bc

When Love Defeated Your Revenge

book_age16+
377
FOLLOW
1.6K
READ
love-triangle
others
family
powerful
dare to love and hate
drama
twisted
sweet
friendship
illness
like
intro-logo
Blurb

Devan Naraya, tidak pernah berpikir bahwa niatnya untuk membalas dendam pada keluarga yang telah menelantarkannya selama ini, berujung pada perasaan cinta.

Perasaan asing yang selama ini tak pernah ia dapat.

Akankah cinta mampu membuat Devan melupakan dendamnya?

chap-preview
Free preview
Jumpamu
Pertengahan bulan Juli, Ibukota dirundung hujan sejak pagi tadi. Cuaca akhir akhir ini memang sulit ditebak. Menjelang sore, gumpalan awan hitam masih berarak mulai beranjak, menyisakan rintik gerimis yang mampu membuat basah siapapun yang berlama lama berada di bawahnya tanpa naungan payung. Dengan langkah cepat setengah berlari, Airin menutupi kepalanya dengan tas selempang kesayangan menuju tempatnya bekerja. Hari ini waktunya berganti shift, berangkat pukul empat sore dan akan berakhir tengah malam nanti. "Nggak bawa payung lagi?" Sapa Ryan ketika gadis berambut panjang itu tengah sibuk membersihkan tas dan bajunya dari rintik air yang menempel, sesampainya di kafe. Yang ditanya hanya tersenyum, menampilkan deretan giginya yang berjajar rapi. "Kebiasaan." "Males aku tuh, ribet bawa payung." Airin beranjak masuk ke dalam, diikuti Ryan yang berjalan di belakangnya. "Yang lipat kan ada. Lebih praktis di bawa kemana-mana. Bisa dimasukin ke dalam tas." Airin berbalik badan, mencubit pipi Ryan yang memang chubby. "Iya, baweel. Duh, lama lama bawelmu itu melebihi ibuk tau, nggak!" Ryan menepis. "Kebiasaan kalo diingetin malah ngeyel." Lagi lagi Airin hanya tersenyum, kemudian sibuk merogoh tas mini yang hanya muat untuk sebuah ponsel dan dompet mini. Benar benar tas selempang yang minimalis. "Cari apa?" Tanya Ryan pada akhirnya setelah melihat Airin yang sedari tadi mengorek orek isi tasnya tak henti henti. "Kunci loker. Di mana, ya? Perasaan nggak pernah aku keluarin, deh. Ada di dalam tas terus." Gadis itu kini sibuk menggaruk tengkuk, memejamkan mata sembari mengingat ingat kembali dimana terakhir kalinya menaruh benda kecil tapi cukup berharga itu. "Kelupaan kali, nggak kebawa di rumah." Benar benar bukan solusi yang Ryan berikan. Malah justru menambah kepanikan gadis bermata sipit itu. "Ya Ampun! Iya, bener. Kemarin pas pulang tasku kena cipratan air di jalan, jadi tadi pagi aku baru ganti tas ini. Ya Tuhan! Kenapa bisa sampe kelupaan gini, sih! Pasti ada di atas meja, nih!" "Pake baju aku aja, nih," saran Ryan sedia hendak membuka seragam merahnya untuk Airin. "Dih, ogah. Bau keringet kamu!" "Daripada kena semprot Pak Banyu? Hayo?" Airin diam sejenak. Kena omel atasan memang bukan hal yang baik, apalagi pak Banyu dikenal sebagai bos yang disiplin akan peraturan. Bisa bisa, dia disuruh lembur untuk cuci piring selama seminggu sebagai hukuman. Tapi, menerima tawaran Ryan juga bukan pilihan terbaik. Bukan bau keringat juga sih yang membuatnya harus menolak kebaikan Ryan, tapi lebih ke kasihan. Kasihan lelaki itu kalau harus menerima hukuman atas kesalahan tidak pernah dia perbuat. Gadis itu melihat jam yang bertengger di pergelangan. Masih ada waktu sepuluh menit sebelum pergantian shift. Setelah menimang cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kost. Semoga saja bisa sampai tepat waktu. "Yan, aku pergi dulu." Teriak Airin sambil berlari. Dengan berusaha untuk mempertahankan kecepatan, Airin sigap menghindari lalu lalang tamu yang keluar masuk kafe. Hingga tepat di halaman depan kafe, saking semangatnya berlari gadis itu tak sengaja menubruk seseorang yang tengah sibuk dengan gawai nya. "Aduh," keluh Airin yang terjatuh. "Eh, sorry. Kamu nggak apa-apa?" Tanya lelaki itu santun. Tangannya terulur hendak membantu Airin berdiri. Namun fokusnya justru pecah saat melihat benda kecil yang tergeletak persis di samping sepatu si lelaki yang baru saja ia tabrak. "Lho, inikan?" Airin ingat betul. Kunci bulat bertuliskan B28 dengan gantungan boneka bulu bulu itu miliknya. "Oh, itu punyamu? Tadi aku melihatnya jatuh dari dalam tas, waktu kamu baru turun dari angkutan. Aku baru mau mengembalikan, karena dari tadi masih sibuk menelepon." "Alhamdulillah... Akhirnya ketemu." Airin masih sibuk mensyukuri, mengabaikan uluran tangan lelaki itu. Dan justru bangun dan segera beranjak. "Hei!" Tegur lelaki berbadan tegap itu ketika Airin sudah berbalik badan, hendak meninggalkannya. Airin berbalik, merespon panggilan dari lelaki asing itu dengan sebelah alis yang terangkat. "Nggak ada yang kelupaan?" Airin mengernyitkan dahi. Seingatnya sudah tidak ada. "Ucapan terima kasih, gitu? Atau, sedikit berbasa basi menawariku masuk ke dalam kafe." Airin berdecih, sebal. "Maaf, ya Mas. Aku lagi sibuk, nggak ada waktu buat ngeladenin gombalan mas. Makasih buat niat baiknya mau balikin kunci ini." Lantas pergi meninggalkan lelaki itu yang mematung, tak menyangka dengan respon Airin. ** "Kenapa mukanya?" Ryan bertanya ketika Airin kembali dengan wajah tertekuk. "Sebal. Ketemu cowok yang ambil kesempatan dalam kesempitan." "Maksudnya?" "Iya, tadi ada cowok, dia nemuin kunci loker aku yang jatoh. Tapi ya itu, dia mau coba modusin aku, kan sebal! Emang dikira aku cewek yang gampang di ajak kenalan, terus mau tukar tukaran nomor telepon. Huh!" "Kok kamu jadi kege-eran gitu sih, Rin? Sok cantik banget, dih!" "Emang gitu kan, gelagat cowok jaman sekarang. Kebanyakan modus!" Sedang asyik keduanya merumpi, seseorang berbadan tegap datang menghampiri. "Kok malah ngerumpi? Waktu pergantian shift tinggal sebentar lagi. Airin, kenapa nggak ganti seragam?" Yang ditegur buru buru memperbaiki sikap. "Iya, Pak Banyu. Saya ganti sekarang." "Sana, ganti kostum dan tolong bawakan saya dua gelas coffee latte ke ruangan." "Siap, Pak." Meskipun sebal, tapi tetap saja perintah bos adalah hal mutlak yang tidak bisa ditawar. Banyu memang tegas dan keras ketika berperan sebagai bos. Tapi saat menjadi manusia biasa, dia memiliki hati yang dermawan. Tak bisa dipungkiri sudah berapa banyak bantuan yang diberikan Banyu untuknya. Sedikit menunduk, memusatkan perhatiannya pada nampan berisi dua cup kopi pesanan sang atasan sambil membuka pintu menggunakan kaki kirinya, ketika Banyu sudah memberi izin untuk masuk. Sambil menundukkan badan, dengan segenap kerendah hatian juga atitude sebagai seorang pelayan, Airin meletakkan minuman di atas meja. "Silakan kopinya, Pak." "Terima kasih." Sebenarnya, niat hati Airin hendak langsung pergi saat tugasnya telah selesai. Tapi, suara yang menyapa gendang telinganya tadi mengusik keingin tahuannya. Suaranya seperti... Airin memberanikan diri, dan buru buru menutup mulut menggunakan nampan yang ada ditangan begitu melihat siapa yang ada di hadapannya kini. "Kenapa tutup mulut? Kaget?" Sahut lelaki itu penuh kemenangan. Banyu menatap Airin dan tamunya bergantian, heran. "Kalian, saling kenal?" "Iya, tadi kami--" Belum sempat lelaki itu menjelaskan, Airin segera angkat bicara. "Enggak, Pak. Kita nggak kenal. Dia salah orang. Aku juga. Ya sudah, aku permisi," katanya lalu buru buru keluar ruangan sambil merutuki dirinya yang bersikap bodoh hari ini. "Hari apa sih, ini? Sial banget!" Gerutunya menuju dapur. ____ Assalamu'alaikum... Cerita baru, nih. Jangan lupa di vote dan comment, yaa.. Love ya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HOT NIGHT

read
607.1K
bc

Everything

read
278.3K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

CRAZY OF YOU UNCLE [INDONESIA][COMPLETE]

read
3.2M
bc

LAUT DALAM 21+

read
290.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook