Prolog

352 Words
Vani menutupi dadanya dengan panik seraya keluar dari ballroom hotel. Gadis itu sungguh menyesal mendengarkan saran dari Risa untuk mengenakan gaun seperti ini. Gaun itu terus saja melorot sehingga hampir menampilkan dadanya. Keadaan yang sungguh membuat Vani merasa tidak nyaman di kondisi seperti ini. Memang dirinya tidak salah kostum. Hanya saja pakaian yang ia kenakan, terasa terlalu terbuka dan justru membuatnya kini merasa risih. Ia melangkah mencari kamar mandi seraya menutupi dadanya dengan kedua tangan. Karena merasa panik, ia pun menabrak seorang pria berjas. "Maaf, Pak." Begitu melihat wajah lelaki yang ditabraknya, Vani merasa tidak asing.sehingga ia terdiam sejenak. Ia menatap wajah lelaki itu. "Temennya Devan, ya?" Bram tersenyum menatap gadis itu. Ia lantas menganggukkan kepalanya. "Iya, Kak Vani." Vani merasa sedikit canggung karena lelaki itu mengenal dirinya namun ia tidak mengenal lelaki itu. "Kita belum kenalan jadi aku nggak tau kamu siapa. Maaf, ya." "Kalo gitu kenalan sekarang aja, Kak." Bram kemudian mengangkat tangannya menanti dijabat oleh Vani. Vani menganggukkan kepalanya merasa setuju. Ia sering melihat lelaki itu namun belum pernah berkesempatan untuk berkenalan secara langsung dengannya. "Devani Widjaja." "Bramantyo Wiguna. Biasa dipanggil Bram. Your future husband." "Sorry?" "Kakak mau kemana keluar ballroom?" "Kamu undangan acara ini juga?" Bram menganggukkan kepalanya. "Mau ke toilet." Bram kemudian menatap gaun Vani sebentar yang terlalu terbuka. Ia lantas melepas jas miliknya dan memberikan kepada gadis itu. "Kayaknya Kakak butuh ini." Vani menatap jas itu dan sungguh berterima kasih dalam hati. Ia memang sangat membutuhkannya. Belum lagi jas itu terlihat cocok bila dipadukan dengan gaun hitamnya saat ini. "Nggak papa pake aja, Kak. Aku soalnya langsung cabut abis ini. Cuma dateng sebentar aja ngewakili Papa." Vani terdiam menatap jas yang diberikan oleh Bram. Bram sebenarnya bisa saja langsung menyampirkan jas tersebut di bahu Vani namun ia merasa itu adalah hal yang sangat tidak sopan. "Ini." Vani mengambil itu karena ia memang membutuhkannya hingga akhir acara mengingat dirinya harus berada disini hingga akhir. "Oke, terima kasih ya. Aku kembaliin secepatnya." Bram pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Oke, aku duluan ya, Kak." "Makasih ya, Bram."  "Hati-hati." Bram menganggukkan kepalanya. Ia lantas melangkah memasuki lift sementara Vani segera melangkah menuju toilet. Ia pun memakai jas itu untuk menutupi bagian depan tubuhnya. Sementara Bram yang kini berada dalam lift menatap langkah gadis itu di koridor seraya tersenyum. "See you soon, Van."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD