Saat itu tatapannya tiba-tiba terkunci dengan tatapan tajam Azra. Oh No!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD