Terima kasih pernah menjadi wadah menumpahkan lara. Terima kasih pula sudah berbaik hati menyembuhkan luka dan membuatku tertawa bahagia, meski tawaku sama sekali tidak terlihat dari sana.   Terima kasih. Semoga ketika kamu sudah tidak lagi menjadi dua telinga, aku tumbuh menjadi pribadi yang jauh lebih kuat. Menjadi pribadi yang tidak lagi gemar berkeluh-kesah hingga membuat bebanmu semakin bertambah.   Sahabatmu dari pulau seberang

Terima kasih pernah menjadi wadah menumpahkan lara. Terima kasih pula sudah berbaik hati menyembuhkan luka dan membuatku tertawa bahagia, meski tawaku sama sekali tidak terlihat dari sana. Terima kasih. Semoga ketika kamu sudah tidak lagi menjadi dua telinga, aku tumbuh menjadi pribadi yang jauh lebih kuat. Menjadi pribadi yang tidak lagi gemar berkeluh-kesah hingga membuat bebanmu semakin bertambah. Sahabatmu, dari pulau seberang Surat itu menjadi awal perjalanan seorang Khoerul Anam dalam berpetualang di tanah Jawa bersama dengan Joko, kawan akrabnya yang berasal dari Jawa. Anam terharu sebab seseorang yang menjadi dua telinganya selama ini tidak membencinya. Ia bertekad untuk menemui seseorang itu, seseorang dari pulau seberang.