Aku tersenyum menatap pria yang berdiri dengan gelisah tapi pura-pura santai di depan sana saat aku berjalan di altar di temani oleh seorang pria tua.
Senyumku kian mengembang setelah aku berdiri di hadapannya dan kala ia menerima tanganku dari pria yang mengantarku itu.
"Bahagiakan dia. Jangan pernah menyakitinya karena kamu akan berhadapan denganku!"
Priaku tersenyum seraya mengangguk dengan penuh keyakinan.
Cinta kami memenuhi ruangan ini.
Tiga tahun berlalu,
Kini kami saling tatap dengan mulut tertutup tapi mata memancarkan kesakitan karena pengkhianatan.
Dimana pria yang selalu meratukanku di rumah? Yang selalu membisikkan kata cinta setiap saat?
Apa itu hanya siasat untuk menutupi perselingkuhannya?
Lalu, haruskan aku menghukumnya dengan cara yang sama?
"Tidak pernah ada penghinaan yang begitu dalam dan menyakitkan sekaligus mengecewakan aku sepanjang hidupku. Kau menipuku, membodohiku terutama memanfaatkan aku karena kau tahu aku begitu mencintaimu," ucap gadis itu sendu. Dia menjauhkan pandangan matanya dari pria di hadapannya.
"Tidak masalah jika kau menikah dengannya entah karena alasan apapun. Sumpah, aku tidak akan pernah menahanmu untuk berada di sisiku jika kau akhirnya memilihnya. Aku tidak ingin kau merasa terpaksa atau kasihan atau merasa harus membalas cintaku," lanjutnya membuat pria yang hampir menjadi mantan kekasihnya itu menggeleng ingin membantah beberapa kata yang baru saja menyapa gendang telinganya namun lidahnya terasa kelu .
"Bahkan jika alasanmu, kamu lebih mencintainya dan akhirnya memilih menikah dengannya, aku terima. Jangan membawa orang tua sebagai alasan karena kau tahu bahwa orang tuamu belum mengenalku dan aku belum berniat berkenalan," ucap gadis itu lagi dengan suara bergetar menahan tangis.
Abian membuka dan menutup mulutnya. Menelan kembali kata kata sanggahan yang sudah tercetak di otaknya.
Pria itu menunduk dan mengucapkan beribu maaf dari mulutnya yang terkatup sehingga hanya di dengar olehnya sendiri.
Sreeeeggg
Terdengar suara kursi di seret. Abian mendongak dan melihat Gina sudah berdiri dan menyandang tasnya.
"Selamat atas pernikahanmu. Semoga kalian langgeng. Dan selamat juga, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah. Terima Kasih untuk cintamu selama ini, tulus atau tidaknya itu aku tidak tahu. Mulai hari ini, kita putus. Tidak ada hubungan di antara kita lagi."
"Sayang, Gina. Jangan begitu. Aku tidak pernah ingin menghianati kamu, ini murni di paksa oleh ibuku. Bahkan semuanya mendadak. Ibuku datang tiba tiba dan mengatakan semua sudah beres. Apa yang bisa aku lakukan? Ingin sekali rasanya mengatakan aku sudah punya kekasih, tapi aku ingat kalian belum saling kenal bahkan selama ini ibuku tidak tahu aku punya kekasih. Jika aku di paksa untuk menikahi kekasihku, kamu pun pasti belum siap, kan?" ujar Abian menjelaskan sekaligus menahan tangan Gina yang hendak beranjak.
"Jangan pernah katakan hubungan kita sudah berakhir. Sampai kapan pun itu tidak akan pernah berakhir," ucapnya serius.
Apa yang ada di pikirannya? Apa dia mau selingkuh di belakang istri yang sedang hamil?
Gina hanya berdecih dan tersenyum miris. Apa katanya barusan? Tidak akan pernah berakhir. Bangsat!
Cecil gadis belia dari keluarga kaya yang selalu membuat onar demi mendapat perhatian dari orang tuanya. Suatu hari, di hari ulang tahunnya yang ke-17, dia pergi ke klub bersama teman-temannya dan bertemu dengan Juan, seorang pria lajang tua. Mereka menghabiskan malam bersama dan melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang pelajar.
Setahun kemudian, Cecil dan Juan bertemu kembali. Keduanya saling ingat, tetapi berpura-pura tidak mengenal satu sama lain. Namun, sering berjumpa dan tingkah laku Cecil yang tidak berubah, membuat keduanya kembali dekat. Awalnya iseng, tetapi akhirnya menjadi serius.
Bagaimanakah kisah mereka selanjutnya?
Menjadi istri dari seorang pria yang masih berstatus suami wanita lain bukanlah impian setiap wanita di dunia ini pun dengan Anggun.
Nasi menjadi bubur, ibunya sudah menerima lamaran pria itu tanpa persetujuan orang yang di lamar.
Ketika kata 'tidak' terucap, maka pengorbanan seorang ibu yang telah melahirkannya menjadi ancaman.
"Surga kamu ada di telapak kaki ibu, durhakalah kamu jika menolak permintaan ibumu yang sampai berjuang antara hidup dan mati ketika melahirkan kamu" ucap ibunya dengan derai air mata membasahi seluruh pipi.
Tidak sadarkah ibunya telah melemparkan Anggun pada pria yang masih begitu mencintai istrinya? Bagaimana nasib masa depan Anggun setelah menjadi istri? Bisakah dia mendapatkan cinta walau hanya seujung kuku pria itu?
Bertumbuh Dewasa bersama Ibu tiri yang tidak menginginkan kita berada di sekitarnya sangatlah menyakitkan. Ingin pergi menjauh, tapi tidak berdaya karena tidak mengenal siapa-siapa di tempat lain.
Hal itulah yang di alami oleh seorang gadis muda bernama Lisa.
Di tinggalkan sejak bayi oleh wanita yang melahirkannya, membuatnya kurang kasih sayang ibu walau kini memiliki ibu tiri.
Hingga suatu saat, ketika ada kejadian tidak menyenangkan di rumahnya oleh saudara tirinya. Membuatnya tersingkir dari rumah itu karena kesalahan di limpahkan padanya. Seseorang dari kota lalu menikahinya dan membawanya ke kota meninggalkan kampung halaman dan keluarga.
Menjadi istri dan menantu di keluarga yang penuh kasih sayang membuatnya merasa bahagia. Tapi sayang, kebahagiaan itu hanya sekejab mata.
"Aku bahkan tidak mengenalnya, tapi aku harus menerima hukuman atas kesalahannya. Jika aku bisa memilih aku lebih baik tidak dilahirkan dari pada menderita karenanya."
~ Lisa Liyanti ~
"Aku membawanya agar terbebas dari penderitaan dan menjanjikan kebahagiaan untuknya pada akhirnya aku membawanya pada penderitaan tak berujung, aku gagal,"
~ Bakhtiar Wibowo~
"Aku bersyukur pada Tuhan, karena mengirimkanmu padaku walau sedikit terlambat,
akhirnya sakit hatiku bisa terbalaskan"
~Jason Trystan~