Chapter 4: Pulang

1142 Words
Sudut Pandang Yuriska Novita.   Aku berpisah dengan Chan di depan lobi Pasific Place. Hatiku sebenarnya belum rela untuk berpisah dengan pria setampan dirinya. Apalagi setelah mengetahui kejeniusan otaknya, aku benar-benar semakin mengaguminya. Mungkin orang ini bisa membantuku untuk menguak kasus yang terjadi pada kakak perempuanku, Rosalia.   Aku perlu mendekati Chan dan menjadikannya sekutuku.   Di halte bus, aku berdiri di tengah antrian yang penuh sesak. Hari ini begitu ramai orang di halte, jadi aku berusaha untuk berada di depan. Setelah beberapa saat berdiri, keringat mengucur di wajahku. Aku mengambil tisu dan mengelap wajahku. Kulirik papan pemberitahuan kedatangan bus, masih lima menit lagi untuk bus yang kutunggu datang ke halteku. Kuputuskan untuk membuang sampah terlebih dahulu.   Ketika aku berbalik, yang kulihat adalah d**a bidang seksi milik seorang pria muda yang sepertinya familiar. Ketika kuangkat wajahku, jantungku langsung berdebar kencang!   Chan? Mengapa tiba-tiba dia ada di hadapanku?   Aku menyapanya sambil membuang sampah. Dia terlihat tidak begitu nyaman kusapa. Aku tidak terlalu berani mengajaknya bicara. Jangan sampai Chan merasa risih dan kabur dariku. Aku masih membutuhkannya sebagai sekutuku kelak.   Ketika Bus tiba, aku langsung masuk dengan berdesak-desakan ke dalam bus. Aku terhimpit dan hampir saja aku protes karena tubuh pria yang di depanku begitu menempel erat padaku. Ketika aku menengok ke atas, ternyata itu Chan. Dia bahkan tidak sadar aku berada tepat di depannya. Jadi, kuurungkan niatku utuk menegurnya. Lagipula, kondisi ini bukan salahnya, busnya terlalu sesak.   Aku hampir tiba di tujuan. Aku hendak meminta Chan bergeser sedikit untukku bergerak ke arah pintu, namun sopir bus mengerem mendadak sehingga aku hampir jatuh. Untung Chan segera menangkapku, tapi dia tidak sadar kalau kakiku terinjak olehnya. Aduh! Sakitnya bukan main!   Aku berusaha keluar dari bus dengan terpincang-pincang. Tidak enak meminta tolong pada Chan. Aku bisa mengurus diriku sendiri meski jari-jari kakiku mungkin patah habis diinjak Chan. Namun mendadak, dia merangkulku dan membantuku berjalan. Aku tidak menolak pertolongannya.   Namun ketika tidak sengaja kulihat resletingnya terbuka dengan tonjolan yang sangat terlihat itu, ditambah dengan rembesan air di sekitarnya, dan alasan yang tidak masuk akal, mendadak aku ilfil dengan Chan.   Huh, semua laki-laki sama saja! m***m! Aku berubah pikiran. Mungkin bersekutu dengan Chan bukan ide yang bagus.   “Chan, sudah sampai! Tidak apa-apa aku bisa sendiri. Makasih udah dianterin!” kataku pada Chan di depan rumahku.   “Aku boleh numpang ke toilet nggak? Udah kebelet dari tadi di tahan. Abis itu aku pulang kok. Naik taksi online,” jawab Chan meringis kikuk.   “Oke, boleh,” kataku singkat sambil membuka pintu gerbang. Dengan tertatih-tatih aku membuka pintu rumah.   Chan langsung lari ke toilet. Sepertinya dia benar-benar udah kebelet. Kasihan juga. Aku mengambil es batu untuk mengkompres kakiku yang nyut-nyutan.   Chan keluar dari toilet dengan wajah lega.   “Terima kasih. Eh, boleh bagi minum?” tanya Chan.   “Ambil sendiri,” kataku.   “Yang lain belum pulang?” tanya Chan sambil mengambil gelas di rak, lalu mengisi air di dispenser.   “Aku tinggal sendiri,” jawabku pada Chan.   “Ini rumah kamu?” tanya Chan.   “Iya, Rumah Warisan.”   “Oh, gitu. Kaki kamu gimana?” tanya Chan prihatin.   “Sebentar juga sembuh. Katanya mau cari taksi online?” jawabku cuek.   “Oh, iya!” kata Chan sambil memencet aplikasi taksi online di layar sentuhnya.   “Udah dapet nih. Beneran nggak apa-apa kamu ditinggal sendirian?” tanya Chan.   Aku mengangguk. Tidak lama datang taksi online yang membawa Chan pergi.   Aku membuka Linkedin dan mencari informasi professional mengenai Chan di sana. Namun, aku tidak berhasil menemukan informasi apa-apa mengenai Chan. Sepertinya dia tidak punya akun Linkedin yang menunjukkan profilnya sebagai pekerja kantoran.   Aku menghela napas.   ***   Chan menghela napas di dalam taksi online. Dia menyadari kalau Yuri menjaga jarak dengannya. Ini salahnya karena tidak bisa mengontrol tubuh bagian bawahnya. Pasti Yuri salah paham dan mengiranya pria m***m. Well, ada benarnya juga sih!   Memang sejak kembali ke Jakarta, Chan belum pernah berhubungan intim dengan wanita manapun lagi. Dia ingin focus dengan penyelidikannya sesegera mungkin. Wanita adalah pengalih perhatian yang tidak dia butuhkan saat ini. Namun karena sudah lama tidak menyalurkan gairahnya, Chan mudah terpancing oleh hal kecil. Akibatnya sekali terpancing, Chan sulit menahan gairahnya yang menggebu-gebu. Yuri berhasil memancing gairah Chan tanpa disengaja.   Chan melirik ke ponselnya. Andrew baru saja tiba di Jakarta dan sudah berada di The Plaza Residence Sudirman tempat Chan tinggal. Chan sudah memesan unit suite seluas 308 meter persegi sebagai basis kantor dan tempat tinggal sementara untuk timnya di Jakarta. Untuk dirinya, dia memesan unit 1 bedroom residence seluas 80 meter persegi di tempat yang sama. Harga sewanya kamar-kamar itu di atas USD 4500 per bulan.   The Plaza Residence memiliki interior sekelas hotel bintang lima standar internasional. Fasilitasnya pun lengkap dan mewah. Dalam kompleks yang sama ada restoran yang menyajikan makanan hotel skala internasional. Chan tinggal memilih apakah dia ingin masakan jepang, korea, barat, atau local.   Akses wifi super kencang dan ada fasilitas fitness yang diperlukan Chan untuk membentuk tubuhnya tetap fit. Tidak jauh dari sana ada supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan. Jika membutuhkan pakaian dan barang mewah lainnya, Chan tinggal memilih mal mana yang perlu dikunjunginya. Semua tersedia lengkap.   Alasan untuk memilih lokasi ini mudah. Area ini terhubung oleh jalur stasiun MRT bawah tanah. Sedangkan kantor Gemilang Gelora berlokasi tepat di seberang jalan. Chan cukup berjalan kaki bila ingin ke kantornya. Kepada orang-orang dia bisa mengatakan bahwa dirinya pulang pergi naik MRT. Tidak akan ada yang menyangka kalau dia sebenarnya tinggal di The Plaza Residence.   Harga sewa The Plaza Residence setinggi langit, berkali kali lipat dari gaji Chan sebulan di perusahaan Gemilang Gelora. Tentu saja tidak akan ada yang berpikir kalau Chan tinggal dan membawa timnya ke sana. Lagipula, Chan berusaha untuk memilih pakaian yang umumnya digunakan pegawai kantoran biasa, meskipun kebiasaannya untuk tampil bergaya tetap terlihat.   Ketika Chan tiba di The Plaza Residence, Andrew sudah tiba dan membereskan barang-barangnya. Wajahnya tampak kusut karena jetlag akibat perjalanan jauh dari USA.   “Hey, Chan. Dari mana? Selera loe mewah,” kata Andrew memuji.   “Pasti, dong! Yang lain kapan tiba?” tanya Chan.   “Nanti malam dan besok. Kasih kami waktu untuk tidur dan merapikan barang-barang, Chan. Setelah jet lag hilang, kita atur rencana,” kata Andrew, partner bisnis sekaligus teman baik Chan sejak di Stanford University.   “Oke, aku mengerti. Selama kalian tidur dan bersiap-siap, gue akan meneruskan penyelidikan dan membuat persiapan untuk kalian lanjutkan nantinya,” jawab Chan dengan senyum dingin.   “Berapa lama rencana loe untuk di sini?”   “Tiga bulan, paling lama enam bulan. Setelah itu kita balik ke USA,” kata Chan.   “Loe yakin mau jalani rencana ini? Kita mungkin berhadapan dengan pebisnis underworld yang berbahaya,” kata Andrew khawatir.   “Ya, Gue perlu menemukan kebenaran di balik kematian Kakek, Drew. Kalau loe ragu, sebaiknya mundur dari misi ini sekarang. Gue nggak akan marah. Tapi kalau loe memutuskan ikut, maka kamu perlu tahu risiko terburuk dari misi ini,” kata Chan serius.   “Ya, Chan. Gue udah di sini untuk loe. Jadi nggak ada kata mundur. Sesuai keinginanmu. Gue mau tidur dulu,” kata Andrew.   “Ya, tidur dulu. Thanks, bro,” jawab Chan sambil beranjak pergi dari suite residence kembali ke kamarnya.    ******* Halo, bantu author masukin library MY SEXY IT GUY versi Inggris ya, karena sedang lomba. Terima kasih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD