BAB 02 - Looking for it

1010 Words
Kepergianku menuju California batal karena kebohongan ku malah membawaku pada masalah lain, hanya pergi ke Boston untuk melihat bisnisku yang lain, sebuah Hotel dan beberapa Restoran, aku membuka cabang di sana dan erlihat sedikit bermasalah yang membuatku harus melihatnya secara langsung. Dari Boston aku naik penerbangan malam dan sampai di New York pagi-pagi sekali lalu segera pergi menuju ke kantor, aku sampai di kantor pagi-pagi sekali dan meminta Aria untuk menyambungkanku pada Calian, memintanya untuk memeriksa latar belakang. Ia mengirimkan ku datanya dalam 30 menit, data wanita tersebut secara lengkap masuk ke dalam email pribadiku. Aku mencetaknya lalu merekapnya sebelum membacanya secara detail. Namanya Ana Wren, tanggal lahirnya, riwayat pendidikan dan nama anggota keluarganya ada di sini, nomor rekening pribadi, sim, serta catatan kepolisian nya, tidak ada catatan kriminal hanya saja ia beberapa kali menjadi wali dari seorang pemabuk bernama Alex, mantan kekasihnya dan daftar kecan buta, wanita itu kelihatannya sulit untuk mendapatkan pasangan. Ada daftar pernikahan yang di cancel di Gereja, juga satu lembar biodata yang ia berikan ketika mendaftar untuk kencan buta. Calian mendapatkan banyak data tentangnya dan beberapa foto candid dirinya, salah seorang anak buah Ray berkata ia tak melihat wanita keluar dari Apartemen nya selama dua hari, terdengar ketakutan karena melihat apa yang kulakukan di pelabuhan, bibirku mengulum senyum membaca pengenalan dirinya dalam biodata kencan buta, dia bukan tipe wanita pemalu, wajahnya terlihat kalem, polos dan tampak malu-malu, ia memiliki daftar makanan dan minuman favorite dalam biodatanya, mengekpose banyak dirinya di dalam situ dan mengatakan ia sangat pemalu dan tak banyak bicara. Sepertinya ia tidak akan membuka suara tentang kejadian di pelabuhan, aku tidak perlu mengancamnya berlebihan, namun masalah lain lebih gawat, bagaimana caranya ia setuju untuk menjadi wanita pura-pura ku. Nanek bilang aku harus membawanya besok tepat saat pesta kebun, ini gawat, aku harus menemukannya dengan segera, jam 4 aku keluar dari kantor lebih awal bersama dengan Ray untuk menemuinya dengan menunggu wanita itu di depan gedung kantornya. Ia terliat bersama dengan kedua teman wanitanya menggunakan mobil, pergi ke salah satu Club milikku, ini akan menjadi lebih mudah untuk bergerak karena dia berada di wilayahku. Aku masuk ke dalam, pandanganku mengedar ke segala arah mencari-cari keberadaannya. Duduk di belakang meja bar bersama dengan teman-temannya, aku duduk di salah satu sofa yang berjarak beberapa meter darinya, mengawasinya. Salah satu Club dari 9 Club yang ku miliki di Amerika, Club ini yang paling besar di New York, aku suka kemari untuk menghabiskan waktu luang, pelayan memberikanku secangkir cocktail, meninggalkanku dengan senyum genit yang ku abaikan. Sam salah seorang anak buah Ray yang mengikuti wanita itu, berada di bawah perintahku juga dia menghampiriku. “Ada dokumen yang belum anda lihat di ruangnya anda tuan Xander. Saya menaruhnya di tumpukan paling atas agar anda bisa melihatnya dengan cepat. Dan juga beberapa dokumen yang harus di periksa, persetujuan anda di perlukan untuk project terbarunya.” Aku tidak berniat untuk melihatnya sekarang karena ada pekerjaan lain yang harus ku selesaikan lebih dulu, yaitu mengurusi wanita bernama Ana Wren yang harus menjadi kekasih pura-puraku. Semua ini menjadi berantakan karena nenek. Aku tak suka terlibat dalam sebuah hubungan dan kini aku harus melakukannya atau mereka akan memaksaku untuk melakukan perjodohan gila itu. Tidak mungkin aku menikah dengan putri Shitler, wanita itu sangat keras kepala dan ingin menempel denganku, pesan-pesannya yang terkirim ke ponselku membuatku kesal. Berkali-kali aku berkata padanya untuk menghentikkan semua itu tapi dia tidak mau mendengarkan. Aku membencinya, keluarganya, apapun yang menyangkut dengan Shitler. “nanti saja, ada yang harus ku selesaikan. Minta anak buahmu untuk berada di sini, aku akan membutuhkan bantuan mereka nantinya.”ucapku seraya memutar gelasku, cairannya ikut berputar menarik perhatianku.Banyak hal yang berputar-putar di dalam kepalaku, memusingkan karena membuatku cukup kerepotan. Aku tak tertarik untuk melakukan hal lain sebelum apa yang ingin ku lakukan saat ini . “Baik tuan.” Mataku kembali padanya, Ana Wren. Ia terlihat lebih manis jika di lihat secara langsung di bandingkan dengan foto, rambutnya sebawah bahu berwarna coklat tua, sedikit gelombang tidak benar-benar lurus, bukan tipe wanita yang suka pergi ke salon. Pakaiannya tidak modis, ia terlihat cuek untuk ukuran wanita dewasa mengenai penampilan, memakai sepatu tali berwarna putih tipe sport dari merek Nike. Aku menunggunya sendirian, salah seorang temannya pergi meninggalkannya bersama dengan pria lain, seorang pria lain datang menghampiri mereka berdua, tatapannya jatuh pada Ana sebelum melirik temannya ketika ia diabaikan. Mereka pergi menuju lantai dansa, pria itu melirik Ana lagi membuat ku tanpa sadar mencibir. Aku menaruh gelasku di meja lalu berjalan menghampirinya, menarik salah satu kursi tepat di sebelah kirinya. Ia terus meneguk minumannya, mengabaikanku atau ia tak sadar jika aku berada di sebelahnya. Ia tampak tak keberatan dan tak terganggu dengan kehadiranku di sini. Perhatianku terus tertuju pada sisi wajahnya, memerhatikannya. Tidak ada riasan berlebihan pada wajahnya, hanya polesan bedan dan lipbalm, bibirnya sedikit tebal dan berwarna pink. Dia tidak terlalu tinggi, bukan tipe wanita kesukaanku yang ku ajak ke atas ranjang untuk bermain-main. Mengalihkan pikiranku pada hal lain. Keberadaanku sepertinya tidak membuatnya terganggu sama sekali, aku memutuskan untuk menyapanya lebih dulu. “menikmati minuman Ana.” Pergerakan tangannya terhenti, spontan ia menoleh padaku, ekspresinya berubah terkejut dengan kedua bola matanya yang membulat dan membesar saking terkejutnya membuatku geli sendiri melihat ekspresi terkejutnya, menghiburku. Kornea matanya berwarna abu-abu cerah, cukup besar, bulu matanya tidak lentik cukup lebat dan menarik, wajahnya cukup manis walau ia tak tersenyum, ia benar-benar lebih menarik dilihat langsung di bandingkan di foto. Ia hanya terdiam untuk beberapa saat, matanya sangat cantik mengerjap beberapa kali, aku menarik ujung bibirku menunjukkan senyum kecil. Mencoba untuk tidak menakutinya. Aku sadar akan kegugupannya dan ketakutannya untuk bertemu denganku, perkenalan pertama kami memberikan kesan yang sangat tidak menyenangkan, aku pahak bagaimana perasaannya saat ini. Aku ingin mengatakan sesuatu namun ia membungkam mulutku dan sialnya ini adalah pertemuan yang tidak menyenangkan, sangat mengesalkan ia membuatku marah. Ough sialan! Aku menahan nafas ketika dia menyemburkan cairan di dalam mulutnya yang membuatku terciprat. Dia adalah wanita yang menjijikan, baru pertama kalinya di dalam hidupku seseorang mencipratkan sesuatu di wajahku, apalagi itu berasal dari dalam mulutnya. Aku benar-benar mengalami kesialan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD