Aku terjatuh dan aku yang menjatuhkan diri sendiri. Membiarkan dosa berat menghantam bertubi-tubi. Membiarkan keganasan membawaku melewati jalan tak tentu, lorong gelap serba hitam, menenggelamkan aku dalam kuasa yang mengerikan. Kuasa naga penghuni neraka. Larut dalam pusaran hitam yang gelap tanpa terang.
Mengharamkan jiwaku, melabelkan nama terkutuk untuk raga ku.
Lalu ada bulan yang menarik ku kembali, membebaskan aku dari sarang naga berkepala sembilan si penghuni dunia api abadi, mengobati setiap luka yang dibuat sendiri oleh ku. Bulan itu memberi jalan untukku kembali pada matahari. Mentari yang dulu ku lepaskan, aku raih kembali.
Namun, entah apa yang ku perbuat hingga jatuh lagi dalam lingkaran hitam itu lagi. Ada yang mendorongku, aku tak tahu kasat mata atau tidak sesuatu itu. Aku tenggelam dalam penyiksaan yang mendera, menghantamku tanpa belas kasihan. Membiarkan ragaku dilalap api yang tak ku ketahui penyebabnya namun aku yang menciptakan api itu sendiri.
Ketidaktahuan semakin membuatku tersiksa. Aku butuh penunjuk. Mencari musabab apa yang membuatku berakhir tragis seperti ini. Musabab itu yang terjadi bukan aku yang menciptakannya. Aku butuh keadilan. Namun kemarahan yang tak tahu asalnya itu semakin menerkamku, meremukan harapan serta masa depanku, mengunyah perlahan-lahan ragaku dengan murkanya.
Dalam siksaan yang mendera, sekarat ada di depan mataku, yang kulakukan hanya berdoa memohon belas kasih-Nya. Dia yang dapat menolongku.
--Zergio Aquino Charles--