Prolog

818 Words
Seorang gadis masuk ke dalam sebuah gedung satu lantai dengan board name Azkia and Adinda wedding organizer, dia adalah Azkia, salah satu founder wedding organizer itu. Ia berjalan tergesa melintasi front office menuju ruangannya, Azkia kemudian membuka ruangannya dan masuk, ia segera duduk di meja kerjanya dan mengeluarkan laptop dari tas yang ia bawa. Azkia meletakan laptop di meja dsn segera membuka dan menyalakannya, tak lama kemudian ia fokus memeriksa beberapa project di laptopnya. Ada beberapa project resepsi pernikahan dan pertunangan, ia periksa satu persatu project yang akan ditangani oleh WO yang ia dirikan. Project dari beberapa pengusaha juga beberapa artis ibukota, Azkia ingin semuanya sempurna sehingga ia harus turun tangan sendiri memeriksa detail dari projects tersebut dari hal besar hingga terkecil. Azkia tak ingin terlewatkan sedikitpun, semua harus sempurna seperti biasanya. Pintu ruangannya diketuk membuatnya mengalihkan pandangannya dari layar laptop pada pintu, ia tersenyum saat melihat Adinda, sahabatnya sesama yg founder wedding organizer Azkia and Adinda. "Hai Din, masuk," pinta Azkia, Adinda melangkah masuk dan duduk di hadapan Azkia. "Lagi cek and ricek projects?" Tanya Adinda. "Hemmm..." "Kita lunch bareng yuk, ada yang ingin aku bicarakan." Azkia menatap Adinda penuh tanya, "sepertinya ada yang penting Din?" Tanya Azkia. "Enggak juga, membicarakan projects aja, cuma sekarang kan sudah jam makan siang Kia." Azkia mengalihkan pandangannya pada jam dinding di ruangannya dan ia terkejut, ia merasa baru saja membuka laptop dan memeriksa projects tapi sudah jam 12 siang lebih. "What?! sudah jam makan siang? Perasaan aku baru saja duduk?" ucap Azkia. "Kamu itu terlalu asyik bekerja hingga tidak kenal waktu, ayo." Azkia kemudian mematikan laptopnya dan berdiri, ia raih tas tangannya dan berjalan mengikuti langkah Adinda yang keluar dari ruangannya melewati front office menuju area parkir. "Pakai mobil aku aja Kia," ucap Adinda. "Oke." Azkia berjalan menuju mobil adinda yang terparkir bersebelahan dengan mobilnya. Azkia masuk dalam jok samping pengemudi mobil berwarna pink milik Adinda tersebut, tak menunggu waktu lama mobil sudah membelah jalanan. Dalam waktu 1 jam mobil sudah sampai di sebuah cafe, cafe langganan Azkia dan Adinda jika makan siang bersama untuk membicarakan projects mereka, sudut tersembunyi di cafe itu adalah favorit mereka. Setelah duduk di meja favorit mereka, Azkia dan Adinda segera memesan menu makan siang. Kali ini mereka memesan Fetuccini sebagai menu makan siang mereka, tak menunggu waktu lama mereka sudah menyantap makan siang mereka. "Kia, sepertinya kita harus menambah personil lagi," ucap Adinda memulai percakapan setelah mereka selesai makan siang. "Aku juga berpikir begitu Din, kita kewalahan untuk menerima banyak projects, kita bahkan terpaksa menolak beberapa klien karena kurang personil." "Makanya itu." "Ya udah, kamu pasang iklan di ** sama f******k kalau kita membutuhkan personil untuk tim WO kita." "Baiklah, untuk pesta pernikahan artis Erra Willy kita berdua yang langsung turun tangan kan?" "Iya, dia minta tim senior yang turun tangan, jadi ya kita berdua yang harus jalan. Tapi aku yakin pernikahan ini tidak akan pernah dilupakan oleh pengantin juga tamu karena akan sangat spektakuler." "Iya, konsep yang kamu buat memang sangat anti mainstream tapi sangat istimewa. Aku juga amaze saat kamu menyodorkan konsep itu, out of the box Kia, dari mana sih idenya?" Azkia mengendikkan bahunya, "entah, kepikiran aja ide yang tidak pernah dipakai oleh wedding organizer lain, karena kita sering memberikan ide konsep yang beda maka dari itu kita dilirik banyak klien." "Iya kamu benar." Adinda melihat Azkia mengaduk aduk juice strawberry yang ia pesan tanpa berniat meminumnya, Adinda mengernyitkan dahinya melihat sahabatnya itu seperti mengkhawatirkan sesuatu. "Kia... kamu kenapa?" tanya Adinda kemudian, azkia yang ditanya malah menghela nafas panjang. "Kamu ada masalah?" "Ayah dan ibu meminta aku pulang ke Yogya." "Mau dijodohkan lagi?" "Mungkin," jawab Azkia singkat. "Masih aja ada orangtua yang mau menjodohkan anak anak mereka di jaman modern seperti ini," gerutu Adinda, tak terhitung berapa kali ayah dan ibu Azkia meminta Azkia pulang hanya untuk dikenalkan dengan anak sahabatnya, tapi itu hanya kata lain dari perjodohan.  "Hanya mau diperkenalkan Din," jawab Azkia. "Sama saja Kia, itu hanya kata halusnya dari dijodohkan." " Sepertinya setelah acara Erra Willy beres aku mau menyempatkan pulang sebentar Din, sudah sering ayah memintaku pulang tapi aku berdalih jika pekerjaan akan tidak bisa ditinggalkan. Mungkin sekali saja aku pulang dan mengikuti keinginan mereka berkenalan dengan anak sahabat ayah, mereka tidak terus menerus memintaku pulang." "Takutnya nanti, endingnya kamu disuruh langsung menikah sama pria itu Kia." "Tidak akan, mereka menghormati keputusan aku, paling juga diminta saling mengenal dulu, tinggal aku bilang saja jika kita tidak saling cocok, beres kan?" "Ya sudah terserah kamu saja, walau banyak orang bilang usia kita ini sudah waktunya menikah tapi kalau kita masih mau berkarir, siapa yang mau melarang. Setelah menikah pasti kita akan kesulitan mengurus WO, harus urus suami, anak dan rumah." "Aku tidak setuju dengan pendapat kamu Din, walau sudah menikah dan punya anak, kita masih bisa fokus di WO kok, makanya aku nanti kalau mencari suami cari yang pengertian dan mendukung apa yang aku lakukan." "Ide bagus sepertinya." Lynagabrielangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD