Gauri kecil paham betul bahwa semua orang bisa saja bersedih dan memang boleh bersedih. Tapi ia juga paham bahwa kesedihan yang berlarut-larut sama artinya dengan ratapan. Lalu, ratapan adalah salah satu bentuk hujatan kepada Sang Pemilik Jagat Raya.
Tidak ada yang memaksanya untuk memahami hal seperti itu. Tapi ia tumbuh dalam lingkungan dan asuhan orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan. Maka mau tak mau itu melekat pada dirinya.
Bertahun-tahun ia terus belajar mengendalikan emosi dan egonya agar ia tak sampai berbuat 'kurang ajar' kepada zat yang mengendalikan denyut nadinya. Banyak hal terjadi. "Tidak ada hal baik ataupun buruk, itu hanya takdir yang memang dikhususkan untukmu, Gauri." Begitu biasanya ia meyakinkan dirinya sendiri.
Hingga sesuatu yang mengerikan terjadi tepat di depan matanya. Ia tahu dan ia paham konsepnya, tapi sepertinya ia terlalu lelah......
Akhirnya yang bisa ia lakukan adalah menulis pesan untuk keluarganya sebelum pergi.
“Aku pergi. Rasanya sesak. Aku butuh sedikit ruang. Jangan terlalu khawatir, Gusti Allah akan selalu menjagaku.”
-Gauri Garcia-
_Tidak ada hal baik ataupun buruk. Semuanya hanyalah takdir yang memang harus dijalani._
'Tunggulah sedikit lebih lama. Jika saat aku kembali kau masih memegang teguh niatmu, mungkin aku bisa memikirkan untuk menerimamu.'
~Gauri~
'Aku tahu betul itu bukan sikap sok jual mahal. Memang itulah nilai dirimu. Aku sudah tahu, maka dari itu aku memilihmu.