1. PERTOLONGAN

2036 Words
Jakarta, tahun 2015.. Di persimpang jalanan terdengar suara riuh akibat seseorang yang berteriak meminta pertolongan sehabis di jambret itu. Ranti yang kebetulan sedang berjalan-jalan di sekitaran tempat itu pun segera menghampiri seorang wanita yang saat ini sedang terluka akibat benda tajam yang mengores bagain lengan kanan nya itu. "Luka nya cukup dalam, lebih baik di obati terlebih dahulu." Ucap Ranti cepat dan segera mengeluarkan obat merah dan berbagai kapas dari tas jinjing nya itu. Ranti segera membawa wanita itu sedikit menepi dari jalanan dan mendudukan nya di terotoar jalan, Ranti pun dengan teliti memberikan pertolongan pertama kepada wanita itu. "Awch.. sakit sekali." Pekik wanita itu cepat dan meringis ke sakitan. "Tahan rasa sakit nya, setelah ini anda harus segera ke dokter untuk penanganan lebih lanjut." Ucap Ranti cepat dan mematap serius ke arah seorang wanita yang baru saja ia tolong itu. "Terimakasih, maaf aku tidak bisa memberi mu uang.. aku baru saja ke malingan." Ucap wanita itu cepat dan menundukan pandangan nya sendu. Ranti sontak tersenyum kecil dan berucap "Aku membantu mu dengan Ikhlas, dan tak meminta imbalan.. berhati-hatilah di daerah ini banyak pencopet." Ucap Ranti cepat dan tersenyum ramah. Wanita itu pun ikut tersenyum dan berucap "Kau baik sekali." Ucap wanita itu cepat dan tersenyum manis dengan wajah khas wanita Asia itu. "Mau ku antar kau ke Rumah Sakit?" Tanya Ranti cepat masih dengan senyuman ramah nya. "Ahh.. tidak usah, aku akan pergih sendiri saja." Tolak wanita itu cepat, wajah khas Asia tapi sangat pandai berlogat bahasa indonesia Ranti sendiri merasa minder saat bersanding dengan wanita cantik di hadapan nya itu. "Baikalah, kalau begitu aku pergih.. aku harus sampai ke kampus 20 menit lagi." Ucap Ranti cepat dan segera berlari menuju Bis yang kebetulan baru sampai ke halte pemberentian nya itu. "Hati-hati, dan terimaksih banyak." Samar-samar Ranti masih bisa mendengar suara wanita yang baru saja ia tolong itu. Tap.. tap.. tap.. Ranti segera memasuki Bis dan mencari tempat duduk untuk ia singgahi itu. Perjalanan terasa sunyi Ranti yang tak pandai bergaul pun hanya terdiam di kursi penumpang dan segera mendengarakan lagu lewat headset yang ia pasang di ponsel nokia nya itu. Bruss.. suara Bis berhenti tepat di halte pemberentian, Ranti dengan cepat segera memberikan uang perjalanan dan turun dari Bis sesegera mungkin. Langkah demi langkah Ranti mengarah ke tempat ruangan kelas nya yang akan segera di mulai, namun sebelum Rantu hendak masuk ke dalam sana ada seseorang yang memanggil nama nya dengan suara yang cukup menggelegar. "Ranti! baru masuk sekarang? kebiasaan mu telat sungguh membuat ku muak! ke ruangan ku segera.. kau tidak boleh masuk ke jam ku hari ini." Teriak dosen jurusan ilmia itu kencang dan memekikan telinga Ranti tentu nya. Ranti sontak berdecih tak suka dan segera berucap "Ayolah, Pak.. ini masih kurang 5 menit dari jam pelajaran Bapak loh.. izinin Ranti masuk ya." Pinta Ranti cepat dan memasang wajah melas nya itu. "Ck.. kau sudah berapa kali masuk ke Ruangan ku, Ranti? aku tak akan terpedaya dengan wajah melas mu itu.. cepat tunggu saya di sana!" Ucap sang Dosen dengan tegas dan segera memasuki ruangan kelas dan menutup pintu ruangan rapat-rapat agar Ranti tak dapat memasuki nya. Ranti mendenguskan napas nya kesal! lagi dan lagi ia tidak dapat masuk kelas karna ketelambatan nya itu, sejujur nya Ranti dapat masuk lebih awal jika tak menolong wanita yang terluka di jalanan! Tapi apa mau di kata? jiwa kemanusiaan Ranti sangatlah besar ia tak mungkin dapat mengabaikan nya begitu saja. Dengan langkah gontai Ranti menyisiri koridor untuk sampai ke ruangan sang Dosen ilmia itu. Ranti menatap nanar ke arah secarik kertas yang tengah ia gengam itu, ia baru saja mandapatkan surat kasih sayang dari sang Dosen Ilmia itu yaitu yang berisi surat pernyataan teguran atas semua keterlambatan datang yang telah mendarah daging di tubuh Ranti itu. "Hah.. apa yang harus Ranti lakuin? Ibu pasti marah!" Ucap Ranti frustasi dan mengacak-acak rambut pajang nya yang berwarna coklat itu dengan cepat. Bruk.. secara tak sengaja Ranti terjatuh begitu saja di trotoar jalan karna menabrak seseorang yang bertubuh keras layak nya beton itu. "Maaf.. maaf.. saya tidak sengaja." Ucap Ranti cepat sambil mengusap-usap hidung mancung nya yang saat ini sednag kesakitan akibat tabrakan itu. "Pakai mata mu untuk melihat ke depan!" Ucap pria yang baru saja Ranti tabrak itu dengan ketus dan menusuk ke relung hati Ranti. "Kan aku udah minta maaf, lagi pula kau seharus nya menghindar jika kau melihat ku sedang berjalan menunduk." Ucap Ranti cepat dan menatap tak suka ke arah pria yang saat ini sedang berdiri di hadapan nya itu. "Jadi kau menyalahkan ku atas semua ini? Hah.. siapa nama mu?" Tanya pria itu dingin dan menatap marah ke arah Ranti. Gluk.. Ranti menelan savilah nya kuat-kuat, baru saja ia mendapatkan surat pringatan tidak mungkin ia mencari masalah kembali! bisa tamat riwayat nya nanti. Tap.. tap.. tap.. Ranti sontak berlari dengan kencang untuk menghidari sosok pria dingin yang baru saja ia buat murka itu. "Cih.. dasar! di tanyain malah kabur?" Gumam pria itu kesal dan menatap intens Ranti yang sedang berlari menjauhi nya itu. "Mau ku cari tau siapa dia, Erik?" Tanya seseorang pria yang berada di samping nya sedari tadi itu berbicara. "Tidak usah! dia tidak penting, Yogi." Ucap Erik ketus dan segera melangkah kembali memasuki Gedung Universitas ternama itu. "Baiklah." Ucap yogi cepat dan segera menyusul langkah Erik. "Huh.. Huh.. Huhf.. hampir saja aku membuat masalah kembali! cape nya berlarian seperti ini." Gumam Ranti pelan dan mulai berjalan dengan santai setelah keluar dari gerbang tempat ia menuntut ilmu itu. "Ihs.. jadi kotor! ini semua gara-gara pria menyebalkan itu.. lebih baik aku ke toko dan menginap disana, aku tidak mau pulang membawa lampiran kertas menyebalkan ini ke rumah." Ucap Ranti kembali dan menatap nanar kertas putih yang sedang ia genggam itu. Di sisi lain, Tok.. tok.. tok.. terdengar suara ketukan pintu ruangan yang terkesan banyak piala serta penghargaan-penghargaan terletak di berbagai macam sudut ruangan itu. "Oh.. maaf saya tidak tau bahwa Tuan Erik mau datang, silahkan duduk." Ucap pria paruh baya itu terdengar gusar dan berkeriangat takut-takut. Erik sontak tersenyum miring dan segera berucap "Kelihatan nya kau nyaman duduk di kursi itu, Pak Agus." Ucap Erik ketus dan menatap sosok pria di hadapan nya itu dengan pandangan tajam nya itu. "Haha.. ini berkat kepercayaan Tuan Erik atas saya, sehingga saya dapat duduk di kursi Direktur Universitas ternama ini." Ucap seorang pria paruh baya yang bernama panggilan Pak Agus itu dengan cepat. "Hem.. begitu ya? kalau begitu aku akan memilih orang lain yang akan duduk disana menggantikan mu, bagaimana?" Ucap Erik ketus dan menatap tajam ke arah Pak Agus. "Apa? mengapa tiba-tiba, Tuan Erik? ampuni saya.. saya tidak melakukan kesalahan apa pun." Ucap Pak Agus cepat dan bertekuk lutut di hadapan Erik seketika. "Kau mengecewakan ku, Pak Agus! tindakan korup mu sudah ku layangkan ke meja hijau.. simpan tenaga mu untuk mengurusi semua itu, dan tak lupa kemasi barang-barang mu akan ada Direktur yang baru akan menempati ruangan ini." Ucap Erik tegas dan segera pergih berlalu begitu saja meninggalkan Pak Agus menangis dan termerenung di dalam ruangan. "Shit.. akhirnya aku memilih untuk melakukan nya, tindakan nya semakin menjadi-jadi tak kala aku di luar negri! sial." Ucap Erik marah dan berjalan tegap di sepanjang koridor itu. "Urus masalah ini, dan pastikan uang yang ia ambil kembali kepada ku." Ucap Erik tegas kembali dan berbicara pada tangan kanan nya yang bernama Yogi itu. "Baik, Tuan." Jawab Yogi dengan cepat dan sigap. Langkah kaki Ranti kini berhenti di sebuah toko kue kecil yang ada di hadapan nya itu, ia pun dengan berjalan gontai masuk ke dalam toko. "Ranti, bukan kah kau bilang kemarin jika hari ini ada jadwal kuliah?" Tanya seorang wanita berrambut pendek sebahu itu dengan cepat menatap ke arah Ranti. "Aku menyerah!" Teriak Ranti kencang dan segera merebahkan diri nya di sofa kecil yang sangat pas akan ukuran tubuh nya itu. "Hey.. ayolah, ada apa? ceritakan saja pada ku." Ucap wanita berrambut pendek itu kembali sambil menatap lekat ke arah Ranti. "Rasanya aku ingin pergih ke bulan saja!" Teriak Ranti kembali dan menendang-nendang udara dengan kedua kaki nya itu. "Yasudah pergih saja! kenapa kau malah ke toko ku?" Tanya wanita berrambut pendek itu kembali dan menatap aneh ke arah Ranti. "Hais.. menyebalkan! bawakan aku coklat Filda, aku sedang frustasi sekarang.. tekanan darah ku naik hingga ke Antariksa sana." Ucap Ranti pelan dan meringis sedih meratapi nasib nya itu. "Wah.. jauh sekali ya? dan tinggi pula." Ucap Filda cepat dan berusaha membayangkan walau sangat absurd itu. "Sudah-sudah, bawakan saja coklat atau kue coklat untuk ku." Ucap Ranti cepat dan kembali merengek meminta coklat kembali pada teman nya itu. "Tidak ada!" Ucap Filda cepat, singkat, padat, dan jelas itu. "Apa? kenapa?" Tanya Ranti cepat dan sontak terduduk sangking terkejut nya itu. "Stok bahan-bahan kita mulai menipis, karna kita makanin! dan tak ada pembeli selama 2 minggu terakhir ini, Ranti.. Uang sewa toko bulan ini juga belum terbayarkan." Ucap Filda cepat dan menundukan pandangan nya sendih. "Benarkah? hah.. uang bulanan yang di kirimkan Kakak ku juga sudah ku pakai untuk biaya kuliah, kita harus bagaimana?" Ucap Ranti pelan dan menangis sedih akan masa depan toko nya itu. "Berapa lama lagi kita sampai?" Tanya Erik cepat dan berulang kali melirik ke arah jam tangan nya itu. "Masih sekitar setengah Jam lagi, Tuan." Ucap Yogi cepat dengan pandangan lurus kedepan itu karna sedang menyetir mobil itu. "Hah.. baiklah, kalau ada di sekitar jalan yang buka Toko kue kita menepi sebentar!" Ucap Erik cepat dan segera menutup ke dua mata nya lelah. "Baik, Tuan." Ucap Yogi cepat dan segera melajukan kecepatan mobil nya dengan kecepatan sedang. Cling.. suara bel toko berbunyi Ranti sontak segera mengarahkan pandangan nya ke arah sosok pria yang baru saja memasuki toko nya itu. Deg.. bagai terhantam batu Meteor Garden! Ranti sontak membelalakan kedua mata nya lebar-lebar. Dam! sosok itu tak lain dan tak bukan adalah pria yang ia buat murka di kampus nya itu! Ranti pun segera berjongkok di bawah meja kasir dan berusaha bersembunyi dari nya. "Ranti, seperti nya ada pelanggan?" Teriak Filda cepat dan segera keluar dari dapur itu menuju ke arah meja kasir. "Siapkan dua Cake keju dengan tambahan kismis di atas nya." Terdengar suara berat itu terngiayang di telinga Ranti. "Ahh.. baik, akan segera saya siapkan." Ucap Filda gugup karna merasa senang baru saja mendapatkan pelanggan pertama nya setelah dua minggu lama nya itu. "Hm." Jawab Erik cepat dengan berdehem mengiyakan. Erik pun segera melangkah ke salah satu kursi di meja pelanggan yang tersedia di dekat kaca itu, Filda segera ikut berjongkok tak kala melihat Ranti yang tengah berjongkok di bawah meja kasir itu. "Apa yang kau lakukan disini, Ranti?" Tanya Filda cepat merasa aneh akan sikap teman nya itu. "Stt.. Dia adalah pria yang ku buat marah di kampus! jangan sampai dia melihat ku.. bisa-bisa ia akan membatalkan pesanan nanti nya." Ucap Ranti cepat dan berbisik pada Filda. "Haish.. Ranti, kau selalu saja membuat masalah! bersembunyilah dengan baik aku akan segera membuatkan pesenan nya dan akan ku pastikan kita tidak akan kehilangan pelanggan pertama kita." Ucap Filda cepat dan bersemangat itu. "Baik, Baiklah.. aku percayakan pada mu, Filda! kau yang terbaik." Ucap Ranti cepat dan tersenyum lebar seketika. 10 menit kemudian, Filda sudah mengemasi pesanan pelanggan pertama nya itu dengan baik. ia pun segera menghitung total pembayaran nya di atas meja kasir. "Total semua nya 80 Ribu, Pak." Ucap Filda cepat dan segera menyerahkan pelastik yang berisi pesanan itu pada Erik. "Ini ambil saja, kembalian nya." Ucap Erik cepat setelah menyerahkan selembaran uang kertas senilai seratus ribu itu pada Filda. "Terimakasih, Pak." Ucap Filda cepat dan tersenyum lebar seketika. Celing.. suara benda terjatuh ke lantai dan menggelinding ke bawah meja kasir itu, Erik sontak berjongkok untuk mengambil benda itu namun hal yang tak di sangka-sangka terjadi. "Cincin?" Pekik Ranti pelan dan menatap manik mata Erik lekat yang cuma terhalang meja besi kasir yang di desain bolong-bolong berukuran kecil itu. Sret.. Ranti segera di tarik ke luar dari tempat persembunyian nya itu oleh Erik! kini Erik memandangi Ranti dengan tatapan yang sulit untuk di artikan itu. "Kau, bersembunyi dari ku?" Ucap Erik ketus dan menatap tajam ke arah Ranti. "Yaa.. tidak! maksud ku adalah tidak.. untuk apa aku bersembunyi dari mu." Ucap Ranti gelagapan dan menundukan pandangan nya tak berani menatap Erik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD