Kuntilanak Merah

1526 Words
Varis yang baru saja mendapatkan kemalangan akhirnya harus meninggalkan tempat kontrakannya itu. Tiba-tiba ia terpikirkan sebuah rumah kosong yang baru saja ia lewati, dan bermaksud menuju ke sana. Dengan menggunakan motornya ia pun bergegas ke sana. "Rumah ini memiliki aura yang cukup kuat, sangat kusam dan tidak terawat. Mungkin jika aku bersihkan bisa untuk aku pakai tidur, lagipula rumah ini sepertinya sudah lama ditinggalkan," ucap Varis yang kini berada tepat di depan pintu pagar rumah tua itu. Tiba-tiba seseorang melewati jalan itu menggunakan sepeda, seorang pria yang cukup tua sekitar 55 tahunan. Pria itu berhenti di seberang jalan dan mulai memanggil Varis. "Pak? apa yang anda lakukan di sana? jangan masuk, di sana tempatnya sangat angker, banyak orang yang tidak kembali setelah memasuki rumah itu," ucap pria itu dan kemudian ia mengayuh sepedanya lagi seakan-akan ia ketakutan dengan aura yang ada di depan rumah itu. "Hei tunggu, apa maksud anda?" ucap Varis berteriak karena melihat orang itu kini dengan cepat mengayuh sepedanya. "Jalanan ini memang sepi dan bahkan dari tadi tak ada kendaraan satu pun yang melintasi area ini, dan lagi aku baru pertama kali melewati jalan ini. Apakah rumor itu benar, jika ada sebuah rumah misterius di daerah sini yang menyebabkan warga enggan menggunakan jalan ini?" ucap Varis yang kini melirik kembali ke arah rumah menyeramkan itu. Kotor, kusam dan tak terawat, model rumah itu seperti rumah model kuno peninggalan jaman penjajahan belanda. Di samping rumah itu menjulang pohon asem yang begitu besar, aura mistis semakin terasa ketika Varis mulai melangkah mendekati pintu masuk. "Sudah lama aku tak melihat rumah semacam ini, tetapi sepertinya memang makhluk yang ada di sini cukup kuat, auranya sampai membuat ku sedikit terganggu," ucap Varis yang semakin penasaran dengan isi yang ada di dalam rumah itu. Jam masih menunjukkan pukul 14.30 waktu setempat, tetapi suasana di sekitar rumah itu seperti sudah hampir gelap. Tiba-tiba angin menyapu halaman yang ada di sebelah kiri ke kanan, bahkan angin itu membuat Varis harus menutup wajahnya. Karena tak ingin terkena hempasan debu dan sampah yang ada di luar, Varis akhirnya memasuki rumah itu. Ruangan gelap dan dinding yang sudah terkelupas ditambah lagi atap langit-langit yang sudah jebol memperkuat kesan mistis ketika memasukinya. Varis mengedarkan pandangannya dan mulai menilai satu persatu hal yang ia lihat. "Wah rumah yang bagus, seharusnya rumah seperti ini dirawat agar bisa kembali cemerlang, seandainya aku bisa mengubah rumah ini, mungkin aku akan leluasa menonton Lisa tanpa takut privasiku terganggu," ucap Varis yang hanya memikirkan tentang Lisa. Benar sekali, dia adalah seorang pria yang m***m, bahkan berkali-kali ia terkena tamparan rekan kerjanya karena sering meminta foto celana dalam yang dikenakan rekan kerjanya itu. Ia sangat termotivasi dengan belahan d**a dan paha seorang perempuan yang seksi, baginya hal itu adalah kebahagiaan tiada tara. "Baiklah kali ini akan ku rombak tempat ini menjadi istana fantasiku tiada tara, untuk menghasilkan sebuah karya yang luar biasa aku harus bekerja ekstra," ucap Varis mulai membersihkan tempat itu. Ketika Varis hendak merapikan potongan kaca yang berserakan tiba-tiba sesosok menyeramkan muncul di balik punggungnya. Makhluk itu mempunyai mata merah menyala dengan gigi taring yang keluar dari mulutnya, rambutnya panjang menjuntai ke lantai, iblis itu menggunakan sebuah kain merah untuk menutupi tubuhnya. Varis membalikkan tubuhnya dan sekarang mereka saling bertatap wajah. "Kuntilanak merah? bagus sekali, aku memang butuh bantuan di sini," ucap Varis terlihat bahagia. "Eh?" kuntilanak merah itu merasa keheranan dengan yang dilakukan Varis, bukannya takut tetapi ia malah meminta bantuan pada kuntilanak merah itu. "Hei kenapa kau diam? ayo bantu aku, aku tak mungkin membereskan ini sendirian, lagipula inikan tempatmu, kenapa tak kau urus? sini aku beritahu, perempuan iti tidak boleh malas, nanti jodohnya susah loh," Varis malah menceramahi kuntilanak merah itu dan nampak tidak ketakutan sama sekali. "Sial, apa yang kau lakukan? Kenapa menyuruhku? Seharusnya kau takut padaku? Apa kau sedang menantangku?" ucap Kuntilanak merah itu merasa dilecehkan, bagaimana bisa seorang manusia tidak takut terhadap penampilannya yang menyeramkan itu. "Hah? Kau ini bicara apa? Untuk apa aku takut padamu? Lagipula kau itu tak menyeramkan, daripada berdebat lebih baik kau bantu aku," ucap Varis semakin memaksa kuntilanak merah itu. "Sial kau, kau meremehkanku dasar manusia, apa kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah setan yang sudah membunuh ribuan orang yang melintasi jalan ini, beberapa manusia memberikanku sesajen dan menyembahku, dan kau lancang sekali menyuruhku mengikuti perintahmu," ucap Kuntilanak merah itu nampak marah, sekarang matanya terlihat bersinar terang dan ekspresi wajahnya begitu menyeramkan. "Dasar wanita, mau manusia ataupun makhluk halus, mereka sama saja, dasar makhluk egois, padahal aku sudah meminta dengan baik-baik loh," ucap Varis yang terlihat melemparkan ekspresi datarnya. Kemudian aura di dalam rumah kosong yang tak terawat itu mulai mencekam, kuntilanak merah melebarkan tangan-tangannya, kemudian dari kedua tangannya keluar cahaya berwarna merah yang perlahan semakin membesar. Nampaknya sekarang ia menyeringai karena sebentar lagi manusia itu akan mati ditangannya. "Hahaha, kau takkan bisa lari, sekarang semua pintu keluar di sini telah terhubung dengan dunia lain, itu artinya tak ada jalan untuk kau kabur," ucap kuntilanak merah dengan sangat bahagia dan percaya diri. Sekarang area itu sudah seperti dunia lain yang hanya gelap gulita diselimuti asap yang keluar dari si kuntilanak merah. Tetapi ekspresi Varis sepertinya masih terlihat datar, bahkan sekarang ia malah terlihat duduk di lantai, mungkin ia kelelahan berdiri. "Tak pernah ada yang bisa selamat dari bola api energiku ini, seorang iblis yang memiliki usia 4000 tahun sepertiku sudah selayaknya memiliki kemampuan seperti ini," ucap kuntilanak itu. "Mengoceh terus, aku jadi pusing, daripada berceloteh tak jelas, lebih baik kau berubah wujud jadi hantu wanita yang cantik dan seksi agar bisa menemaniku ditempat ini, dengan begitu aku juga akan merasa senang bukan, hahaha." Lagi-lagi Varis hanya melontarkan candaannya kepada kuntilanak merah dan tak gentar sedikitpun, malah ia merasa si kuntilanak merah hanya membuang-buang waktunya. "Dasar sial, rasakan ini, bola api energiku, kau akan hangus terbakar dalam sekejap." Bola api itu ia lemparkan tepat ke arah wajah Varis dan seketika meledak di kepala Varis. Kini kuntilanak itu terlihat tertawakan sekencang-kencangnya, menandakan bahwa ia telah berhasil melenyapkan Varis. Namun tiba-tiba kejadian tak terduga pun terjadi. "Hah? bola api energi? apa maksudnya itu, bahkan Korek api saja lebih panas dari bola api energimu," ucap Varis yang kini nampak berdiri dan mengacungkan dua jari tangan kanannya ke arah kuntilanak merah. "Apa? tidak mungkin, aku adalah iblis berusia 4000 tahun, ilmuku sudah sangat tinggi, bagaimana manusia seperti dia tak merasakan efek apapun?" ucap kuntilanak merah merasa keheranan dan nampak gelisah. "Kalau begitu aku akan mengeluarkan seluruh kemampuanku, bola api energi tingkat lanjut, bola api yang lebih panas dari matahari," ucap kuntilanak itu lalu mengangkat kedua tangannya ke atas dan menciptakan sebuah bola api berukuran raksasa. "Rasakan ini, bola iblis api!" bola api itu ia lemparkan lagi ke arah Varis. Lalu Varis mengarahkan jari-jarinya itu ke arah bola api yang datang menghampirinya. Dengan satu ayunan tangannya bola api itu terbelah dan lenyap, begitu pula tubuh si kuntilanak merah yang ikut terbelah menjadi dua bagian. "Pensucian," kata itu terlontar dari mulut Varis ketika telah berhasil melenyapkan bola api dan memotong tubuh kuntilanak menjadi dua bagian. "S-siapa kau sebenarnya? bagaimana kau bisa mengalahkanku hanya dengan satu tebasan tangan," ucap kuntilanak merah yang kemudian lenyap dari hadapan Varis. Seketika tempat itu kembali seperti semua, sudah tak ada lagi kabut asap ataupun ruang hitam yang baru saja terasa dunia lain. Varis menarik napasnya dan meneruskan aktivitas bersih-bersihnya itu. Ketika ia mengistirahatkan tubuhnya sejenak di atas sofa, tiba-tiba ruangan itu berubah menjadi bersih seperti rumah yang baru saja diperbaiki. Satu makhluk halus lainnya menampakkan wajahnya di sebelah kanan ruangan tempat Varis yang sedang terduduk. Varis tidak merasa heran dengan kejadian semacam itu, baginya ini adalah salah satu kemampuan jin tingkat tinggi dan sepertinya jin itu ingin berinteraksi dengannya. "Jika dirasakan dari auranya, sepertinya ia jin yang baik hati, dia bukan jin yang jahat yang biasa disebut dengan iblis," ucap Varis lalu mengarahkan kepalanya ke arah kanan. Jin itu semakin mendekati Varis lalu ia berbicara kepadanya. "Siapa kau sebenarnya? energimu cukup kuat, bahkan kau membawa beberapa pengawal yang sangat kuat dan tua," tanya Jin itu penasaran, jin itu berpenampilan seperti seorang wanita dengan paras yang sangat cantik dan tubuh yang sangat indah menawan. Varis dengan ekspresi datarnya itu sebenarnya tidak pernah peduli dengan makhluk halus yang ada di depannya, tetapi karena ia bukan manusia yang tak memiliki adab, akhirnya Varis sedikit berbincang dan meminta ijin untuk tinggal di sana sembari mencari pekerjaan baru. "Jadi kau penunggu rumah ini? aku harap kau tak menggangguku di sini, dan aku akan meminta ijin untuk tinggal di sini," ucap Varis kepada makhluk itu. "Jawab pertanyaanku terlebih dahulu, siapa sebenarnya dirimu?" ucap Jin itu memaksa Varis mengakui siapa sebenarnya dirinya. "Sepertinya kau cukup berpengetahuan untuk urusan ini, sepertinya kau bukan jin sembarangan. Berapa usiamu saat ini? apa kau yang terkuat? karena aku merasakan energi besar menyelimuti rumah ini." Varis kini menunjukkan ekspresi seriusnya. "Tidak, dulu aku memang yang terkuat, tetapi setelah makhluk itu muncul di sini, dia membuat seisi rumah ini menjadi ketakutan dan terpaksa menuruti semua perintahnya, alasan banyak yang meregang nyawa di sekitar sini adalah karena dia," ucap Jin wanita itu sangat serius. Varis tidak serta merta mempercayai Jin itu, karena bagaimanapun makhluk semacam itu sangat pandai dan lihai dalam tipu daya. Ketika Varis sedang memikirkan sesuatu, tiba-tiba Jin wanita itu hilang lalu kabut hitam kembali muncul dari balik ruangan sebelah kanan. "Eh kemana dia? wah menarik, sepertinya aku memancing makhluk kuat itu keluar. Ya, ampun padahal aku sudah tidak ingin berurusan dengan dunia seperti ini lagi."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD