Episode 1

1707 Words
    Masa-masa SMA adalah masa-masa dimana semua hal terlihat lebih indah. Itulah yang Alvin rasakan, pada saat itu. Ia memiliki teman yang solid dan juga pacar yang cantik. Bukan hanya itu, Alvin merupakan bintang kelas. Bukan sebagai murid yang paling pintar atau juga murid yang rajin, tetapi sebagai murid yang selalu membuat kelas menjadi ramai. Alvin dan kedua temannya sering kali ditegur oleh beberapa guru karena membuat kelas menjadi ramai. Jovan dan Moreo, mereka merupakan teman Alvin pada saat SMA. Alvin mengenal Jovan jauh lebih lama dibandingkan Alvin mengenal Moreo. Jovanmerupakan teman Alvin waktu kecil hingga saat ini. Berteman sudah cukup lama dengan memiliki sifat dan kelakuan yang sama. Lalu mereka berdua bertemu dengan Moreo di SMA pada saat kelas 10, disitulah awal pertemanan mereka terjalin. Yang membuat Moreo di terima dipertemanan Alvin dan Jovan adalah karena Moreo memiliki sikap yang sama dengan mereka, sama-sama gesrek.     Alvin memiliki seorang pacar bernama Serra Anastasya, perempuan cantik yang memiliki rambut panjang sepinggang. Beruntung Alvin bisa mendapatkan perempuan secantik Serra. Mereka sudah menjalin kasih sejak kelas 10. Yang membuat Serra tertarik dengan Alvin adalah sikap humorisnya Alvin, hal itu membuat Serra merasa senang ketika berada di dekat Alvin. Hal yang tidak pernah ia dapatkan ketika berpacaran dengan mantannya yang dahulu. Walaupun Alvin terbilang manusia yang sedikit tidak waras, tetapi Serra menghiraukan hal tersebut karena menurutnya itu adalah cara Alvin untuk menghibur orang disekitarnya. Memang cinta itu buta. Serra paham betul bahwa Alvin adalah pria yang baik, setiap kali mereka jalan berdua, A;vin sering memberikan makanan kepada kucing-kucing liar di jalanan.     “Jangan semuanya dikasih Vin, nanti kamu ga makan apa-apa”     “Gapapa Ser, kasihan mereka lapar. Lagipula kan tadi aku udah makan di rumah”     “Rumah aku?”     “Hehehe iya,” kata Alvin sambil tertawa manis.     Hal-hal sederhana seperti itulah yang membuat hubungan mereka awet hingga kelas 12 SMA. Alvin yang selalu berbuat baik dan memiliki humor yang apik, sehingga membuat Serra selalu tersenyum bila didekatnya.     “Buah-buah apa yang cocok buat Jovan dan Moreo?” tanya Alvin kepada Serra. Hari itu mereka sedang kerja kelompok bersama Jovan dan Moreo. Padahal Serra bukan bagian dari kelompok mereka, tetapi ia ikut meramaikan kegiatan tersebut karena Alvin memintanya untuk ikut. Bucin.     “Buah apa emang?” tanya Jovan dan Moreo kompak.     “Buahahahaha”     “Kok gitu?” tanya Serra bingung     “Iya mereka kan jomblo, jadi ketawain aja,” kata Alvin sambil memegang tangan Serra dan mengelus-elusnya.     “BUCIN,” celetuk kedua berhala tersebut. Serra hanya tertawa melihat kelakukan tiga orang tersebut, sesekali ia melihat HandPhonenya seolah-olah ada yang ia tunggu.     Sekarang Alvin sudah memasuki kelas 12 dan sebentar lagi akan melaksanakan Ujian Nasional. Semua anak kelas 12 di SMA Harapan Kita sudah mulai mempersiapkan materi untuk melaksanakan ujian yang sangat ditakutkan oleh setiap siswa tingkat akhir di sekolah. Sedangkan untuk ketiga orang berhala tersebut yang mereka takutkan adalah bukan Ujian Nasionalnya, tetapi perpisahannya.     “Yah bentar lagi lulus, bakalan kangen deh sama suasana begini,” kata Alvin yang sedang duduk sambil mengangkat satu kakinya ke meja, hari ini kelas mereka kedapatan jam kosong.     “Iya nih Munk, bakalan kangen sama suasana jam kosong kaya gini,” kata Jovan yang sedang duduk diatas meja sambil melihat suasana kelas yang begitu ramai. Ada yang lagi pacaran, ada yang lagi makan, ada juga yang lagi nonton dipojokan kelas, sepertinya kita semua tau dia sedang nonton apa. Moreo hanya diam saja di kursi sebelah Alvin sambil menurukan kepalanya keatas dan kebawah seolah ia setuju dengan perkataan kedua temannya tersebut.     Diantara pertemanan mereka bertiga hanya Alvin yang memiliki panggilan khusus, yaitu: Chipmunk. Diantara pertemanan sesama cowok, memang ada kecenderungan membuat nama keren yang susah-susah dikasih oleh orangtua menjadi lebih culun. Panggilan itu tidak lain dan tidak bukan adalah dibuat oleh teman kecilnya. Pada waktu itu sedang ramai dengan film kartun tentang tiga hamster cilik dan seorang manusia. Nama unik tersebut terbawa hingga saat ini.     Anehnya, ketika Jovan datang berkunjung ke rumah dan bertemu dengan orang tuanya, Jovan bilang, “chipmunk ada om?” Bapaknya Alvin malah menjawab, “Oh ada tuh di dalam,” seolah mengamini bahwa anaknya sejenis hewan pengerat.     Alvin ketika di rumah sering kali menonton drama korea. Saat ini ia sedang menonton ‘Hi bye, mama.’ Teman-temannya tidak ada yang tahu bahwa Alvin menyukai drama korea, ia malu jika mengatakan hal tersebut kepada temannya, nanti malah diledekin. Serra pun tidak tahu kalau cowonya suka nonton drama korea, yang tahu hanya orang tua Alvin. Sebenarnya laki-laki nonton drama korea sah-sah saja, tetapi di negara ini sangat sedikit orang yang bisa menghargai kesenangan orang lain.     “Munk, lu kuliah dimana nanti?” tanya Jovan sambil asik bermain playstation di kamar Alvin.     “Di kampus,” jawab Alvin santai sembari membalas chat dengan Serra.     “Lah itu bener lu Munk, emang Jovan PS mulu si jadi kaga ngerti kuliah tuh dimana,” sambar Moreo yang sedang membaca komik Alvin, komik shinchan.     “Nenek-nenek makan sirih juga tau kali, kalau kuliah tuh di kampus,” jawab Jovan yang capek meladenin sikap ngeselin kedua temannya tersebut.     “Emang lu mau kuliah dimana van?”     “Kuliah di kampus juga lah masa di OYO,” jawab Jovan yang tidak mau kalah ngeselin.     Memang ketika ditanya mau kuliah dimana, ketiga orang tersebut masih sangat bingung untuk menjawabnya karena tidak adanya pengetahuan mendasar tentang kampus, mereka juga masih bingung ingin memilih jurusan apa nantinya. Saat percakapan tentang kampus tadi berlangsung, Alvin mulai kepikiran tentang Serra, ia takut jika harus jauh dari sang pujaan hatinya tersebut. Malamnya Alvin chat Serra melalui w******p.     “Serr..”     “Iyaa Vin?”     “Kamu mau lanjut kuliah dimana?”     “Belum tau nih, kalau kamu?”     “Sama, aku juga masih bingung mau dimana”     “Di hati kamu aja boleh ga Ser?”     “Yehhh, gombal aja kamu chipmunk”     “Hahaha gapapa sekali sekali.”     “Kamu ga belajar Vin?”     “Nanti malem aku belajar, tadi siang abis main sama Jovan, Moreo”     “Kamu sendiri?”     “Ini aku mau belajar, sama ngerjain tugas Vin. Udahan dulu ya, besok lagi. Byee Vin.”     “Byee Ser,” Alvin lalu meletakkan Hp nya keatas tempat tidur dan mulai merasa gelisah. Bukan tentang Ujian, bukan juga tentang kampus impian. Tetapi tentang Serra, akhir-akhir ini mereka berdua jarang kontak-kontakan. Di sekolah pun mereka jarang ngobrol, Serra selalu berada di kelas dan membaca buku. Alvin merasa ada yang aneh dengan Serra, tetapi ia tidak mau curiga seperti itu, ia paham bahwa Serra sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Ia lalu mematikan lampu kamarnya dan menarik selimut untuk tidur.     “Vin, kita putus ya?”     “Putus? kenapa Ser? Aku salah apa?”     “Aku bosan Vin”     “Serr tunggu jangan pergi, kamu gabisa seenaknya putus sepihak kaya gini Ser”     “Serraaa”     “Sar Ser Sar Ser aja kam Vin, cepat bangun udah siang ini,” ibu Alvin masuk ke kamarnya dan membangunkan laki-laki yang sedang mimpi tersebut.     “Loh ibu? Kok disini? Serra mana?     “Kamu tuh tadi mimpi, ibu ampe kaget kirain ada apa, teriakan kamu terdengar tuh sampe bawah,”     “Sudah cepat kamu mandi, udah mau telat nih, ayah kamu sebentar lagi mau berangkat ke kantor.”     “Iyaa bu… hehehe” kata Alvin sambil menunduk malu kepada sang ibu.     Sedikit lega hatinya ternyata tadi hanya sebuah mimpi, di kamar mandi ia berharap semoga mimpi itu tidak menjadi kenyataan. Ia lalu buru-buru memakai seragam sekolahnya dan menyiapkan buku untuk pelajaran. Ketika menuruni tangga, ia melihat sang ayah dan ibu sedang bebrbicara pelan sambil melihat Alvin yang sedang turun tangga. Sang ayah dan sang ibu tersenyum tipis seolah sedang membicarakan anak semata wayangnya tersebut. Alvin yang sedang berjalan kearah mereka pun tertunduk malu.     “Jadi mimpi apa semalam Vin?” tanya sang ayah sembari membetulkan dasinya.     “E…engga yah, ga mimpi apa-apa kok,” jawab Alvin malu, sang ibu hanya tertawa kecil melihat tingkah anaknya tersebut.     “Kalau lagi ada masalah mah diselesaiin Vin, jangan dipendem nanti berbuah,” goda sang ayah yang tahu betul kalau anaknya sedang galau.     “Gak ada apa-apa, aman. Udah yuk berangkat telat nanti nii,” Alvin langsung menuju kea rah mobil.     “Vinn,” panggil sang ibu dari rumah     “Apa lagi bu, telat nanti niii,”     “Emang sekolah kamu boleh gapake sepatu ya?” tanya sang ibu usil.     Alvin yang salah tingkah pun langsung beralasan, “ini nanti mau dipake di mobil kok hehehe”     Hari ini ia tidak naik motor ke sekolah karena motornya sedang di bengkel. Maka dari itu ia berangkat ke sekolah bersama ayahnya. Ketika di mobil suasana sedikit canggung, karena Alvin malu dengan sikap anehnya tadi di rumah, sedangkan sang ayah hanya tersenyum kecil daritadi sambil membawa mobil.     “Laki-laki tuh kalau ada yang mau diomongin, ya omongin aja langsung Vin”     “Ayah juga dulu gitu kok ke ibu kamu, kalau lagi ada yang gaenak di perasaan ayah, langsung ayah omongin biar ga kependem terus.”     “Engga ada yah, orang Alvin Cuma mimpi biasa aja kok. Gak ada apa-apa,” kata Alvin yang sedang mengelak perkataan ayahnya. Ia hanya malu kalau sedang ada masalah degan pacar, padahal itu adalah hal yang normal untuk setiap orang yang sedang berpasangan. Tidak ada 30 menit, mereka sudah sampai di sekolah Alvin, memang jarak antar rumah dan sekolah Alvin tidak terlalu jauh, jika menggunakan kendaraan.     “Alvin sekolah dulu yah,” ia membuka pintu mobil dan hendak turun dari mobil ayahnya tersebut.     “Vinn”     “Apalagi yah?”     “Itu sepatunya belum dipake?” kata sang ayah sembari menunjuk kearah sepatu yang daritadi dianggurin oleh Alvin.     “Ah iya sampe lupa kann, yaudah Alvin pake di post satpam aja,” ia lalu salam dengan ayahnya tersebut dan berjalan menuju post satpam untuk memakai sepatu. Ketika sedang memakai sepatu, ia melihat Serra menuju kearahnya dan berkata, “Haii, Vin nanti sore jalan yuk, aku kangen nih ke taman Suropati,” tanpa basa-basi Alvin pun mengiyakan ajakan Serra, kebetulan juga hari ini motornya selesai dibengkel. Lalu mereka berdua berjalan bersama menuju kelas, ia marasa beruntung kalau mimpi itu hanya sebatas mimpi dan tidak akan menjadi nyata. Buktinya sekarang mereka sudah saling berbicara dan mau jalan berdua nanti sore.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD