bc

The Truth Behind Us

book_age12+
112
FOLLOW
1K
READ
family
manipulative
powerful
student
mystery
icy
highschool
illness
secrets
school
like
intro-logo
Blurb

Ini kisah tentang Iris Octavia dan Irina Calista. Saudara kembar dengan kepribadian yang bertolak belakang. Iris dengan sikap buruknya serta Irina yang selalu menjadi sosok kakak yang baik untuknya.

Dengan sikap buruknya, Iris jelas tak memiliki teman. Namun, seorang pemuda bernama Alex yang kebetulan ditemuinya di belakang sekolah membuat warna baru dalam hidupnya.

Setelah kehadiran Alex. Perlahan-lahan satu demi satu kebenaran mulai terungkap. Tentang sosok Iris dan Irina yang ternyata selama ini menyimpan rahasia yang begitu kelam.

chap-preview
Free preview
Part 1 Serupa tapi Tak Sama
Suara gebrakan keras terdengar menggema di ruangan luas nan mewah itu. Dua sosok manusia berbeda usia tampak berdiri saling berhadapan. Sosok yang paling tua terlihat menunduk, tak sanggup menatap wajah sosok lebih muda yang tampak marah.  Atau memang dia sedang marah? "Kau bisa kerja atau tidak, hah? Lihat, masih ada banyak debu di mana-mana. Kau tahu sendiri aku alergi pada debu. Kau sengaja mau membuatku sakit?!" "T-tidak, Nona, saya tidak sengaja." "Tidak sengaja atau memang sengaja?" "Saya benar-benar tidak sengaja, Nona. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membersihkannya, tapi karena saya sudah tua makanya saya tidak sengaja melewatkan beberapa tempat." Seseorang yang dipanggil Nona mendengkus kesal. Menyilangkan kedua tangannya di d**a dan menatap tajam.  "Kau sadar bahwa kau sudah tua, tapi kenapa kau masih saja mau bekerja? Sadarlah, Nek, kau itu sudah bau tanah. Jadi lebih baik kau tinggal di rumahmu dan menunggu kematian menjemputmu. Itu jauh lebih baik." "Cukup, Iris!" Seorang pria dengan setelan jas mahal menempel di tubuh tegapnya mendekat dengan wajah mengeras. Ditatapnya putri keduanya itu kemudian menatap wanita paruh baya yang sudah bertahun-tahun bekerja di rumah mewahnya. "Kamu boleh pergi sekarang." Tanpa ingin membuang banyak waktu, wanita paruh baya itu segera menghilang di balik pintu. Tak mau berlama-lama berada satu ruangan bersama sang Nona Muda yang memang terkenal dengan sifat arogannya. "Sudah berapa kali ayah katakan padamu untuk menjaga sikapmu, Aurora. Sikapmu tadi sudah benar-benar keterlaluan. Tega sekali kau mengatakan hal itu pada Bu Mira." Iris memutar kedua matanya jengah. "Kenapa ayah selalu membela para pelayan tua yang membosankan itu? Aku ini anak ayah, jadi seharusnya ayah membelaku, bukan dia." Bagas menatap putrinya lembut, berusaha menahan amarahnya. "Lalu apa keluhanmu?" "Dia tidak bekerja dengan baik. Debu masih ada di meja rias dan juga meja belajarku. Aku tentu tidak bisa beraktifitas dengan debu yang sewaktu-waktu bisa membuatku gatal-gatal sehingga kulitku memerah." "Baiklah, ayah akan menyuruh pelayan yang lain untuk membersihkannya. Segeralah berangkat sebelum kau terlambat. Ayah juga akan berangkat ke kantor." "Sebelumnya aku punya satu permintaan." Bagas membalikkan tubuhnya, menatap putrinya dengan berbagai pikiran negatif di kepalanya, namun, sepertinya ia sudah bisa menebak permintaan putrinya itu. "Apa?" "Aku ingin Bu Mira dipecat sekarang juga dan aku tidak menerima penolakan apapun," ujarnya final dan berlalu dari sana. Meninggalkan ayahnya yang hanya bisa menghela napas. ***** "Seharusnya kau memberi dia kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukannya, bukan langsung memecatnya seperti itu. Kasian dia." Iris menatap nyalang ke depan. Pada sosok di hadapannya yang seolah-olah memantulkan wajah dan tubuhnya, seperti bercermin. Ia mendengkus dan membuang muka. "Aku sudah cukup baik memecatnya sekarang agar dia bisa beristirahat dengan tenang di rumahnya. Daripada melakukan pekerjaan yang melelahkan sepanjang hari." Sosok di hadapannya tersenyum simpul. "Aku yakin itu bukan niatmu yang sebenarnya untuk memecatnya." Tubuhnya berbalik berjalan menuju grand piano putih. Mendudukkan tubuhnya di sana seraya jemari lentiknya menekan tuts-tuts piano yang dengan segera menghasilkan nada-nada indah memecah keheningan di antara mereka berdua.  "Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya, sebesar dan sekecil apapun itu. Tapi Tuhan selalu memberinya kesempatan." Ia berbalik, menatap tepat pada sepasang karamel Iris yang tampak kosong. "Lalu kenapa manusia biasa seperti kau tidak bisa melakukannya?" tanyanya tajam yang sanggup membuat Iris membelalakkan matanya, terkesiap. ***** Iris dengan jelas bisa mendengar setiap bisikan pada setiap langkah yang ia ambil melewati koridor. Bisikan-bisikan itu jelas bukanlah bisikan yang memujinya, melainkan bisikan-bisikan penuh kebencian dan ketidaknyamanan atas kehadirannya di sana. Namun, ia tak ambil pusing dengan hal itu. Dengan langkah angkuh dan dagu yang terangkat, ia melewati setiap manusia yang berpapasan dengannya. Langkah kakinya dengan cepat menuju mejanya yang berada di baris paling belakang. Sebuah posisi yang paling nyaman untuk sekadar melanjutkan tidur. Tepat setelah ia mendudukkan tubuhnya di kursi, seseorang dengan paras yang sama dengannya memasuki kelas dengan sapaan ceria.  "Selamat pagi, semuanya!"  Seperti biasa, orang-orang akan membalas sapaannya dengan ceria juga. Sangat berbanding terbalik dengannya yang selalu mengeluarkan aura kebencian pada setiap orang yang ditemuinya. Tidak salah jika semua orang membencinya. "Selamat pagi, Iris." Sapaan hangat itu terasa sangat menjengkelkan di telinga iris. Terlebih lagi ia mendapatkannya dari sosok yang begitu dibencinya itu. Iris hanya melirik sebentar pada sosok kakak kembarnya itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Senyum manis yang terpampang di wajah yang mirip dengannya itu membuatnya muak. Terlebih saat ia tahu arti dari senyuman itu yang tentu saja tidak disadari oleh siapa pun.  Berusaha tak acuh. Ia lebih memilih memasang earphone di kedua telinganya. Berusaha menghilangkan setiap suara bising yang memekakkan telinga. Juga, ia berharap waktu berjalan dengan cepat, agar ia tidak terperangkap dalam kubangan kotor yang selalu memaksanya untuk bertingkah selayaknya bukan dirinya. ***** "Kenapa kita harus berada di kelas yang sama dengannya?" "Benar. Aku tidak masalah dengan Irina, selama sosok iblis itu tidak ikut-ikutan." "Aku benar-benar heran. Bagaimana bisa mereka lahir dari rahim yang sama bahkan memiliki wajah yang sama. Tapi memiliki sifat yang bertolak belakang?" "Kalau saja wajah mereka tidak mirip. Aku tidak akan percaya mereka saudara kembar." "Iya, benar. Lagipula tidak akan ada yang percaya jika sosok Iblis memiliki hubungan darah dengan Malaikat." Iris menggebrak meja dengan keras yang seketika membuat suara tawa yang berisik itu menghilang. Ia menatap dalam diam pada tiga siswi yang sejak tadi asyik membicarakan dirinya. Hanya beberapa detik, namun dampaknya sangat luar biasa bagi semua siswa yang berada di kelas. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia beranjak dari sana. Menimbulkan helaan napas lega dari semua orang. Irina tersenyum. Tatapan matanya masih mengarah pada daun pintu yang sudah tertutup rapat. Kemudian ia menatap sekeliling ruangan. "Maafkan adikku. Dia memang seperti itu saat mood-nya sedang buruk. Tapi dia sebenarnya anak yang baik. Jadi, jangan terlalu diambil hati dengan perbuatan kasarnya itu." "Tidak." Salah satu siswi yang berbicara buruk mengenai Iris tadi mengeluarkan suaranya. "Kamilah yang salah sudah berbicara buruk tentangnya. Maafkan kami," sesalnya yang kemudian diikuti kedua temannya yang juga meminta maaf. Irina masih menampakkan senyumnya. "Tidak apa-apa. Akan aku sampaikan padanya soal permintaan maaf kalian. Aku yakin dia pasti akan memaafkan kalian." Dengan itu, semua orang bernapas lega. Mereka benar-benar bersyukur bisa memiliki Irina yang bisa dibilang sebagai sosok yang bertanggungjawab menekan sikap gila dan kasar adiknya. *****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

DENTA

read
17.1K
bc

Head Over Heels

read
15.9K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook