doa ibu yg menembus langit dan bumiUpdated at Jan 27, 2022, 08:46
Perjuangan seorang diri seorang ibu
Aku bernama ardiansyah ( bukan nama asli ) , aku lahir dari seorang ibu asal jakarta dan ayah jawa timur , aku memiliki 7 bersaudara 4 lelaki dan 3 perempuan , kami berasal dari kalangan yg biasa biasa saja , terlihat berada disaat ayah masih bersama sama berkumpul dalam keluarga kita .
Ayah ku seorang driver taxi offline yg mungkin angkutan pertama kali debutnya dijakarta , entah kenapa seiringnya waktu ayah ku jarang pulang kerumah dan aku selalu menyusul nya di pangkalan taxi offline tersebut dengan berjalan kaki , diumur ku yg masih beranjak 4 tahun , aku berjalan bersamaan dengan lalu lalangnya kendaraan yg jarak yg harus aku tempuh dengan berjalan kaki sekitar +/ 4 km dari rumah .
Tak lain dan tak bukan aku menghampiri ayah ku yg sedang bekerja di jasa angkutan semata karena ayah jarang pulang dan hanya meminta sedikit buat jajan aku , tapi usaha yg selalu aku lakukan tidak pernah berjalan mulus karena tidak pernah bertemu dengan ayah , ada seseorang diantara temen ayah yg selalu iba dan memberikan sedikit rejekinya untuk aku pulang .
Singkat cerita , disaat ayah pulang setelah beberapa minggu tidak pulang , didepan mata aku sendiri ayah di jemput seorang wanita yg aku sendiri tidal mengerti di umur ku yg masih menginjak 4 tahun tersebut , dan disaat itu pula ayah tidak pernah pulang ,sesekalipun kerumah .
Kehidupan keluarga ku amat sangat mengenas kan , perjuangan seorang ibu yg hanya berdiri sendiri menafkahi ke 7 anak nya , ibu bekerja sebagai pencuci baju dikampung ku , bukan 1 tempat ibu ku menjalanin nya ,, sehari bisa 3 sampai 5 rumah yg ibu ku kerjakan , kakaku pertama kedua dan ketiga diumuran smp berjuang di tempat kelahiran ibu di jakarta menyemir dan mengamen yg hanya bisa didapatkan untuk makannya saja ,
Ibu ku selalu berjuang tanpa kenal lelah mencuci dan membersihkan rumah tetangga demi mencukupi kebutuhan kita sehari” , dalam sehari hari terkadang kami makan telor bulat yg sengaja ibu potong menjadi 8 bagian untuk kita makan . Dan apabila tidak menfapatkan uang ibu meminta di warung untuk menhutang beras. Dan makan nasi dengan garam , Tidak seperti yg di gambarkan , warung yg sering dihutangi ibu melontarkan kata” yg amat sangat merendahkan dan terkadang kita mendapat cacian dan makian dan tidak di berikan hutangan ,
Bukan hanya diwarung kami mendapatkan cacian dan makian , tetangga pun selalu memandang dan merenfahkan keluarga kami dengan sebelah mata , selalu mendapatkan kiriman makanan sisa yg sudah tidak layak atau tidak enak untuk di konsumsi , walaupun seperti itu , ibu selalu mengolahnya agar bisa untuk dimakan bersama sama , tidak jarang tangisan ibu di sepanjang malam nya dan selalu berdoa agar keluarga kami terlepas dari cercaan dan hinaan yg menjadi makanan kami sehari hari .
Perjuangan seorang ibu yg tidak bisa digambarkan bagaimana cara kita membalas semua perjuangannya demi anak anaknya , harta yg mengunung dan mengendong ibu dari jakarta ke mekkah pun , hanya setetes dari perjuangan ibu membesar kan kita ,
Tak ayal kami diperlalukan dalam kehidupan bermasyarakat sebagai sampah dan selalu menjadi gunjingan dan bullian dimasyarakat banyak , salutnya ibu hanya menahan semua dan tidak pernah membalas semua yg dilakukan padanya , ajaran yg amat luar biasa yg di ajarkan untuk kami semua menjalani kejamnya hidup ini ,
>>>>>>>>>>>> Bersambung