Bab 1

1607 Words
"Hana...Sena cepat bangun" terdengar suara wanita yang sudah sangat familiar di luar kamar Hana, ya ibu Hana selalu menjadi pengganti alarm di pagi hari jika kedua anak gadisnya masih terlelap di dalam kamarnya masing-masing. Hana langsung membuka mata lalu menguap sesekali, Hana mengucek matanya sangat perih dan rasa kantuk tak bisa Hana hindarkan. Tangannya mencari ponsel yang di simpan diatas meja yang bersebelahan dengan tempat tidurnya untuk melihat sudah jam berapakah ini sampai membuat ibunya teriak-teriak sepagi ini. Mata Hana seketika langsung terbuka sepenuhnya dan mendadak rasa kantuknya hilang ketika melihat jam yang sudah menunjukan pukul 06.15. Astaga aku pasti terlambat. Hari ini adalah hari pertama Hana memasuki masa Sekolah Menengah Atas, setelah seminggu yang lalu ia dan teman-teman seangkatannya mengikuti serangkaian kegiatan untuk pengenalan sekolah. Hana lalu mengambil handuk berwarna biru muda di dalam lemari yang berwarna coklat tua, Hana langsung bergegas meninggalkan kamar tidurnya yang mendominasi warna garis-garis hijau muda dan hijau tua dengan atap kamar melukiskan warna langit yaitu warna biru muda dan warna putih untuk awan yang sengaja di buat Hana agar menyerupai warna langit yang cerah di siang hari. Braakkk Suara pintu kamar mandi yang di tutup sangat kencang oleh Hana membuat ibu Hana seketika kaget lalu membalikan badannya ke arah asal suara. Ibu Hana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat anak sulungnya yang selalu membuat gaduh saat di pagi hari, sambil melanjutkan aktifitasnya kembali mengolesi roti dengan selai coklat untuk Ayah Hana terdengar suara kursi di tarik dan Ibu melihat anak bungsunya sedang menguap yang di tutup oleh tangan kiri sementara tangan yang bebas satunya mengambil roti isi selai stroberi lalu memasukannya ke dalam mulut. "Kak Hana harusnya jangan berdagang terus jadinya kan dia telat." ucap Sena sambil mengunyah roti isi yang baru sebagian di gigit olehnya. "Ucapan itu harusnya untukmu juga Sena." balas ibu tanpa mengalihkan pandangannya dari roti isi yang sedang di olesinya. "Ibu heran kau dan kakakmu itu sudah besar tapi setiap pagi harus selalu ibu yang membangunkan kalian." lanjut ibunya sambil melirik Sena sekilas lalu menyimpan roti isi di atas piring suaminya. Sena hanya terkikik geli mendengar ucapan ibunya, Ayah yang sedang membaca koran sambil sesekali menyesap kopi tampak tidak ingin berkomentar meskipun perkataan sang istri memang benar. "Harusnya mereka itu bisa mandiri apalagi sekarang Hana sudah masuk ke SMA, benarkan yah?" ucap ibunya meminta pembelaan kepada suaminya. Ayah hanya mengangguk-anggukan kepala tanpa mengalihkan pandangannya dari koran. Tiba-tiba Ayah mengernyit lalu memberikan koran itu kepada ibu. "Sepertinya koran hari ini belum di ambil." Ibu langsung mengambil koran yang Ayah berikan lalu melihat tanggal yang tertera di pojok kanan atas koran. "Koran salah tanggal ayah berkomentar tapi saat ibu minta pembelaaan tentang anak-anaknya tidak berkomentar." ucap ibu sambil pergi berlalu meninggalkan Sena dan juga Ayah yang sedang mengambil roti isi Suara pintu kamar mandi terbuka Hana lalu berjalan ke arah kamarnya untuk siap-siap sekolah, Sena seketika langsung berdiri untuk segera mandi. *** Keadaan di halte bis saat Hana tiba tidak begitu ramai, namun ternyata Hana harus menunggu beberapa menit untuk menunggu bis jurusan yang membawanya ke tempat tujuan. Bis yang di tunggu Hana pun tiba Hana lalu masuk dan berjalan ke tengah badan bis. Hari ini keadaan bis cukup ramai sampai Hana harus berdiri karena tidak mendapat kursi kosong, Ketika bis yang di tumpangi Hana hampir melaju terdengar suara orang yang berteriak. "Tunggu kami." teriak salah seorang lelaki memakai hoodie hitam. Hana melihat di balik kaca bis dengan jelas kedua orang itu sedang berlari agar mereka tidak di tinggalkan oleh bis ini yang memang harus lama untuk menunggu bis selanjutnya, Lelaki yang memakai hoodie hitam sampai duluan di pintu bis di ikuti oleh temannya lelaki yang memakai jaket abu. Kedua lelaki tadi berjalan ke tengah badan bis kemudian berhenti di dekat Hana. "Harusnya aku tadi meninggalkanmu." ucap lelaki yang memakai hoodie hitam. "Dari awal memang ide yang buruk kau pindah kesini dan memutuskan jauh dari keluargamu." lanjut lelaki itu dengan marah. Derris lelaki yang memakai jaket abu itu merupakan siswa baru yang berumur 16 tahun, ia memutuskan untuk hidup mandiri jauh dari keluarganya dan menyewa sebuah kost yang tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Terbiasa hidup senang bersama Ayah dan Ibunya kini Derris harus mulai terbiasa dengan kehidupan barunya yang serba sendiri. Ketika kondektur yang sedang berjalan menghampiri setiap penumpang untuk meminta sejumlah pembayaran yg telah di tentukan membuat Derris panik karena ternyata ia lupa membawa dompet karena keluar dari tempat kost nya terburu-buru. Rian, lelaki yang menggunakan hoodie hitam hanya bisa menahan agar tidak mengeluarkan suara tertawa yang keras, Rian tak ingin di berikan tatapan tajam oleh penumpang lain lalu di usir keluar dari bus ini. "Bisa kau bayar untuk dua orang kan?" tanya Derris kepada Rian sambil berharap agar temannya itu mengatakan iya. Meskipun Rian membawa dompet tapi saat melihat temannya yang begitu panik munculah satu ide jahil dalam otaknya. "Sepertinya aku juga lupa membawa dompet." Rian berbisik pelan kepada Derris sambil berpura-pura mencari dompet seperti yang dilakukan Derris tadi. Derris tambah panik mendengar jawaban Rian, Derris hanya berharap hari ini kondektur bis dapat berbaik hati untuk tidak mengusir mereka dari dalam bis. Akhirnya kondektur sampai di tempat mereka, saat Derris akan membuka mulut Derris melihat seorang gadis yang berdiri disebelahnya memberikan uang kepada kondektur. "Bayar tiga pak." ucap Hana. Sekilas terlihat oleh Derris gadis yang membayar ongkosnya tadi begitu cantik, putih dengan ditambah jaket warna biru muda yang ia kenakan. Derris hanya tersenyum malu melihat ternyata ada gadis yang begitu cantik sesuai dengan tipenya. "Kau lihat gadis barusan yang membayar ongkos kita? Sepertinya dia takdirku." bisik Derris kepada Rian sambil terus memperhatikan Hana. Rian merasa tidak enak kepada Hana karena telah membayarkan ongkos bis. Rian mengucapkan terima kasih yang nyaris terdengar samar namun ternyata Hana mendengarnya dan ia hanya membalas dengan anggukan. Sisa perjalanan menuju ke sekolah, Derris habiskan untuk terus memperhatikan Hana sambil tersenyum sendiri. Rian yang berdiri disebelah Derris menyikut Derris dengan pelan memberi isyarat dengan dagu agar berhenti melihat gadis yang berada disampingnya. Sesampainya bis di halte samping gerbang sekolah, mereka bertiga keluar lalu menuju sekolah secara terpisah karena Rian meminta Derris untuk menemaninya ke toilet sembari menjauhkan Hana dari Derris yang terus mengikuti Hana tanpa sadar, padahal jelas-jelas kelas mereka berbeda. Ternyata kelas Hana dan Derris hanya berbeda dua kelas, lalu Derris mulai melakukan pengintaian dengan pura-pura berjalan melewati kelas Hana. Tanpa di duga, saat Derris melihat ke dalam kelas Hana ternyata ada beberapa siswa yang Derris kenal dulu saat di Sekolah Menengah Pertama. Betapa senang Derris memiliki kesempatan untuk mendekati Hana sekaligus meminta teman-temannya untuk memberi informasi apakah Hana sudah memiliki kekasih atau belum. Jam istirahat pertama Derris memberanikan masuk ke dalam kelas Hana lalu mulai mendekati meja Hana yang terletak di barisan kedua urutan meja ketiga. Suasana kelas yang cukup ramai tidak membuat nyali Derris menciut, Derris lalu memulai aksinya untuk mendekati Hana. "Hai aku Derris dari kelas sebelas." ucap Derris dengan ramah. "Terima kasih sudah membayarkan ongkos di bis tadi, nanti besok aku janji akan menggantinya." lanjut Derris. Hana tetap fokus dengan ponselnya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya kepada Derris. Sera, teman sebangku dan merupakan sepupu Hana hanya melirik sekilas lalu melanjutkan kembali aktifitasnya menulis jadwal pelajaran yang sudah tertulis di papan tulis berwarna putih. Melihat tidak ada respon dari Hana Derris tetap berusaha mengajak Hana untuk ngobrol. "Besok kita janjian di halte ya." ucap Derris, seketika Hana langsung mengangkat wajahnya untuk melihat Derris lalu kembali memainkan ponselnya. "Kau tidak usah membayarnya." jawab Hana singkat. Mendengar Hana merespon, Derris pun tersenyum "Aku akan menunggumu di halte bis besok." lalu Derris pergi meninggalkan kelas Hana tanpa sepatah kata apapun lagi. Sera yang sedari tadi memperhatikan perbincangan temannya hanya terkikik geli. "Sepertinya bertambah satu penggemarmu Hana." sambil berlalu meninggalkan Hana yang mendengus kesal dengan ucapan temannya. Keesokan harinya Hana berangkat ke sekolah, sesampainya di halte, bis dengan jurusan yang Hana tuju telah tiba. Saat Hana akan menaiki bis, Hana menengok ke belakang saat ia merasakan pundaknya di tepuk seseorang. Ternyata itu Derris, dengan senyuman dan lambaian tangan kepada Hana. Hana tidak memedulikan senyuman cerah Derris, ia malah langsung naik dan meninggalkan Derris. "Hei tunggu aku." ucap Derris kepada Hana sambil mengikuti langkah Hana ke dalam bis. Hana pun lalu duduk di dekat jendela bis dan Derris mengikuti duduk di sebelahnya. Dengan tatapan kesal. "Tempat duduk lain masih kosong, kenapa duduk disini?" seru Hana pada Derris. "Aku kan mau mengganti uang kemarin." jawab Derris. "Sudah kubilang tidak usah, kalo pun mau ganti ya jauh-jauh sana duduknya." usir Hana. Derris tidak menghiraukan kekesalan Hana, ia tetap duduk di samping Hana sambil terus mengajaknya berbicara, meskipun tidak ada jawaban dari Hana. Ketika bis sampai Hana bergegas segera pergi meninggalkan Derris yang terus memanggilnya. "Sedang menghindari penggemar, Hana?" terdengar suara yang sedang bertanya dari belakang, seketika Hana berhenti berjalan lalu membalikan badannya ke belakang. Terlihat Sera yang terkekeh geli melihat sepupunya yang merasa tidak nyaman sedang di kejar-kejar oleh lelaki yang mengganggunya kemarin. "Sera, ayo cepat masuk ke kelas." tanpa menjawab pertanyaan Sera, Hana langsung menarik tangan sepupunya itu dan berjalan dengan cepat menuju ke kelasnya. Hampir setiap hari Derris selalu datang menemui Hana di kelasnya dan pantang menyerah untuk selalu mengajak Hana pergi dan pulang sekolah bersama, namun selalu di tolak oleh Hana dengan galak. Derris seperti mengetahui tempat dimana Hana berada, setiap Hana berada di kantin sedang mengobrol bersama dengan teman-temannya di meja yang terletak di ujung. Derris pun selalu ada di sebelah meja Hana dan menyapanya, padahal sebelum ke kantin Hana selalu mencari dan memastikan tidak ada keberadaan Derris. Ketika Hana berangkat ke sekolah pun ia sengaja datang ke halte bis pagi-pagi sekali agar ia tidak ke sekolah bersama dengan Derris. Tapi setiap Hana datang pagi, Derris pun akan datang lebih pagi dari Hana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD