bc

The Wedding Agreement

book_age4+
1.4K
FOLLOW
12.9K
READ
contract marriage
love after marriage
arranged marriage
CEO
drama
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Pernikahan antara Evan dan Raia bukan atas dasar cinta. Evan membayar Raia agar bisa menghindar dari desakan orang tua agar dirinya segera menikah. Raia membutuhkan uang sehingga menerima tawaran Evan. Cinta bersemi dan konflik serta misteri bermunculan.

chap-preview
Free preview
Satu
Mata Raia masih berkaca-kaca saat angkutan umum membawanya jauh dari desa tempat kelahirannya. Dulu begitu banyak kebahagiaan di tempat tersebut. Masih membekas jelas di ingatan gadis bertubuh mungil itu kegembiraan membantu bapak di sawah atau berbantah dengan ibu sehabis bermain lumpur. Kini kedua orang yang selalu ada bersamanya tidak lagi ada. Mereka berdua sudah meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Sang ayah tidak bisa bertahan tanpa kehadiran ibu Raia. Beliau jatuh sakit dan akhirnya menyusul sang istri yang berpulang selang dua minggu saja. Raia tidak memiliki pilihan. Meski orang-orang, sahabat serta kerabat orang tua menyuruh dia tinggal, tetapi dirinya tidak bisa. Kenangan tentang ayah dan ibu serta bayangan harus hidup seorang diri membuat Raia tidak sanggup untuk tetap tinggal di desa tersebut. Berbekal uang tabungan yang tidak seberapa, Raia nekat pergi ke ibukota. *** Raia tertegun saat melihat gedung-gedung pencakar langit di kota besar tersebut. Ini pertama kali, ia menginjakkan kaki di ibukota dan melihat bangunan yang tinggi menjulang. Di kampung, rumah pak lurah sudah termasuk yang paling mewah dan selalu mengundang decak kagum, tetapi di tempat ini, gedung-gedung yang berada di dekat Raia jauh lebih besar. "Mereka pasti tidak mau menerima aku tinggal di situ," tukas Raia sembari menatap pakaiannya yang lusuh, sedang para gadis yang keluar-masuk tempat itu nampak sangat modis dengan pakaian yang mereka kenakan. "Aku tidak bisa tinggal di sana, tetapi aku harus tetap mencari tempat untuk menginap. Aku tidak mau tinggal di jalanan," lanjutnya lagi. Ia masih ingat dulu ayahnya sering mengatakan orang-orang di kota besar banyak yang jahat dan tidak bisa dipercaya. Meski Raia bisa menjaga diri, tetapi ayah selalu melarang dia ke kota. Maaf Yah, kali ini Raia tidak menurut lagi, ucapnya sembari menatap langit yang menyiratkan semburat jingga. *** Napas Raia terengah. Tubuh dia benar-benar penat. Sedari tadi, ia sudah berputar-putar mencari rumah untuk tinggal, tetapi orang-orang itu tidak mau menerima. 'Apa mereka tidak iba padaku? Gadis manis sendirian di gelap malam? Apa mereka tidak berpikir bagaimana kalau ada yang jahat padaku?' gerutu Raia. 'Hanya karena uangku kurang, aku tidak boleh menginap. Padahal aku sudah janji bakal membayar lunas kalau sudah kerja. Benar kata Ayah, orang kota memang jahat. Ayah, bagaimana ini? Tolonglah putri tunggalmu yang bandel ini! Meski aku melanggar perintah Ayah, Ayah pasti tidak tega aku terlunta di jalan,' gumamnya pelan sembari menatap langit. *** Seorang wanita bertubuh tambun nampak berjalan sendirian di malam gelap yang sama. Wajahnya nampak ceria. Senyum lebar terus menghias wajah. Meski dalam hati mendumel kesal, maklum sang suami ogah menjemput dia di rumah teman, padahal dirinya baru menang arisan. 'Punya laki nggak bisa diharepin, punya anak juga ngilang nggak tau ke mana," gerutunya panjang-pendek. Wajah tembem tersebut masam sejenak, tetapi hanya sesaat. Cemberut itu lenyap saat teringat pada segepok uang di dalam tas. Mendadak muncul seorang lelaki bertubuh besar dan bertato menghadang ibu tersebut. "Nyonya, serahkan tas itu!" gertaknya. "Enak aja, ini tas aku! Kamu siapa? Minta-minta tas aku. Kenal kagak, saudara juga bukan!" balas wanita itu tanpa takut. "Kamu main-main ya? Serahkan tas itu sekarang!" "Kamu tuh yang main-main, sudah dibilang nggak kenal, masih minta-minta tas aku," sahut si ibu tanpa gentar. Lelaki bertampang sangar tersebut hilang kesabaran dan langsung menarik tas dari tangan si ibu. Wanita itu tentu tidak tinggal diam. Mati-matian mempertahankan tas sembari menjerit minta tolong. "Teriak aja! Nggak bakal ada yang dengar, g**g sepi begini," tukas lelaki itu sembari tertawa sombong. Tepat setelah dia selesai berbicara, sebuah kayu besar melayang mengenai kepala dan lelaki itu jatuh pingsan. Tepat di belakang sang penjahat, Raia berdiri tegak sembari memegang tongkat kayu. *** Raia tadi kebetulan melintas saat mendengar jeritan wanita itu. Sebenarnya, ia tidak ingin menolong, karena tubuhnya sudah lelah. Sebungkus roti dan segelas air mineral hanya sanggup mengganjal perut sesaat. Namun, harapan lain terkembang. Kata sang ayah, jika ia membantu orang lain, maka kebaikan pasti akan datang di saat kita membutuhkan bantuan. Hal itu ternyata terbukti benar. Wanita paruh baya yang baru saja ditolongnya itu mengajak dia ke rumah. "Jadi, Nak Raia ini tinggal di kampung?" tanya ibu tersebut sembari menyuguhkan nasi dan lauk. "Iya, tapi setelah orang tua meninggal, saya berangkat ke sini," ujar Raia yang tanpa malu-malu menyikat hidangan setelah dipersilahkan oleh si tuan rumah. "Oh, gitu toh, kasian sekali, di sini nggak ada saudara?" tanya wanita itu lagi. Raia mengangguk. "Kalau gitu, Nak Raia bisa tinggal di sini. Oh ya, nama saya Bu Rahmi dan ini suami saya, Pak Joko. Kebetulan, kami menyewakan rumah buat pendatang seperti Nak Raia," tukas wanita itu lagi. "Tapi, saya nggak ada uang, Bu, gimana dong? Tapi, saya janji bakal cari kerja, terus nanti kalau dapat uang pasti langsung bayar," tukas gadis itu. "Nak Raia tenang saja, nggak usah mikirin itu, saya sudah senang kalau Nak Raia mau tinggal di tempat sederhana ini. Hitung-hitung sebagai balas budi saya atas bantuan Nak Raia," tukas Bu Rahmi sembari menepuk pelan pundak Raia dan tersenyum ramah. "Bu!" tegur sang suami, tetapi beliau langsung diam saat mendapat hadiah pelototan tajam dari sang istri. Bu Rahmi kemudian kembali tersenyum sembari menepuk-nepuk bahu Raia. Pak Joko hanya diam dan menghela napas panjang. 'Ayah, terima kasih, ini semua pasti karena Ayah tidak tega dengan anakmu ini,' tukas Raia dalam hati. *** Beberapa hari setelahnya, Raia hampir setiap hari keluar untuk mencari pekerjaan. Bukan hal mudah bagi dia untuk mendapat kerja di kota besar. Berulangkali keluar-masuk kantor dan perusahaan, mereka semua menolak, bahkan Raia nyaris kesal, karena beberapa menatap remeh padanya. Maklum, pakaian Raia tergolong lusuh. Setelah berhari-hari, akhirnya Raia bekerja menjadi pelayan restoran. Gadis itu merasa sangat senang. Begitu pula Bu Rahmi. Namun, ternyata kesenangan itu hanya sesaat. Gaji Raia sangat minim, tidak cukup untuk membayar ongkos sewa. Bu Rahmi yang semula ramah berubah galak. Ia mengejar-ngejar dan mencari Raia untuk membayar biaya sewa. Gadis itu sendiri semakin pintar mencari alasan dan berkelit dari si nyonya rumah. *** Raia menyelinap diam-diam untuk keluar dari rumah. Tidak lama, terdengar suara Bu Rahmi menggelegar di dalam kediaman tersebut. "Raia, di mana kau? Gadis penipu! Awas ya, kalau sampai tertangkap!" teriak beliau dengan penuh emosi. "Sabar, Bu, sabar," bisik Raia sembari mengendap-endap. Namun, tiba-tiba wanita gemuk itu menoleh, seolah tahu Raia tengah mengintip dirinya dari jendela. "Raia!" teriaknya dengan wajah merah padam dan mata melotot. Rambut ikalnya nampak seolah ikut mengembang seperti bolu kukus. "Maaf," ujar gadis itu sembari memasang tampang memelas, tetapi tidak mempan. Bu Rahmi justru bergegas menghampiri. Raia segera berlari. Setelah agak jauh, ia berhenti dengan napas terengah. Belum selesai Raia mengatur napas, gadis itu dikejutkan oleh sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti di dekatnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Unpredictable Marriage

read
280.7K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
475.1K
bc

The Unwanted Bride

read
111.1K
bc

You're Still the One

read
117.5K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
290.2K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.1K
bc

See Me!!

read
87.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook