Prolog

1331 Words
"Wenda! Wenda! Aduh di mana gadis itu?!" seru seorang pria paruh baya dengan kesal. Pria paruh baya itu menggerutu sambil melihat jam kecil yang melingkar di tangan. Seorang wanita yang mendengar nama temannya dipanggil segera menuju ke belakang menghampiri Wenda. "Wenda, kamu dipanggil tuh sama ketua." ucapnya. Gadis bernama Wenda itu menoleh. "Kelihatannya dia lagi kesal, apa kau membuat kesalahan?" Wenda menggeleng. "Aku ke sana dulu ya." Wenda lalu berlari kecil menuju si pria paruh baya yang adalah atasan di tempatnya bekerja. "Nah ini dia gadis yang kucari, kau dari mana saja aku puas mencarimu di semua tempat?!" marahnya pada Wenda. "Maaf ketua, aku sedang sibuk di belakang," kata Wenda beralasan. "Alah, selalu saja kau seperti ini tapi pekerjaanmu tak pernah ada yang beres!"Wenda terdiam dan menunduk. "Pergi, siapkan kamar VVIP. Seorang presdir akan menginap di hotel kita. Cepat ini perintah atasan!" "Tapi Ketua, bukankah pintu kamar VVIP macet?" "Tidak, kau tinggal mendorongnya paksa baru terbuka. Ini kuncinya dan ingat kau harus menyelesaikan tugasmu dengan cepat. Kau mengerti?" "Baik Ketua." Wenda segera berjalan menuju lift khusus untuk pegawai hotel menuju kamar VVIP. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Sultan, pintunya agak sedikit macet dan dengan tenaganya dia mendorong paksa. Usahanya berhasil, pintu terbuka lebar. Dia segera membersihkan tempat itu. Menyapu dan menganti seprai ranjang. Membenah sedikit dan akhirnya selesai. Dia kembali turun ke lantai satu setelah dia mengunci pintu. "Ketua," Sultan menoleh pada Wenda yang berjalan menghampirinya. "Sudah Ketua, ini kuncinya." lanjut Wenda sambil menyodorkan kunci itu. Sultan menerimanya dengan senyuman puas. "Kau sudah membenah semuanya 'kan?" "Sudah Ketua jangan khawatir." "Nah gitu dong, kembali ke pekerjaanmu." Wenda membungkuk hormat pada Sultan dan akhirnya berjalan pergi ke belakang. Mobil Limosin terparkir di teras hotel. Manajer dari hotel menyambut hangat seorang pria yang baru saja keluar dari mobil. Tatapan berkarisma yang ditunjukkan oleh pria itu membuat dia menjadi pusat perhatian pengunjung hotel terutama kaum hawa. Mereka memberikan senyuman genit begitu si pria tak sengaja memalingkan muka ke arah mereka. Si pria tamu VVIP bercakap-cakap sebentar dengan manajer kemudian Sultan selaku kepala pelayan mendekat untuk memberikan kunci kamar VVIP. "Tuan, ini kunci hotel Anda silakan masuk dan bersantailah." kata Sultan rendah. Pria itu pun menerima kunci dan berjalan masuk ke lift. Dilain tempat, Wenda melewati Dua orang pelayan yang tengah berbincang. "Hei lihat itu si gadis ceroboh," kata temannya pada temannya yang satu lagi. Seorang wanita dengan papan nama Jennifer menengok pada Wenda menyunggingkan senyum kambing. "Aku heran sama si gadis ceroboh, kok bisa-bisanya ya dia itu sudah berulang kali melakukan kesalahan tapi masih diterima kerja sini." "Aku bingung juga, apa Pak Sultan sudah diguna-guna ya sama dia." Cercaan teman Jennifer disambut derai tawa. "Eh kita kerjain dia yuk," Dila-nama teman Jennifer, membuat lipatan di keningnya. "Ayo, tapi bagaimana caranya," Jennifer tersenyum sinis. "Oh aku punya cara." balasnya. "Wenda," panggil Dila pada Wenda yang saat itu sedang berbincang. Wenda menoleh kepada Dila. "Ya ada apa?" tanya Wenda. "Mm, itu tamu VVIP kita ingin es krim kau bawakan untuk dia." perintah Dila sambil mengingat-ngingat. Nadanya pun tak lancar otomatis Wenda menautkan alis. "Kalau begitu, aku tanya dulu pada Ketua ya?" Dila mendadak berkeringat dingin mendengar panggilan atasan mereka. Jika Wenda melaporkan perintahnya yang palsu pada Sultan, bisa-bisa dia dipecat. "Jangan!" ucap Dila spontan kembali membuat Wenda heran. "Kenapa?" "Ke-ketua sebenarnya mau bilang sama kamu, tapi kamu setiap dipanggil susah banget dan karena Ketua punya banyak pekerjaan jadi dia ingin aku mengatakannya padamu." Wenda hanya mengangguk perlahan dan dengan bodohnya percaya pada perintah palsu. Melihat Wenda pergi Dila tertawa sinis. "Hahaha, yes dia percaya!" Dila lalu pergi dari tempat itu menuju Jennifer yang menunggunya di belakang hotel. "Bagaimana berhasil tidak?" tanya Jennifer penasaran. "Sipp, dia percaya. Harusnya kau lihat tampang bodohnya yang percaya padaku." Jennifer tertawa puas mendengar kabar Wenda yang terjebak dalam perintah palsu mereka. "Sekarang kita tunggu kabar saja mengenai pemecatan Wenda." ujar Jennifer menyeringai. Sesuai dengan perintah palsu Dila, Wenda membawa segelas es krim untuk si tamu VVIP. Tok, tok "Pelayan," ucap Wenda. Namun tak ada sahutan dari dalam kamar. Wenda kembali mengetuk pintu untuk kedua kalinya termasuk mengucapkan kalimat pelayan. Wenda mendengus kesal. Dia meraih kenop pintu dan menyentak kasar alhasil pintu terbuka tanda bahwa tak terkunci. Dia lalu menutup pintu sesudah masuk ke dalam. "Permisi Tuan," ucap Wenda untuk kedua kali namun Wenda kembali kecewa karena masih tak ada jawaban. Suara shower cukup memberi jawaban pada Wenda kalau sang tamu sedang mandi. Tampak sepasang pakaian yang disiapkan. "Mau apa kau?" Suara berat seorang pria mengejutkan Wenda. Dia menoleh dan mendapati seorang pria memakai baju mandi. Wenda terpaku. Bukan tanpa alasan, Wenda baru pertama kali melihat seorang pria tampan. Pikirnya di dunia ini tidak ada pria tampan seperti di dalam dongeng. Tapi melihat pria ini, pemikirannya langsung terpatahkan. "Kenapa kau masuk ke kamarku?" tanya pria itu dengan tatapan mengintimidasi. Wenda yang awalnya terpaku, terkejut kemudian menunduk. "Maaf Tuan, bukannya saya lancang, tapi saya sudah mengetuk pintu anda berkali-kali tapi anda tak mendengarkannya." "Lalu, kau seenaknya masuk ke dalam kamarku begitu?!" Wenda menggelengkan kepalanya dengan cepat dan memberanikan diri untuk menatap si pria. "Maaf Tuan saya..." "Pergi dari kamarku. Untuk tindakanmu yang tak sopan ini, aku akan memberitahukannya pada manajermu." Mendengar kata manajer, Wenda mendadak berkeringat dingin. "Tapi Tuan saya..." Namun kesialan menimpanya. Kaki gadis berusia 22 tahun itu tergelincir hingga es krim yang dipegang oleh Wenda terlempar dari gelas dan jatuh mengenai baju mandi si pria. Si pria terkejut sementara Wenda berwajah pucat. "Ma-maafkan saya Tuan." Wenda segera menaruh es krim tersebut di meja yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia lalu mengambil tisu yang berada di atas meja. Dia kembali mendekati pria itu untuk membersihkan noda es krim. Belum sempat melarang, Wenda kekeh dengan pendiriannya. Akhirnya, apa yang dipikirkan oleh si tamu VVIP terjadi. Bedanya kalau yang dari tadi Wenda bisa menjaga keseimbangannya, kali ini dia tak berhasil dan akhirnya terhuyung ke depan jatuh di d**a bidang si pria tamu VVIP. Saking kuatnya Wenda terjungkal, badan si pria terjatuh ke kasur beserta Wenda yang berada di atasnya. "Ma..." Wenda berhenti saat melihat mata si pria menatapnya tajam. Apalagi keduanya sangat dekat sekarang. Brakk Mereka berdua terkejut saat melihat beberapa pria masuk ke kamar dengan cara mendobrak pintu. Beberapa pria itu tampak terkejut melihat Wenda dan si tamu VVIP sedang dalam posisi yang tak enak dipandang. "Apa yang kalian lakukan berduaan di kamar hah?!" bentak seorang pria yang memiliki janggut. Wenda menjauhi si pria dengan terburu-buru. "Kalian siapa? Kenapa kalian masuk ke dalam kamarku?" tanya si pria dengan wibawanya. "Kami dari organisasi masyarakat Malaysia, kami mencurigai bahwa hotel ini menyediakan pekerja seks komersial ternyata benar dugaan kami." ujar salah seorang pria sambil menatap jijik pada Wenda yang merunduk ketakutan. "Kalian salah paham, kami tak melakukan hal yang kalian pikirkan!" kata si pria dengan penuh penekanan membela diri. "Kalau begitu kenapa pelayan wanita ini ada di kamarmu?" Si pria menatap pada Wenda yang masih diam. "Dia hanya datang ke kamarku untuk memberikan es krim yang kupesan." Wenda mengangkat wajahnya sambil menatap tak percaya pada si pria yang kini matanya menatap semua orang. 'Kenapa dia membelaku? Bukannya dia bilang tak memesan es krim ini? Padahal dari tadi aku membuatnya marah.' desis batin Wenda sambil menatap tubuh belakang pria tamu VVIP. "Lalu kenapa kalian bisa berada di ranjang?" "Karena dia tergelincir dan tak sengaja menabrakku lalu kami sama-sama jatuh ke ranjang." jawab pria itu jujur. "Heh?! Kau pikir kami akan percaya semudah itu ya?" Mata emerald milik si pria memincingkan matanya. Dia mulai tak sabaran. "Lalu apa yang ingin aku lakukan untuk membuat kalian percaya padaku?" tanya si pria dengan pandangan mengintimidasi. Beberapa pria itu saling memandang satu sama lain. Ada beberapa juga yang berbisik-bisik. "Kami sudah memutuskan, kalian harus menikah sesuai dengan peraturan kami." Menikah? Oh tidak Wenda tak ingin menikah. Kalau dia menikah siapa yang menghidupi kedua orang tua yang sudah tua dan adik-adiknya yang masih belajar?! "Baiklah, aku akan menikahi dia." Si pria dengan mata emerald menatap padanya. "Akan kubuktikan bahwa aku tak berbuat apa-apa dengan gadis ini." lanjut si pria.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD