Penculikan

1250 Words
Hai Readers .... love you all *************** "Kakak kok enggak bilang-bilang sih kalau mau pulang, kan Kinan pingin dibawakan cake artis itu," ucap Kinan manja pada Puspa saat mereka sudah di kamar setelah Tama selesai makan malam dan Ayahnya pun sudah melapor ke pak RT tentang kedatangan Tama . "Hehe …. kapan-kapan kalau kakak balik lagi kakak bawain." Puspa mengacak rambut Kinan sayang. "Oya, kamu belum tentuin juga mau kuliah dimana ? Ayah tanya-tanya terus sama kakak tu," ucap Puspa panjang lebar yang dibalas cengiran Kinan. "Nanti malam Kinan bertapa dulu deh biar dapat wangsit," ucap Kinan sambil tertawa yang dibalas jitakan Puspa pada keningnya. "Oya ka' … Mas Tama itu itu cowok kakak ya ?" Tanya Kinan mulai kepo bak detektif. "Idih … anak kecil mau tahu saja sih, tapi menurut kamu Mas Tama ganteng enggak ?" Tanya Puspa sambil tersenyum. "Hmmm … gimana ya, gini aja deh …." Kinan mengangkat dua jempolnya sebagai jawabannya yang dibalas senyum Puspa. "Kakak kenal dimana sih ? Dia teman kuliah kakak ?" Tanya Kinan beruntun. "Satu-satu dong nona manis tanyanya."Puspa mencubit pipi adiknya itu gemas. "Kakak kenal sama Mas Tama karena kebetulan teman kos Kakak itu mahasiswinya Mas Tama. Jadi gini, Mas Tama itu Dokter tapi sering ngisi mata kuliah juga. Nah teman kakak pernah ngajak kakak ketemu sama Mas Tama buat konsultasi begitu. Terus setelah itu panjang deh ceritanya." Puspa tertawa melihat ekspresi kesal Kinan karena ia memotong ceritanya. "Hahaha …. Sudah jangan cemberut gitu dong, nanti hilang cantiknya. Besok saja baru kakak cerita lagi. Yuk sekarang kita tidur biar besok subuh enggak terlambat jamaahnya," ucap Puspa sambil tersenyum pada Kinan. Karena Ayahnya pasti marah besar kalau sampai mereka terlambat untuk jamaah shalat subuh. ******** Kinan dan Puspa sedang menyiapkan sarapan pagi, mereka berdua melihat ayahnya dan juga Tama berjalan dari kejahuan. Sepertinya Ayah mereka habis jalan-jalan bersama Tama melihat pemandangan Desa di pagi hari. "Kakak belum jawab pertanyaan Kinan semalam ?" tanya Kinan dengan muka serius yang membuat Puspa ingin tertawa melihatnya. "Tanya apa sih ?" Puspa pura-pura lupa sambil menggoreng tempe dan juga tahu. "Kak Tama itu cowok kakak ya?" Tanya Kinan lagi mengulangi pertanyaannnya. "Idihhh … anak kecil mau tau aja sih, Mas Tama itu hanya teman kakak kok tapi ya enggak tahu kedepannya nanti." Puspa menjawab sambil tersenyum sendiri yang dibalas senyum Kinanti karena paham maksud kakaknya. Pagi itu mereka makan bersama menunya sederhana saja pecal buatan Kinan dan juga tempe goreng dan tahu goreng buatan Puspa. Sesekali Tama mencuri pandang ke arah Puspa yang diam- diam diperhatikan Kinanti yang juga ikut tersenyum melihat kakaknya yang malu-malu. Selesai makan Kinan segera membereskan semua peralatan makan dengan cekatan sedangkan Puspa memilih keruangan depan bersama ayah, ibu serta Tama. Pekerjaan rumah adalah hal yang biasa bagi Kinanti sejak kecil. Ia selalu berbagi tugas bersama Puspa. Siangnya Kinanti pamit pada Ayah dan Ibunya karena mau kerumah Feby mengambil jahitan di bundanya Feby, sekalian Kinanti mau ketemu Feby kerena sudah beberapa hari mereka tidak berjumpa. Saat di jalanan sepi di tengah persawahan motor Kinanti tiba-tiba dihadang dua pemuda yang tak dikenalnya. Semua begitu cepat tanpa Kinanti sempat melawan tiba-tiba semua gelap. Saat terbangun Kinan terkejut mendapati dirinya ada dirumah tua yang sepertinya sudah lama ditinggal pergi penghuninya. Belum sempat Kinanti memperhatikan sekeliling lebih seksama tiba-tiba terdengar pintu dibuka dengan kasar dan muncul sosok yang sangat dikenalnya dan sekaligus tidak disukainya. “Haris !” ucap Kinanti kaget mengetahui ternyata yang menculiknya adalah Haris. Kinanti tidak pernah mengira Haris akan sampai berbuat sejauh ini. “Kenapa kamu culik aku Haris !” Teriak Kinanti dengan marah yang hanya dibalas senyuman Haris. “Hahaha … aku tidak pernah ditolak oleh wanita yang aku sukai. Tapi kamu malah menolak lamaranku dan juga kedua orang tuaku jadi aku akan buat kamu tidak perawan lagi dengan begitu tidak ada pemuda yang akan mau menikah denganmu," ucap Haris sambil tertawa dengan wajah penuh seringai. "Kamu jangan gila Haris !" teriak Kinan mulai ketakutan tapi berusaha tetap tenang. "Ayahku pasti akan membunuhmu kalau tahu apa yang kamu lakukan." Kinan masih bersiasat mencari cara untuk membuat Haris takut. Karena Kinan berpikir dengan cara itu akan membuat Haris takut karena Haris pun tahu kalau Ayah Kinan adalah mantan preman yang ditakuti. Tapi sepertinya Haris sudah tidak perduli pada apapun lagi. Ia dibutakan oleh dendam dan juga hasratnya pada Kinanti. Ditariknya Kinanti dengan paksa dan berusaha menodainya. Kinan berusaha sekuat tenaga melawan tapi tenaganya tentu saja kalah dengan Haris. Bajunya ditarik Haris hingga koyak. Ditengah ketakutannya Kinan menghindar dan mengambil apa saja yang bisa digunakan untuk memukul Haris. Karena Kinanti terus memberontak akhirnya Haris mengeluarkan sapu tangannya yang sudah diberikan obat bius. Ditariknya Kinan dengan kasar dan dibekapnya wajah Kinan hingga pingsan. Haris lalu membaringkan Kinanti dan berusaha membuka bajunya. Mata Haris makin membulat dan jelalatan saat melihat p******a Kinan yang menggoda dan masih terbungkus di balik bh pink nya. Saat ia hendak membuka bra Kinan tiba-tiba saja satu dobrakan pintu membuat Haris kaget. Orang suruhannya masuk dengan terhuyung-huyung. Haris hampir saja marah karena dia mengira orang suruhannya hendak mengganggunya, tapi rupa-rupanya dugaannya salah. Ternyata seorang pemuda yang memukul orang suruhannya hingga babak belur. Tentu saja Haris makin marah begitu tahu siapa pemuda yang telah lancang ikut dalam urusannya. Pemuda yang diam-diam ia intai tadi pagi karena berjalan bersama Ayah Kinanti. “Siapa kamu ? ngapain kamu ikut campur urusanku !" Teriak Haris marah pada sang pemuda yang ternyata adalah Tama. “Saya enggak suka kelakuan b***t kamu !" Tunjuk Tama dengan geram tepat di depan wajah Haris. Dan perkelahian itu tidak terelakan lagi. Haris membabi buta berusaha memukul Tama yang tentu saja dibalas dengan baik oleh Tama yang ternyata memiliki kepandaian bela diri tersebut. Tidak menunggu waktu lama Haris bisa dikalahkannya hingga babak belur. Merasa sudah tidak mungkin menang, Haris lalu mengajak anak buahnya untuk kabur. "Kinan bangun …!" panggil Tama sedikit keras sambil menepuk wajah Kinan pelan. Tapi Kinan belum juga bangun akhirnya ia mencoba lagi agak keras dan akhirnya Kinan bangun dari pingsannya. "Mas Tama !" Kinan kaget melihat Tama yang ada dihadapannya. Ia berusaha mengingat semuanya dilihatnya jaket Tama yang sekarang terpasang di bandannya. Rupanya Tama sudah memasangkan jaket di badan Kinan karena bajunya entah dilempar Haris kemana. "Ayo Kinan kita pulang, nanti baru aku ceritakan bagaimana aku bisa ada disini," ucap Tama kemudian sambil membantu Kinan berdiri. "Tapi tunggu dulu Mas …." Kinan teringat sesuatu. "Haris sudah apain aku saat aku pingsan tadi ?" tanya Kinanti dengan isak pilu karena takut dengan kenyataan yang terjadi pada dirinya. "Kamu tidak apa-apa, ia belum sempat menjamahmu. Aku masuk tepat saat ia hendak melakukannya jadi kamu baik-baik saja," ucap Tama menenangkan Kinanti. Mendengar hal itu membuat Kinan tanpa sadar memeluk Tama secara refleks karena rasa terimakasih teramat dalam. Tama kaget akan pelukan refleks yang dilakukan oleh Kinanti. Tapi ia segera memakluminya mengingat keadaan Kinan yang masih shock jadi Tama akhirnya membiarkan dan malah menepuk punggung Kinan pelan agar gadis itu menjadi tenang . "Ayo kita segera pergi" ucap Tama cepat setelah Kinan melepaskan pelukannya yang dibalas anggukan Kinan. Tapi saat hendak membuka pintu rupanya pintu dikunci dari luar. Tama berusaha mendobraknya tapi sepertinya ada yang menghalangi dari luar. Tama berusaha mencari jalan keluar tapi semua nya terkunci. Pasti Haris yang telah menguncinya. Entah apa maksudnya baik Tama maupun Kinan tidak faham. Saat sedang mencari cari jalan keluar lain tiba tiba pintu terbuka. Rupanya pak agus, Pak RT sekaligus Ayah dari Haris dan juga beberapa penduduk serta Ayah dan Ibu Kinan. Tentu saja Kinan senang karena mereka semua datang. "Ibu …." Sambil berurai air mata Kinan berlari memeluk ibunya. Tapi tangannya segera ditepis oleh Ibunya dengan wajah merah menahan marah begitu juga saat ia melihat raut wajah sang Ayah penuh kemarahan dan Kinan tidak mengerti semua ini. Mengapa mereka datang dengan wajah semarah itu. *************************** Next ya…….love you all my readers
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD