Bagian 3 : CHERRY MUFFIN

2528 Words
CHERRY MUFFIN : Seperti deskripsi kata masam, bergetar dan berdebar ketika terasa namun tidak begitu terpesona. Tiba-tiba Sifa datang sambil batuk yang dibuat-buat. Biya tahu jika Sifa sedang menggoda dirinya karena Atkin. Kemudian Sifa pun tertawa dan duduk disamping Biya. Sifa menatap Biya tajam sambil memasang wajah memelas. Sifa ingin mendengarkan cerita tentang Atkin. Namun Biya seolah malas membahas soal Atkin kembali. Namun Sifa terus mendesak Biya agar bercerita kepadanya. "Apa Fa.. nggak. Aku nggak mau cerita sekarang. Kapan-kapan saja" "Hehe.. ayolah Bi lebih enak cerita sekarang daripada nanti.. bagaimana urusanmu dengannya, apa sudah selesai?" "Sudah.. " "Itu saja? Cerita dong Bi.." "Besok saja.. aku malas membahasnya sekarang.." namun Sifa justru memasang wajah memelas didepan  Biya dan terus membujuk Biya agar bercerita saat itu juga. Akhirnya Biya pun menceritakannya. Biya menceritakan dari awal kejadian sampai bertemu dengan Atkin pagi ini. Sifa mendengarkan dengan seksama. Setelah beberapa menit bercerita akhirnya Biya pun selesai. "Kenapa menurutmu dia aneh, menurutku dia normal-normal saja" "Hmmm, orang mana yang mau mengendarai mobil dalam keadaan mabuk kecuali orang yang gila dan aneh. Masih beruntung aku tidak berpikir dia gila. Astaga.. mulutku kotor sekali Fa.." "Kau hanya masih kesal dengannya, nanti juga kau akan berpikir sama sepertiku. Ummm bahkan mungkin lebih, hehe" "Hmmm. Aku sedang berusaha berprasangka baik kepadanya. Apa maksudmu mungkin lebih? Tidak akan lebih Fa.. aku sudah menyukai seseorang" ucap Biya sambil tersenyum-senyum membayangkan wajah Hafin, "Husss.. jangan Hafin, dia haram untukmu. Ada yang sedang kosong dan sendiri kenapa tidak kau coba dengannya" "Ummm kau benar Fa"ucap Biya sambil menarik nafasnya dalam-dalam, "Tapi aku tidak tertarik dengan Atkin, aku tidak ada perasaan apa-apa dengan pria aneh itu" "Awas Bi.. nanti lama - lama kau suka dengannya hahaha" "Ih," "Hahaha" Sifa dan Biya kemudian kembali melanjutkan pekerjaan mereka. Terlihat karyawan-karyawan cafe juga mulai berdatangan dan ikut bersiap-siap untuk membuka cafe karena 30 menit lagi cafe akan segera dibuka. Cafe milik Sifa adalah cafe yang dibuka untuk menjual berbagai minuman ringan dan dessert. Banyak pengunjung yang suka memesan dessert disini. Setiap harinya dessert dan minuman disediakan bervariasi sehingga pengunjung tidak akan bosan dengan menu yang ada. Namun pengunjung juga dapat memesan pesanan dessert maupun minuman sesuai keinginan jika pesanan tersebut ada didaftar menu sebelum-sebelumnya. Jam pun sudah menujukkan pukul 8 pagi. Cafe tampak sudah dibuka dari 10 menit yang lalu. Pengunjung pun datang silih berganti memasuki cafe. "Selamat datang kembali.. " Ucap Biya kepada pengunjung yang baru datang dan yang akan meninggalkan cafe, Namun disela-sela waktu bekerjanya Biya melihat seorang wanita. Tiba-tiba wanita itu datang dan langsung mendatangi Biya. Wanita itu seperti memiliki urusan yang penting di cafe. Tampak pakaiannya yang formal. Setelan baju kerja bercardigan dengan rambut di gerai rapi. Namun ketika wanita itu sudah berada dihadapannya, Biya nampak tidak asing dengan wajahnya. "Selamat datang.. Anda mau pesan apa Nyonya?" Ucap Biya, "Kita bertemu lagi" Ucap wanita itu sambil tersenyum, Biya pun langsung terkejut dengan apa yang dibilang wanita itu. "Eh, benarkah?"ucap Biya, "pantas saja sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya" batin Biya, "Kau lupa? Aku yang datang ke cafe ini malam itu" Biya tampak berpikir dan mengingat kembali wanita yang berada dihadapannya itu, "Oh.. Anda yang waktu itu bersama tuan Hafin? Eh," Biya salah mengucapkan kata dengan sebutan Hafin. Tidak seharusnya dia mengatakan nama seseorang sembarangan. Namun wanita itu tampak tersenyum seoalh biasa saja dengan nama yang dikatakan Biya. "Ya benar. Ternyata kau sudah tahu nama pria itu" "Eh, maaf saya tidak bermaksud apa-apa dengan hubungan anda berdua. Kami hanya berkenalan untuk menjalin hubungan yang baik saja" jelas Biya panjang lebar karena tidak ingin wanita yang berada dihadapannya saat ini salah paham terhadap dirinya. Terlebih Biya juga sudah mengetahui jika Hafin sudah bertunangan, Biya tidak ingin terlibat masalah hanya karena salah paham. Namun wanita itu hanya menatap santai Biya sambil memperhatikan bagaimana Biya menjelaskan kepadanya. Melihat itu Biya hanya terdiam dan tersipu malu namun juga khawatir jika wanita itu menganggap Biya adalah w*************a. "Bosmu ada? Aku mau bertemu dengannya" "A,ada. Mari sa, saya antar ke ruang kerjanya" Biya pun mengantar wanita itu ke ruang kerja Sifa. Mereka berdua berjalan disepanjang koridor cafe. Wanita itu berjalan mengikuti Biya dari belakang. Setelah beberapa menit sampailah mereka didepan ruang kerja Sifa. Biya pun mengetuk pintu ruang kerja Sifa. Terdengar suara Sifa mengijinkan tamu untuk masuk ke ruang kerjanya. Biya pun membuka pintu itu. "Ada yang ingin bertemu" Ucap Biya, "Siapa Bi?" Biya mempersilahkan wanita itu memasuki ruang kerja Sifa. Dengan langkah pelan namun pasti wanita itu pun masuk. Melihat wanita itu sudah masuk, Sifa langsung mempersilahkan wanita itu duduk. Dan Biya pun berpamitan kemudian meninggalkan ruang kerja Sifa. "Maaf dengan siapa?" "Saya Anastasya Yafky. Saya CEO dari perusahaan industri dagang kota ini" "Ah iya, suatu kehormatan anda datang ke cafe saya. Saya Sifa Mila, kebetulan saya owner cafe ini. Ummm, ada yang bisa saya bantu nyonya Anastasya?" "Saya ingin mengajukan kontrak kerja sama dengan anda. Perusahaan saya sedang mengerjakan suatu proyek yang berkenaan dengan kuliner. Salah satu pegawai saya merekomendasikan cafe anda untuk menjadi bagian dari proyek ini. Memang itu hanya cara pandang secara subyektif saja, tetapi pegawai saya itu termasuk pegawai kepercayaan perusahaan dan pihak perusahaan akan mempertimbangkan apabila beliau mulai beropini. Dan saya pun berpikir sepertinya cafe anda mempunyai daya tarik di mata pelanggan anda. Jadi kalau anda berkenan saya akan memprosesnya lebih lanjut, tentu dengan data-data lain tentang perkembangan cafe anda untuk bahan tertulisnya. Dan perusahaan kami juga akan berkontribusi mengembangkan cafe anda setelah proyek selesai. Bagaimana?" "Ummm. Baiklah saya terima kontrak kerjasamanya" ucap Sifa, "Terima kasih. Kita akan melakukan proyek ini selama 3 bulan percobaan, namun jika hasil pemasarannya bisa mencapai target, perusahaan kami akan menambah kontribusi dibidang pangan, cafe anda juga akan kami rekomendasikan ke luar negeri dibawah naungan perusahaan kami" Setelah sepakat dengan kontrak kerjasama itu, Sifa dan Anastasya pun berjabat tangan. Anastasya berpamitan kepada Sifa dan keluar meninggalkan ruang kerja Sifa. *** "Saya pesan cherry muffin satu ya" Tiba-tiba suara wanita terdengar dari arah belakang Biya, sontak Biya pun terkejut. "Ah baik.. ada lagi Nyonya?" "Itu saja. Oh iya siapa namamu? Boleh berkenalan?" "Baik.." Biya langsung mencatat pesanan yang dipesan wanita itu. "Eh, berkenalan? No,boleh Nyonya, suatu kehormatan bagi saya bisa berkenalan dengan anda. Nama saya Biya" "Kau pikir aku siapa sampai dapat kehormatan darimu haha. Saya Anastasya, kakak perempuan Hafin" "Ka,kakak perempuan?" "Ya. Kau pasti terkejut" ucap Anastasya sambil tersenyum, Biya pun ketahuan jika dirinya menjadi salah tingkah. Biya hanya membalas dengan senyuman karena malu namun Anastasya tampak memandang Biya tajam. "Sepertinya anda menyukai adik saya nona?" Ucap Anastasya dengan tatapan mengintimidasi, "Eh, apa yang anda bicarakan?" Jawab Biya terkejut, "Tempo hari anda memperhatikan adik saya dari jauh" Ucap Anastasya tersenyum, "Eh, anda tahu dari mana? " Tanya Biya panik, "Anda tahu kalau adik saya sudah mempunyai kekasih?" "Sa,saya tidak sengaja mengetahuinya nyonya" "Tenang saja, sebelum ada pernikahan resmi adikku bukan milik siapa- siapa" Ucap Anastasya tersenyum, "Ah, saya do'akan cepat menikah" ucap Biya sambil memasang senyum palsunya, Selesai berbincang-bincang dengan Anastasya, Biya pun menyuruh Anastasya untuk duduk dan menunggu pesanan datang. Anastasya pun duduk disalah satu kursi meja cafe. 10 menit berlalu pesanan Anastasya pun datang. "Ini pesanan anda" "Terima kasih" "Semuanya 35ribu" Anastasya pun memberikan beberapa lembar uang kepada Biya. "Oh iya, kantor saya berada di seberang sana, kalau anda mau berkunjung silahkan saja" Anastasya memberikan selembar kartu nama kepada Biya dan segera pergi meninggalkan cafe. "Ah, kenapa?" "Tidak apa, mulai sekarang kita saling mengenal" Ucap Anastasya tersenyum, "Eh! Tapi Nyo.. " Ucap Biya terkejut lalu berteriak karena Anastasya langsung beranjak pergi setelah memberikan kartu namanya, Terlihat Anastasya sudah berjalan dan akan samoai didepan pintu cafe. Biya pun menghentikan teriakannya. Tampak sekarang Anastasya sudah meninggalkan cafe. "Astaga.. Apa maksudnya ini?" Batin Biya bingung,  *** Jam istirahat pun tiba. Namun tiba-tiba handphone Biya berbunyi. Biya pun segera menerima panggilan yang masuk ke handpohenya. Tampak tidak ada nama yang tertera dilayar handpohenya. "Halo.." "Bi.. " panggil seorang pria dari ujung teleponnya, "Iya benar. Maaf dengan siapa?" "Atkin" "Eh, Atkin!" Ucap Biya terkejut, "Ha,hai.. Umm, ada apa?" "Kamu sedang apa Bi?" "Oh, Umm sedang makan di cafe, ini jam istirahat, ke, kenapa?" "Yah.. Sayang sekali, aku ingin mengajakmu makan" "Ma,makan? Y, ya sudah. Makan aja di cafe, a, aku tunggu kau datang" "Ah kau mau menunggu? Oke sampai jumpa nanti,  5 menit lagi aku sampai" "Oke" Biya pun menutup teleponnya. Tampak raut wajah Biya yang panik. Atkin akan datang kembali. Biya pun menarik nafasnya panjang dan tiba-tiba berpikir. Biya berpikir kenapa dia sepanik ini ketika Atkin akan datang, bukankah Biya tidak ada perasaan apapun kepada Atkin. Biya merasa dia juga mulai aneh seperti Atkin. Segera Biya menghilangkan pikiran asalnya dan kembali menunggu kedatangan Atkin dengan tenang. Tidak terasa 5 menit pun berlalu, tampak Atkin sedang berjalan masuk kedalam cafe. "Bi.. " "Disini.. " ucap Biya sambil melambaikan salah satu tangannya kepada Atkin, Atkin pun langsung berlari ke tempat Biya berada. Biya melihat Atkin membawa banyak sekali bawaan di kedua tangannya "Duduklah" ucap Biya, Atkin pun duduk dan memberikan bawaannya kepada Biya. "Aku bawakan makanan dan camilan untukmu Bi" "Ka,kau.. i,ini semua? Ka,kamu serius? Ini banyak sekali.. Terima kasih" Atkin pun tersenyum, "Bi.. Nanti kamu pulang jam berapa?" "Jam 9. Ke, kenapa?" "Aku jemput ya" "Eh tidak usah" "Tidak apa-apa. Kita jalan - jalan sebentar sebelum pulang, kamu mau kan?" Ucap Atkin dengan tatapan sendunya kepada Biya, Biya tidak kasihan justru Biya semakin berdebar. "Se,bentar saja ya?" "Ya, sebentar Bi. Kamu mau jalan-jalan sebentar bersamaku sebelum pulang ke rumah?" Tanya Atkin kembali dengan tatapan yang semakin tajam. Biya semakin berdebar tidak karuan karena tatapan itu. Biya pun hanya bisa membalas pertanyaan Atkin dengan anggukan kepala. Atkin pun tersenyum. "Terima kasih. Aku janji hanya sebentar" Atkin pun menggenggam salah satu tangan Biya yang saat itu sedang berada di atas meja. Biya semakin berdebar dan mulai merasakan panas dingin didalam tubuhnya. "Astaga ada apa dengan diriku, kenapa seperti ini!?" Batin Biya ketika Atkin menggenggam tangannya, Setelah berbicara panjang lebar dengan Atkin, Biya pun kembali menikmati makan siangnya. Biya pun makan siang berdua dengan Atkin dicafe. Suasana masih agak canggung, namun Atkin adalah pria yang humoris, dia memecah suasana canggung dengan sifat humorisnya. Sesekali Biya tertawa karena tingkah dan bicara Atkin yang konyol. Biya pun tidak sadar jika dirinya sudah mulai terbiasa dengan suasana yang ada bersama Atkin. *** Malam ini udara sangat dingin, Biya sudah bersiap untuk pulang, dia menunggu Atkin yang tadi sudah berjanji untuk menjemputnya. 5 menit pun berlalu, mobil Atkin terlihat memasuki halaman cafe. Dia terlugat lebih tampan malam ini. Dari kejauhan Biya memperhatikan penampilan Atkin yang rapi dan wangi. "Hai.."sapa Atkin, "Ha,hai.. "Biya menjawab dengan gugup, "Sudah siap?" Biya pun menjawab dengan anggukan kepala karena dia masih terpanah dengan penampilan Atkin yang terlihat berwibawa. "Ya sudah ayo masuk" "Tu,tunggu! Kita akan kemana?" "Ke Carving Grills"ucap Atkin sambil tersenyum, Atkin pun tidak berhenti memandang Biya karena menurutnya Biya terlihat cantik malam ini. "Eh, itu kan tempat makan dan berkelas" "Ya, ada masalah? Kita akan makan malam Bi" "Tapi.. Tempatnya.., kemudian penampilan ku dan penampilanmu.." Ucap Biya bingung, "Ah, tidak masalah. kamu tetap cantik memakai baju apapun" "Ta,tapi.." "Bi, aku sudah siapkan semua" Ucap Atkin dengan wajah sendunya sambil menatap tajam mata Biya, "Eh, baik.. Baik.. Kita berangkat" "Keputusan yang tepat" ucap Atkin sambil mengusap-usap rambut Biya lembut, Biya pun sejenak terdiam kemudian menatap Atkin, "Ayo masuk" Ucap Atkin tersenyum, Biya dan Atkin pun segera masuk kedalam mobil dan segera berangkat menuju Carving Grill. *** Sampailah mereka di tempat makan tersebut. Tempat makan ini tampak didesain memang untuk para pengunjung kelas menengah ke atas. Bangunannya yang klasik romantis, namun masih ada sentuhan modern. Para pengunjung yang datang berpakaian rapi seperti akan menghadiri sebuah pesta, formal dan rapi. Biya dan Atkin duduk di sebuah ruangan VIP dimana hanya ada kami berdua didalam. "Setidaknya diruangan ini aku tidak terlihat dan membuat malu Atkin dengan dandananku yang kelewat santai ini" Batin Biya, Biya dan Atkin melihat-lihat menu makanan dan minuman didaftar menu. Tiba-tiba Atkin pun memesan salah satu makanan yang terbilang mahal untuk Biya. Sontak Biya pun terkejut. "Ka,kamu yakin memesan itu? Itu mahal sekali" "Anggap saja ini hadiah untukmu" ucap Atkin sambil mengusap-usap rambut Biya lembut, Sontak Biya langsung terdiam dan hanya bisa mengangguk. "Pesan 2 ya"ucap Atkin kepada pelayan, lalu pelayan itu pun pergi. "Kamu tidak apa-apa?" Ucap Atkin kepada Biya yang tiba-tiba diam sambil menoleh dan menatap mata Biya, Biya pun seketika terkejut dengan tatapan tiba-tiba yang diberikan Atkin kepadanya, "Eh, Tidak apa-apa" Ucap Biya sambil tersenyum palsu, Atkin dan Biya pun berbincang-bincang. Tidak terasa waktu cepat berlalu, tampak seorang pelayan sedang berjalan membawa pesanan mereka. Setelah makan datang, Biya dan Atkin pun menikmati makan malam mereka. Biya yang sedari tadi tidak menyadari jika dirinya sedang diperhatikan oleh Atkin, Biya masih terus menikmati makan malamnya sambil sesekali tertawa karena sifat humoris Atkin. Namun diakhir makan malam mereka tiba-tiba Atkin menoleh dan menatap Biya tajam. Sontak Biya pun langsung terdiam. "Bi.. Apa aku tampan malam ini?" Pertanyaan Atkin diluar pikiran Biya, Biya pun terkejut dan tidak dapat berkata-kata. "Apa kamu tertarik denganku Bi?" Atkin kembali bertanya kedua kalinya, padahal pertanyaan sebelumnya belum dijawab oleh Biya. Namun Atkin tahu jika Biya saat ini sedang tidak bisa berkata-kata. Pertanyaan yang kedua semakin membuat badan Biya terasa panas dingin didalam. "Kamu terus menatapku dengan tatapan bingung. Aku tahu kami tidak bisa berkata-kata Bi. Aku menyukainya"ucap Atkin kepada Biya. Biya pun terkejut kemudian mengerutkan kedua alisnya karena heran dengan anggapan Atkin tentang dirinya yang memang benar. Atkin pun semakin mendekatkan tubuhnya kepada Biya. "Bi.. " ucap Atkin lembut sambil menatap lurus ke bibir merah Biya, Biya semakin gelagapan dengan sikap yang diberikan Atkin kepadanya. "Apa yang kamu bicarakan" Biya pun memundurkan tubuhnya dan membenahi rambutnya yang saat itu terlihat kacau. Namun Atkin kemabli mendekap Biya mendekat kepadanya. sontak Biya pun kembali terdiam dengan tatapan matanya yang menatap kedua bola mata Atkin. "Apa kamu tertarik denganku Bi..? " Mata Atkin kembali menghipnotis Biya. Biya gelagapan sulit untuk menjawab. Atkin terus memandang Biya dan tersenyum. "Bi.. Nanti aku antar pulang" "Eh, iya boleh" Jawab Biya gelagapan, Atkin pun tersenyum. Atkin mengusap usap rambut Biya gemas. Malam ini Atkin merasa menang karena dia sudah membuat Biya gelapan didepannya. Akhirnya mereka berdua pun pulang. Mereka menyusuri jalanan yang sepi. Suasana malam hari ini sepi karena malam sudah larut. Angin juga berhembus kencang malam itu. Biya masih dalam keadaan berdegup kencang. Walaupun kejadian itu sudah berlalu beberapa menit yang lalu namun rasanya masih dapat Biya rasakan sekarang. Tidak terasa mereka sudah sampai didepan rumah Biya. "Terima kasih Atkin " Ucap Biya sambil membuka pintu mobil, "Tunggu Bi.. " "Ya? Ada apa?" Biya pun kemabli duduk di jok mobil Atkin, "Tunggu sebentar, aku ingin melihatmu lagi sebelum pulang" "Eh" Ucap Biya terkejut, "Bi.. Apa kamu senang makan malam denganku? " "Ummm, senang. Terima kasih Atkin" ucap Biya sambil tersenyum, Atkin pun tersenyum dan menatap Biya kembali. "Lain kali aku akan mengajakmu ke suatu tempat" "Ke, kemana?" Atkin semakin dalam menatap Biya, "Nanti aku kasih tahu ketika kita akan pergi" "Oh. O,oke tak apa. Pergi kemanapun aku mau, eh!" Sontak Biya langsung menutup mulutnya karena sadar dengan apa yang dia katakan itu berlebihan. Dan benar dugaan Biya. Atkin pun merespon apa yang Biya ucapkan kepadanya. Atkin semakin mendekatkan dirinya kepada Biya. Biya memperhatikan pandangan Atkin yang sedang tertuju padanya. Atkin pun semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Biya. Biya pun menutup matanya karena tdirinya semakin terdesak oleh tubuh Atkin. "Terima kasih" ucap Atkin didepan telinga Biya. Sontak mata Biya langsung membelalak dan terdiam. Atkin mengusap sebelah pipi Biya sambil tersenyum. "Sa, sama-sama" ucap Biya gugup, Biya pun beranjak dan keluar dari mobil Atkin. "Terima kasih Bi, Ya sudah masuklah ke rumah" Biya menganggukkan kepala dan Atkin pun pergi meninggalkan rumah Biya bersama mobilnya. Badan Biya masih bergetar. Perasaan Biya semakin membingungkan. Biya langsung mengacak-acak rambutnya sambil berjalan menuju kedalam rumahnya. "Apa yang terjadi denganku?" Batin Biya, "Bi.. Apa aku mulai menyukaimu?" Batin Atkin sambil tersenyum menatap jalanan dihadapannya,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD