bc

The Badass Woman VS Kades Kaku

book_age16+
1.9K
FOLLOW
18.8K
READ
billionaire
escape while being pregnant
love after marriage
arrogant
billionairess
drama
comedy
sweet
city
office/work place
like
intro-logo
Blurb

(SUDAH TAMAT + EXTRA CHAPTER)

Bagaimana rasanya menikah secara paksa dengan seorang Kepala Desa yang sangat kaku, cuek bebek, angkuh dan meliriknya tanpa minat? Canggung? Menyedihkan?

Begitulah yang Mikaela Ratu Anjani rasakan. Karena sebuah kejadian berujung salah paham Mika harus dinikahkan dengan Mahendra Prabu Angga.

Bagaimana kehidupan rumah tangga keduanya?

***

Cover

Foto : Canva Pro

Font : League Spartan, Raleway, Playlist Script

chap-preview
Free preview
Chapter 1. Si—anak konglomerat
Uang bukan segalanya! Yeah, meskipun segalanya membutuhkan uang. Apalagi hidup di masa yang gengsi saja memakai uang, belagak banyak duit hanya untuk makan atau nongkrong di tempat kekinian agar tidak disebut ketinggalan zaman. Padahal jika hanya ingin mengenyangkan perut, bisa makan di warteg atau ngopi-ngopi cantik di warkop, sudah enak, tidak menguras kantong walau perut kenyang. Ada yang murah tapi mencari yang mahal, nyatanya mahal untuk sebuah rasa gengsi. Meskipun begitu uang tidak bisa dijadikan tolak ukur kebahagiaan bagi seorang Ratu Mikaela Anjani, sebut saja ia Mika—jika ia sudah pernah numpang makan di rumah kalian, atau lebih populernya dengan nama Ratu. Tahukan arti nama Ratu? Yang pasangannya atau pendamping seorang Raja, atau penguasa kedua setelah Raja. Akan tetapi, realitanya sungguh jauh dari negeri dongeng yang mengisahkan pasangan Raja dan Ratu. Karena di usianya yang sudah mendekati kepala tiga tapi ia tak kunjung memiliki pasangan hidup. Yah, pasangan hidup bukan gonta-ganti pasangan. Sudah tak terhitung lagi jajaran para mantan Mika karena begitu banyak, mungkin bisa diajak reunian. Bagaimana tidak banyak? Jika dalam sebulan saja Mika sudah berganti pacar sampai tiga kali, sudah seperti jadwal minum obat. Alasan putus pun beragam, dari mulai tidak cocok, tidak nyaman, pelit—padahal hanya diminta untuk membeli tas Chan**l lima biji itupun untuk saudara Mika, genit, suka toel-toel padahal Mika itu hanya takut tertular virus dan bakteri, serta masih banyak lagi alasan yang membuat kedua sahabatnya geleng-geleng kepala. Wanita itu memiliki paras cantik jelita bak boneka barbie dan body yang sebelas dua belas dengan gitar Spanyol, serta jangan lupakan penampilannya yang selalu modis dengan barang-barang branded dan limited edition. Akan tetapi, berbanding terbalik dengan hobinya yang doyan makan di warteg atau ngopi-ngopi cantik di pos satpam depan komplek. Juga sifatnya yang urakan, suka ceplas-ceplos yang kadang membuat orang sakit hati, atau sikap bodo amat yang sering membuat orang menahan emosi. Meskipun begitu, tak dipungkiri bahwa jajaran mantan wanita itu kebanyakan dari golongan eksekutif muda, artis atau model yang duitnya berseri. Kalau ditanya, sayang ada black card? pasti akan menjawab ada sayang. “Neng Mika mau kemana? Tumben cantik banget,” tanya salah satu satpam berkumis yang senantiasa mangkal di pos satpam depan komplek. Bukannya langsung menjawab, Mika justru terlebih dahulu memutar tubuhnya hingga dress berpola flowers yang dipakainya itu mengembang, “Gimana? Makin cantik nggak?” tanyanya seraya memasang wajah centil. Serempak bapak-bapak satpam itu terbahak, sudah tidak mengherankan lagi jika Mika bertingkah seperti itu. Nyatanya selain menjadi teman nongkrong atau ngopi di pos satpam, Mika sudah seperti anak mereka sendiri. Wanita itu tidak pernah ragu untuk curhat masalahnya, tidak sombong meskipun anak salah satu konglomerat di Indonesia, bahkan selalu bertingkah apa adanya. Kali ini satpam berkepala plontos yang bersuara, “Mantap, Neng. Selain cantik tapi auranya juga luar biasa,” ucapnya seraya mengangkat kedua jempolnya. “Yee si Bapak, sok-sok bisa liat aura. Aur-awuran kali yah.” “Nah, itu neng tau. Saking cantiknya, sampai aur-auran alias tumpah-tumpah.” Mika mendengus, “Dasar mulut deterjen, nggak bisa liat orang cantik lewat.” “Jadi cuma lewat doang? Nggak mau ngopi dulu?” Mika menggelengkan kepalanya, “Kalau cuma ngopi sama bapak-bapak ngapain Mika dandan cantik, mubajir tau.” “Emang Neng Mika mau kemana? Mau jalan sama cowok ganteng?” Mika mendelik, “Ihh heran, bapak-bapak jaman sekarang kok kepo banget.” Lantas bapak-bapak satpam yang berjumlah tiga orang itu kembali terbahak. Mika yang sering ceplas-ceplos justru sangat menghibur mereka, tidak perduli seberapa menyakitkan kata-kata yang keluar dari mulut Mika atau kadang sikap bodo amatnya yang membuat orang harus menahan amarah. “Yaudah Bapak yang kepo pakai banget ini, mau tanya kalau Neng mau kemana?” “Mika mau minta makan ke rumah Nesya. Yaudah yah, bapak-bapak Mika pamit dulu. Jadi, wawancara Mika cantiknya nanti aja karena urusan perut itu nomer satu. Assalamu alaikum,” ucapnya seraya melambaikan tangan seolah sedang mengikuti kontes kecantikan. “Waalaikumussalam.” Bapak-bapak satpam itu hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat Mika yang sudah melajukan mobilnya seraya melambaikan tangan, ada-ada saja kelakuan Mika. Wanita itu hanya tampilannya saja yang cantik tapi kelakuannya ajaib. Namun, Mika tidak pernah malu untuk bergabung dengan mereka yang hanya rakyat biasa jika dibandingkan dengan dirinya yang anak konglomerat. Jika ditanya, wanita itu hanya menjawab dengan santai jika mereka sama saja, sama-sama makan nasi, sama-sama manusia. Bagi Mika perbedaan status sosial, derajat, pangkat, atau kedudukan itu tidak pernah ada. Karena di mata Tuhan manusia itu sama, yang membedakan hanya ketakwaannya. "Mika ... Mika, gue heran. Duit lo banyak, kekayaan bokap lo nggak akan abis tujuh turunan tujuh tanjakan. Tapi, makan aja lo selalu numpang di rumah gue," keluh seorang wanita berdaster batik dengan sosok balita laki-laki di pangkuannya. "Kayak kagak tau si Mika aja. Lagaknya macem mall berjalan, tapi perutnya cuma bisa akur sama makanan warteg atau paling bagusan dikit nasi padang." Kali ini wanita dengan penampilan tomboy yang ikut berkomentar. Mika mencebikkan bibir mendengar kedua sahabatnya yang membicarakan dirinya seolah yang dibicarakan tidak ada di tempat, meskipun apa yang mereka bicarakan itu fakta. Fakta bahwa dirinya memang penggemar makanan warteg dan nasi padang, terlebih lagi jika makanan rumahan dan itu gratis. Bukannya pelit atau irit padahal bisa saja ia makan di restoran bintang lima bahkan jika ada bintang sepuluh, akan tetapi Mika lebih memilih makanan rumahan yang selalu membuat ia merindukan rumah dan Mami. Selagi ada yang gratis, mengapa harus membeli? “Jadi, lo nggak ikhlas kasih gue makan? Gue keluarin lagi nih yang di dalam perut!” Kedua wanita itu menatap dengan kernyitan menahan jijik. Tidak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya itu. “Sebelum lo keluarin tuh isi perut, gue tendang lo duluan dari rumah gue!” ancam wanita berdaster dengan pelototan galaknya. “Ck! Kayaknya mata laki-laki yang suka sama lo itu seliwer semua.” Kali ini wanita berpenampilan tomboy yang bersuara. “Betul, nggak bisa bedain antara cewek cantik dan cewek jorok.” "Berisik banget kalian berdua! Nggak liat gue lagi makan? Kalau gue mati keselek gimana?" Nesya, wanita berdaster itu langsung menyaut dengan santai, "Kalau mati, tinggal di kubur." "Heh! Gue belum kawin—WADUHH." Mika langsung berteriak kesakitan setelah sebuah sendok melayang di atas jidatnya. Sang pelaku utama—Andira, si Wanita tomboy itu melenggang dengan santai seraya mencomot tempe goreng, menghiraukan Mika yang berteriak lebay. Yah, lebay bagi Andira yang menguasai bela diri karate dengan sabuk hitam dan manusia paling cuek-bebek yang Mika kenal. "Nikah bukan kawin! Awas aja lo kawin duluan, gue tebas punya tuh laki!" Mika dan Nesya langsung bergidik ngeri. Pasalnya, perkataan Andira bukanlah isapan jempol semata. Meskipun cuek-bebek, wanita itu sadisnya bukan main. Terlebih lagi, pada orang-orang yang berani menyakiti kedua sahabatnya walau seujung kuku akan Andira kejar sama ke ujung dunia sekalipun. "Mik, itu ngapain si Solehun wara-wiri di tipi? Bikin mata gue sepet aja!" ujar Nesya, ibu satu anak yang doyan nonton acara gosip yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi. "Nyari duit kali! Dia kan udah turun pamor, pake segala fitnah gue. Yang selingkuh siapa, yang disalahin siapa. Heran gue! Lagian netizen percaya aja sama muka buaya si Solehun." “Namanya juga netizen, berasa hidupnya udah bener jadi ngurusin hidup orang.” "Dulu lu juga sama, percaya sama muka buayanya," tukas Andira. Mika mendengus, "Mana ada yah! Gue tuh cuma kasian sama si Solehun yang ngintilin gue mulu, dikira gue induk ayam diikutin anaknya." "Berasa laris banget yah lo." "Emangnya gue ikan di pasar!" “Bukan, lo kan baju tiga puluh lima rebuan yang laris diserbu emak-emak.” “Temen nggak ada akhlak!” dengus Mika. Lantas ketiga wanita cantik itu tertawa terbahak-bahak tanpa jaga image. Pembicaraan ngalor ngidul dan asal ceplos ketiganya sudah tidak lagi mengherankan. Dan yang menjadi topik pembicaraan pastilah tak jauh dari kehidupan Mika, terutama para mantannya. Terutama mantan Mika yang terakhir yang mereka sebut solehun. Berasa manusia paling suci, padahal otaknya perlu di rendam memakai deterjen dan kalau perlu memakai pemutih agar kembali putih bersih otak kotornya. Pria itu merupakan salah satu aktor yang sedang naik daun terlebih setelah menjadi kekasih anak konglomerat seperti Mika. Akan tetapi, memang dasarnya pria itu otaknya tidak jauh dari gunung kembar dan selangkan**n, jadinya ia sering mepet-mepet Mika untuk minta jatah. Langsung saja ia mendapat jatah, jatah tabokan atau tendangan maut pada anu-nya. Untung saja Mika sudah pernah ikut les private karate pada Andira. Lumayan bisa membuat si Solehun itu meriang 3 hari 3 malam. Semenjak tendangan maut, si Solehun tidak ada lagi minta jatah. Mika pikir sih tobat, tapi ternyata mencari jatah di luar. Kepergok sedang main kuda-kudaan di apartemennya. Diputuskan tapi tidak terima, balik menuduh Mika yang selingkuh. Ibarat kata, lempar batu sembunyi tangan. Pada akhirnya Mika yang berbondong-bondong diburu para pencari berita. Hingga untuk menjejakkan kakinya di parkiran apartemen saja tidak bisa. Sebenarnya rumah mewah kedua orang tua Mika aman-aman saja, lah wong banyak bodyguard yang badannya gede-gede yang berjaga di depan gerbang. Akan tetapi, Mika lebih baik mencari aman untuk tidak pulang ke rumah, bisa-bisa langsung diseret ke KUA atas dasar pernikahan perjodohan. Jadi, di sinilah Mika berada. Di rumah sahabatnya Nesya yang sering ditinggal lakinya ke luar negeri.Masih mending kan lakinya ke luar negeri, daripada di rumah. Lalu mengumbar kemesraan di depan jomblo macam dirinya. "Udah napa mesra-mesraan nya! Nggak liat ada jomblo?" seru Mika saat melihat Nesya dan suaminya sedang pangku-pangkuan di atas sofa sempit. "Ehh, ada jomblo. Iri yah?" ujar suami Nesya yang dengan santai mengendus leher istrinya tanpa rasa malu. Mika mendengus, "Tobat gue, punya temen kayak lo pada!" "By, udah ntar lanjut di kamar," tegur Nesya yang justru mendapat kecupan dari bibir suaminya. "Jomblo gini amat! Mata gue lama-lama ternodai," batin Mika. “Get a room please!” “Aduh, lupa kalau ada jomblo.” Sial! Mika mencebikkan bibirnya melihat kedua manusia di depannya yang justru asik bermesraan, tanpa menghiraukan keberadaan dirinya dan balita di pangkuannya. Dasar orang tua yang tidak memberikan contoh yang baik pada anaknya, masa anaknya yang masih bayi saja sudah diberi tontonan yang tidak mendidik. Sama seperti sinetron Indonesia. "Zio, sabar yah punya emak bapak kayak mereka. Kalau mau, Zio jadi anak aunty aja," ujarnya pada balita laki-laki di pangkuannya yang tengah asik menghisap jempol tangannya. "Mika, nggak usah ngajarin yang kagak bener ke anak gue," keluh Nesya seraya membawa anaknya ke pangkuannya. "Aunty Mika kalau mau punya baby yah bikin sendiri." Mika langsung mendelik kepada pria di samping Nesya yang tak lain dan tak bukan adalah Abangnya sendiri. Abangnya yang bucin sedari Nesya SMP dan berani mengungkapkan perasaannya setelah Nesya lulus kuliah, itupun atas bantuan Mika. Dasar memang Abang tidak tahu terima kasih! Giliran sekarang ia yang di bully. "Dikira bikin adonan kue!" Adam Rajata, pria 35 tahun itu lantas tertawa mendengar ucapan yang keluar dari mulut adiknya. "Makanya, kamu jangan cari pacar terus. Tapi, cari calon suami." Mika mencibir, "Diem lu, Bang! Kalau bukan karena bantuan gue, pasti sekarang lu nangis dipojokan liat Nesya sama yang lain. Lu kan chicken—“ Kali ini Nesya yang tertawa terlebih lagi saat melihat suaminya yang terdiam dan tertunduk malu. “—denger yah, Bang! Ntar kalau perlu gue langsung nikah!" seru Mika dengan kesal. “Iyah Abang dengar. Nanti Abang yang jadi wali nikahnya.” “Diem lu, Bang!” Mika hanya bisa mendelik kesal melihat kakaknya dan Nesya yang tertawa senang. Yah, senang di atas penderitaannya. Sore itu, Mikaela Ratu Anjani tidak menyadari bahwa ucapannya bisa menjadi sebuah doa dan terjadi di kemudian hari. Yang akan membawa Mika pada takdir dan kehidupan yang baru, kehidupan yang 180 derajat berbeda dengan kehidupannya saat ini. Bukankah ucapan itu adalah doa? Maka perbanyaklah mengucap hal yang baik, agar kebaikan itu kembali kepada diri kita masing-masing.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Accidentally Married

read
102.8K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.6K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.5K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
580.1K
bc

Nur Cahaya Cinta

read
359.5K
bc

The Ensnared by Love

read
104.1K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
422.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook