bc

Storm Rider, Marine of Love

book_age18+
238
FOLLOW
2.1K
READ
forbidden
family
second chance
powerful
brave
drama
tragedy
bxg
tricky
like
intro-logo
Blurb

"Pak, Panglima saya telah dilukai di dalam kapal pesiar Cora, saya ditugaskan untuk melakukan misi penyelamatan di kapal pesiar itu."

"Ini adalah teritori UK, tanpa ijin dari otoritas kerajaan, tak ada yang bisa melakukan misi penyelamatan selain kami. Kami yang akan menangani misi ini."

°°°

"Ayah, Askan ingin memperistri seorang gadis yang bernama Mendaline Septian Nata."

"Baik, jika dia adalah gadis pilihanmu."

Dua hari kemudian.

"Tidak ada lamaran untuk gadis itu. Menjauh dari dia."

"Kenapa?"

"Kamu tidak perlu tahu."

°°°

"Kakek Ran-"

"Sampai aku mati, aku tidak sudi darah Hindanata mengotori darah Basriku!"

Air mata pemuda yang bernama Askan Aji Basri itu tumpah.

Dilema antara cinta dan masa lalu, membuat Askan memilih mengubur cintanya pada sang kekasih.

Mari ikuti kisah Askan hingga tamat.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
"Pak, kami baru saja mendapat kabar bahwa kapal pesiar Cora dibajak oleh orang tak dikenal lima menit yang lalu di perairan laut utara kepulauan Orkney setelah lima belas menit keluar dari pelabuhan Krikwall, mereka menyandera sejumlah pimpinan negara. Ada presiden Perancis, perdana menteri Spanyol, menteri pertahanan kerajaan Belanda dan masih ada beberapa pengusaha kaya di sana termasuk putri Eugene." Seorang pria berpakaian tentara melapor ke arah komandannya, bahasa yang digunakan yaitu bahasa Inggris beraksen British. Wajah sang komandan berubah serius. "Dari mana kabar itu berasal?" tanya komandan angkatan laut Inggris. "Sinyal berhasil dikirimkan oleh kapten Jackson yang membawa kapal pesiar Cora sebelum beliau disandera. Sinyal itu dikirimkan ke pelabuhan Kirkwall lalu diteruskan ke markas besar untuk meminta bantuan secepatnya," jawab anak buah. Suara langkah kaki sepatu bot terdengar berjalan cepat ke arah komandan angkatan laut. "Pak, ada telepon dari perdana menteri untuk Anda." Seorang prajurit memberikan telepon pada komandan. "Ya, Pak?" komandan meletakan telepon di telinga kanan. "Segera lakukan operasi penyelamatan, posisi kapal Anda berada dekat dengan kapal pesiar Cora. Dua sandera telah dibunuh, itu adalah sekretaris Tuan Spencer dan asisten dari panglima TNI."  Wajah komandan terlihat serius, dia segera menjawab, "Baik, Pak!" Panggilan dimatikan. Saat itu juga komandan melihat seorang pria berbadan kekar yang memakai pakaian lengkap TNI angkatan laut yang bername tag Askan memasuki ruangan. Dua balok emas yang ada di lengan bajunya menandakan bahwa dia berpangkat letnan satu angkatan laut. "Pak, Panglima saya telah dilukai di dalam kapal pesiar Cora, saya ditugaskan untuk melakukan misi penyelamatan di kapal pesiar itu," ujar Askan. "Ini adalah teritori UK, tanpa ijin dari otoritas kerajaan, tak ada yang bisa melakukan misi penyelamatan selain kami. Kami yang akan menangani misi ini," balas komandan. Askan, pemuda berkulit sawo matang itu menolak. "Keselamatan Panglima kami lebih penting." "Royal Navy yang memegang kendali," ujar komandan. "Pak-" "Tidak ada debat! Kapten Green, silakan ambil alih misi penyelamatan, kita rapat." Komandan memotong ucapan Askan. "Baik, Pak." Kapten Green menyahut. Dalam hati Askan, dia sangat dongkol, namun tidak dia perlihatkan. Wajahnya terlihat biasa-biasa saja. Askan seolah tidak dipedulikan oleh siapapun oleh negara partner itu. Hanya Kapten Green saja yang melihat ke arahnya penuh dengan tatapan menenangkan. Merasa diabaikan, Askan keluar dari dalam ruang komandan dengan wajah dingin. Dia pergi ke arah teman-temannya. "Bagaimana?" tanya seorang pria, namanya Bintang. "Bapak kudis itu terlalu sombong," jawab Askan dengan nada datar. "Pft!" seorang teman ingin menyemburkan tawa setelah mendengar jawaban dari Askan, namun semua orang melihat ke arahnya. Ah, hampir saja dia gegabah dengan menunjukan deretan giginya. Situasi tidak bagus, kapal pesiar Cora dibajak dan sudah ada korban, salah satunya adalah warga negara Indonesia. "Kita tidak bisa bertindak jika tidak ada ijin dari otoritas kerajaan Inggris." Suara Askan terdengar datar. "Kita lihat kerja dari Royal Navy, seberapa hebat kemampuan mereka." Teman-teman Askan mengangguk.  Mereka ada di salah satu kapal milik Royal Navy untuk tour sahabat yang dilakukan oleh dua negara. Panglima TNI saat ini berada tak jauh dari kapal mereka dalam rangka kunjungan persahabatan dan bersantai sedikit dengan negara sahabat, namun sayangnya rencana pembajakan kapal pesiar Cora telah lama direncanakan dan persiapannya mantap. Dua menit kemudian, tim yang diperintahkan untuk melakukan operasi penyelamatan telah selesai dibentuk dan siap. Masing-masing personil ahli telah dipilih, mereka mempunyai ahli menyelam dengan lama dan sabotase bawah kapal. Seorang pria dari tim penyelamat itu melihat ke arah Askan, pria itu adalah Kapten Green, dia berjalan melewati Askan lalu menepuk pelan bahu Askan, "Aku ingin sekali kamu menjadi rekanku, namun ini adalah perintah. Tolong percayakan keselamatan panglima kamu padaku," ujarnya dalam bahasa Inggris, aksen British sangat kentara. Askan mengangguk, "Berhati-hati lah. Aku percaya padamu, teman." Tentara Inggris itu menunduk sedikit, lalu dia bersiap-siap berangkat untuk melakukan misi penyelamatan. Beberapa orang dari tentara Inggris melirik ke arah Askan dengan tatapan meremehkan. Namun, hal itu ditanggapi bagai angin busuk oleh Askan, dia tidak peduli. °°° "Berikan harta kalian!" "Aku ingin transfer uang ke nomor rekening ini." Seorang kepala pemimpin dari pembajak menunjukan nomor rekening sambil meletakan pistol di kepala salah satu perempuan. "Kita bisa bicarakan ini-aakh!" Dor! Pelatuk ditekan dan bahu wanita paruh baya itu tertembus timah panas. "Ampun, jangan membunuhku!" teriak wanita paruh baya itu. "Ibu perdana menteri!" seru beberapa orang, wajah mereka pucat pasi.  Orang yang menyandera mereka ini sangat kejam dan tidak main-main. Jika mereka mengelak satu kata saja, maka mereka akan mati. Seperti empat orang korban yang sekarang sudah tidak bernyawa lagi. Kepala bajak laut itu tersenyum sinis lalu tertawa, "hahahaha! Ibu perdana menterimu akan segera mati jika dia tidak mentransfer uang yang aku minta ke nomor rekening ini." Ketua bajak laut tersenyum dengan penuh tanpa dosa. Seorang anak buahnya telah bertugas siap mengirimkan uang ke nomor rekening kelompok mereka. Dia mengarahkan pistol ke arah salah satu wanita muda yang memakai gaun dan lambang atau lencana kerajaan. "Tidak! jangan sakiti putri Eugene!" seorang wanita paruh baya berlutut di atas lantai kapal. Dia memohon agar jangan melukai majikannya. Kepala bajak laut itu tertawa senang, "Bukankah dia hanya seorang perempuan yang tidak ada guna? kenapa kau harus membelanya?" Wajah wanita paruh baya itu pucat pasi. "Tuan, saya mohon-" wanita paruh baya itu langsung menutup mulutnya setelah moncong pistol diarahkan ke arah belakang kepala putri Eugene. Wanita paruh baya itu menutup takut kedua matanya. Dalam hati dia berdoa pada Tuhan agar tidak terjadi apa-apa, dia berdoa agar mereka semua selamat dari penyanderaan ini. Putri Eugene adalah anak nomor dua dari raja Inggris, dia juga pewaris tahta kerajaan inggris kedua setelah sang kakak.  "Transfer-" ucapan ketua bajak laut terpotong. "Mereka mengirim tim penyelamat ke sini," potong seorang pria, dia membawa senjata laras panjang dengan melingkari peluru di badannya. "Sial." Kepala bajak laut terlihat kesal. Kepala bajak laut menyeret putri Eugene secara kasar. "Aaaakkhh!" putri Eugene berteriak kesakitan, begitu juga orang-orang, mereka ketakutan. "Nyalakan kamera dan perlihatkan pada dunia bahwa jika tentara inggris macam-macam, maka mereka akan segera kehilangan salah satu ahli waris kerajaan Inggris." Kepala bajak laut memberi perintah. "Baik." Anak buah menyahut. °°° Bunyi langkah kaki sepatu bot terdengar buru-buru. "Pak, Putri Eugene dilukai, tentara kita dilarang mendekat ke kapal pesiar Cora sejauh satu kilometer." "Sial!" komandan marah. Kepalan tangan dia kepalkan kuat, seakan jika ada sosok ketua bajak laut di depannya, maka kepalan itu akan dikerahkan ke arah wajah ketua bajak laut. Komandan angkatan laut Inggris bisa melihat kamera yang disambungkan ke kapal mereka. Putri Eugene benar-benar dihajar tak tahu arah jarang pulang oleh ketua bajak laut. Komandan merasa marah namun, dengan cepat komandan mampu mengendalikan emosinya.  Dia berpikir sekitar satu hingga dua menit lalu berkata, "Luncurkan tim lain." "Baik, Pak." Anak buah menyahut. °°° "Dalam tiga menit jika ada yang berani menolak mentransfer uang sebanyak yang diminta maka nasibnya akan sama seperti." Dor! "Akh!" Menteri luar negeri Myanmar telah menjadi almarhum dalam satu detik yang lalu. Orang-orang berteriak ngeri dan takut, mereka menyaksikan sendiri menteri luar negeri Myanmar mati dengan secepat kilat. Melihat mata menteri luar negeri Myanmar yang terbuka dan darah merembes keluar dari dahi, banyak orang bergegas mentransfer uang ke nomor rekening yang dimaksud. Sementara itu di kapal royal navy. "Dia berani membunuh pejabat dan kepala negara," desis komandan. Beberapa detik kemudian terdengar langkah kaki berlari ke arahnya. "Pak, tim satu penyelamat telah dibom oleh senjata pengebom jarak jauh dari bajak laut." "Apa?!" mata komandan hampir rontok. Langkah kaki cepat mendekat ke arah komandan. "Di saat seperti ini seharusnya kita saling melengkapi untuk melakukan misi penyelamatan, bukan memisahkan diri karena merasa bahwa diri sendiri telah hebat." Suara Askan terdengar. Komandan melirik ke arah Askan. Menurut informasi yang dia dapat, pemuda yang bernama Askan Aji Basri itu adalah cucu dari seorang konglomerat yang disegani dan ditakuti di masanya. Dan sampai sekarang banyak orang yang masih takut pada penguasa Basri itu. Kakek dari tentara yang dia dengar sangat berbakat ini mempunyai banyak koneksi dengan presiden dan pejabat lainnya, bahkan katanya tentara Indonesia yang berada di depannya ini bisa menahan napas di dalam air dengan waktu yang cukup lama dan tidak masuk akal bagi manusia. "Saya masih percaya pada prajurit saya," balas Komandan. Wajah serius dan wibawa Askan yang dia pertahankan sedari tadi, kini runtuh digantikan dengan tatapan dongkol. "Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi," ujar Askan dalam bahasa Indonesia. "Ah? apa yang kamu bilang?" tanya Komandan yang memang tak mengerti bahasa Indonesia "Saya bilang itu adalah keputusan yang bijak," jawab Askan dalam bahasa Inggris. Rekan-rekan Askan yang berada di luar ruangan, "...."  Mereka melihat satu sama lain. Askan sekarang benar-benar dongkol dengan pak tua yang egois itu. Mereka meremehkah pasukan Denjaka milik Indonesia. °°° "Ah, mereka tidak mau menurut," gumam kepala bajak laut. Dia menoleh ke arah putri Eugene yang kini telah sekarat banyak darah. "Ambil perempuan lain, siapa saja, seret ke sini, aku ingin mereka lihat karena perbuatan mereka, satu persatu perempuan di kapal pesiar ini menemui ajal mereka." Saat yang sama, suara rekaman kepala bajak laut terdengar di telinga komandan. Wajah komandan pucat pasi, lalu ada suara dari anak buahnya. "Pak, kapten Green terluka, pembajak telah meledakkan bom sekitar lima ratus hingga tujuh ratus meter dari kapal pesiar Cora." "Pak, tim dua penyelamat mengalami ledakan bom laut." Suara prajurit angkatan laut Inggris terdengar lagi. Dia datang untuk melapor. Wajah komandan bertambah pucat. °°° "Aaah! jangan! Mendaline! Aaaah! Mendaline! Mendaline!" seorang gadis berambut merah berteriak histeris saat melihat teman perempuannya diseret paksa ke arah kaca. Kepala bajak laut melingkari leher gadis yang tadi dipanggil Mendaline itu lalu menariknya, memastikan bahwa tali jeratan itu berfungsi semestinya. "Umhp uhuk! uhuk! uhuk!" Mendaline terbatuk-batuk dan dia susah bernapas. Para sandera hanya bisa menatap penuh takut ke arah Mendaline yang sedang disiksa. °°° Askan melihat ombak di perairan utara kepulauan Orkney yang bergoyang. Hidung sensitifnya mencium bau darah. Dia pesimis bahwa misi ini akan berhasil. Suara langkah kaki sepatu bot terdengar dari belakang Askan, lalu berhenti tepat setengah meter dari belakang Askan. "Kapten Askan, saya ijinkan Anda melakukan misi penyelamatan ini." Askan berbalik seketika. Dia melihat ke arah komandan. Untuk setengah menit Askan bungkam. Bungkamnya Askan membuat komandan sedikit segan.  Jangan-jangan Askan ini tidak mau lagi melakukan misi penyelamatan karena hatinya sudah tawar ditolak dua kali olehnya. Komandan ingin melihat keterampilan dari Kapten Askan ini. "Waktu Anda hanya lima belas menit-" "Siap, Pak!" Askan tidak memberi hormat. "Saya hanya memberi hormat pada atasan saya." Wajah keriput komandan susah dilihat, namun dapat dia maklumi, masing-masing dengan prinsipnya. "Saya menaruh harapan untuk Anda, saya titipkan dua ratus warga negara inggris di tangan Anda dan delapan ratus orang penumpang lainnya." "Siap, laksanakan!" °°°

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook