When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Your cookies settings
Strictly cookie settingsAlways Active
ic_arrow_left
Story By choeriyah01
choeriyah01
0FOLLOWER
296READ
ABOUTquote
banyak perasaan yang tak perlu di ucapkan pada orang namun lebih baik dituangkan kedalam sebuah tulisan
ibu supiya dan cucunya berlari menuju ruang rawat.pihak rumah sakit mengabarinya.
"ya Allah nduk kamu gak papa?diikuti dengan riri cucunya menghambur kedalam pelukan tifa.tifa mengangguk tersenyum. tangannya mengusap puncak kepala riri dan mengeratkan pelukanya.
Luka yang tifa alami hanya luka ringan sebab itu dokter membolehkan tifa untuk pulang. mereka berjalan beriringan menuju pulang dalam perjalanan ibu supiya meminta tifa untuk berhenti dari pekerjaanya. kepergian menantunya menyisakan kekawatiran pada putrinya yang sama sama bertugas mengabdi pada negara. ia takut apa yang menimpa pada menantunya pun terulang kembali. sebab disisi lain ada riri putri dari atifa yang membutuhkan sosok sang ibu. bukan hati bermaksud menolak taqdir karena semua sudah ditentukan oleh rabnya.
* * *
"kontek.. kontek ayah? "riri memainkan radio komunikasi milik ibunya sambil menatap kelip bintang dari jendela berharap sang ayah pulang menemuinya.
atifa datang dan memeluk riri dari belakang "riri sayang kalo besar riri mau jadi apa? "
riri mengurai pelukan, wajah manisnya menatap lekat atifa binar penuh harap di kedua bola matanya "riri mau jadi polwan bu, riri mau jemput ayah"
"baiklah sekarng riri tidur ya"tifa membawa riri keperaduan. Ada perih diulu hatinya ketika riri sudah mulai menyinggung tentang ayahnya.
tifa membaringkan riri kemudian mebacakan cerita menjadi sebuah kebiasaan ketika riri hendak tidur.maka riripun tertidur pulas.
bayangan masalalu kembali terlihat dipelupuk mata. malam itu tifa menunggu kepulangan hilman sempat berbicara melalui sambungan gawai . Hilman mengabari setelah selesai akan segera pulang, janji tinggalah janji .manusia hanya bisa merencanakan. sedang Allah rabnya yang menentukan. semuanya terjadi begitu saja.
sering kali orang memandang sebelah mata seorang ibu tunggal. sekali lagi menjadi ibu tunggal itu bukan keinginan.namun murni karena Allah mentaqdirkan.
bulir bening membasahi kedua pipi atifa. ada rindu yang mnyesak ketika netranya memandang potret bersama sang suami.