bc

Journey of the Dragon

book_age18+
96
FOLLOW
1K
READ
revenge
brave
self-improved
drama
YA Fiction Writing Contest
bxg
friendship
superpower
reckless
like
intro-logo
Blurb

( VERSI INDONESIA)

Di suatu benua yang dikuasai oleh dua Kerajaan besar, banyak konflik dan tragedi yang terjadi di benua tersebut, diantaranya penculikan, p********n, pembantaian, juga perang yang terjadi antara dua kerajaan. Dengan berbagai kekuatan serta kemampuan spesial yang dimiliki oleh para tokoh hebat disana, menjadikan kisah ini begitu kompleks untuk diikuti. Namun tenang saja, karena dalam kisah ini kita hanya akan berfokus pada seorang murid pandai besi yang bernama "Dragon", dia pergi berpetualang untuk mencari orang yang telah membunuh gurunya, dan di sepanjang perjalanan nya itu, dia akan menemui banyak rintangan serta hal-hal yang dapat menyingkap tabir misteri dari setiap kejadian di benua tersebut. Juga mengenai rahasia besar yang disembunyikan oleh gurunya. Ikuti kisahnya yang seru hanya di aplikasi dreame.

chap-preview
Free preview
Chapter one : The sorcerer task
 Di sebuah Benua yang bernama Negeri Azhuloth. Awalnya Terdapat tiga Kerajaan besar yang masing-masing mendominasi berbagai wilayah di Benua tersebut. Yakni Kerajaan Nexus, Kerajaan Fulcan, dan Kerajaan Distra. Ketiga Kerajaan itu saling menjaga hubungan baik satu sama lain, sehingga Seluruh penghuni Negeri Azhuloth dapat merasakan kehidupan yang damai dan tentram. Namun Negeri Azhuloth pernah mengalami suatu krisis besar, yaitu ketika seorang Penyihir hitam yang kuat bernama Darkros muncul dan menebar teror dimana-mana, dengan cara menyerang dan mengambil alih kekuasaan dari setiap wilayah yang ada di Negeri Azhuloth. Oleh karena itu dia menjadi ancaman yang begitu besar bagi kedamaian serta ketentraman di seluruh Negeri, kedudukannya yang semakin tinggi dan kuat juga membuat dirinya jadi begitu berani untuk melawan tiga Kerajaan besar yang ada di Negeri Azhuloth. Dan jika dia sampai berhasil menaklukan ketiga Kerajaan tersebut,maka Negeri Azhuloth akan benar-benar berada di genggaman tangannya.  Darkros dan para prajuritnya ibarat bencana yang sangat meresahkan bagi seluruh penduduk di Negeri Azhuloth, terutama bagi tiga Kerajaan besar yang pada waktu itu sudah kehilangan banyak sekali wilayah kekuasaan, serta para Kesatrianya yang kuat. Apalagi Darkros mempunyai delapan anak buah khusus yang memiliki kekuatan luar biasa, mereka tergabung dalam kelompok yang diberi nama Emperors unity. Dibawah kepemimpinan Darkros, Mereka dapat berguna untuk menyebarkan teror dimana-mana, menguasai banyak Desa serta Kota-kota besar. dan membunuh para Kesatria yang bertugas sebagai pelindung bagi seluruh penduduk Negeri. Di kala itu tidak ada yang mampu untuk menghentikan tirani Darkros.  Hingga kemudian, Raja dari Kerajaan Nexus yang bernama Velodros, beserta Jenderal dan beberapa pasukan, pergi berkelana untuk mencari seorang Kesatria hebat yang dijuluki “Kesatria naga”, Kesatria itu disebut-sebut bisa menandingi kekuatan Darkros, namun kini keberadaannya sudah hilang dan lama tak terdengar semenjak dia kehilangan istrinya bertahun-tahun lalu. Dalam perjalanannya itu Raja Velodros juga mengumpulkan para Kesatria lain yang siap untuk ikut berjuang bersamanya melawan Darkros.  Setelah melalui perjalanan serta perjuangan yang teramat sulit, Raja Velodros berhasil menemukan keberadaan Sang Kesatria naga dan mengajaknya untuk ikut melawan Darkros. Lalu peperangan besar pun terjadi di Kerajaan Nexus antara pasukan Darkros melawan pihak Kerajaan Nexus, yang berlangsung sangat dahsyat dan sengit, hingga pada akhirnya Raja Velodros bersama pasukannya juga dibantu oleh para Kesatria pemberani, berhasil mengalahkan Darkros dan pasukannya yang telah berani menyerang Kerajaan Nexus. Lalu Beberapa anggota dari Emperors unity juga telah berhasil dikalahkan, walaupun sebagian dari mereka akhirnya kabur.  Setelah kemenangan besar yang telah diraih oleh Kerajaan Nexus tersebut, maka ancaman dari kekuatan jahat Darkros telah berhasil dihentikan, kehidupan di Negeri Azhuloth pun dapat kembali damai dan tentram seperti sedia kala.  Akan tetapi enam anggota Emperors unity yang tersisa, tidak akan berdiam diri begitu saja, karena sebelum Darkros benar-benar musnah, dia membagi kekuatannya menjadi 8 untuk disemayamkan ke dalam masing-masing tubuh para anggota Emperors unity, sehingga mereka mendapatkan keabadian. Dan tentu saja mereka berenam memiliki satu tujuan yang sama, yaitu akan mencoba berbagai cara supaya bisa membangkitkan Tuan mereka kembali, agar dapat bersama-sama menguasai Benua besar, yang bernama Negeri Azhuloth. Akankah mereka berhasil? Ataukah akan ada seorang pahlawan penerus yang bisa menghentikan rencana jahat mereka? Ikuti terus kisahnya ya.  23 tahun kemudian setelah kejadian perang besar melawan Darkros.  Dalam kurun waktu tersebut, Ketiga Kerajaan besar membangun pertahanan, persenjataan, serta pasukannya hingga terus berkembang begitu pesat menjadi lebih kuat. Masing-masing Kerajaan memiliki kebijakan serta peraturan ketatnya tersendiri, namun meskipun begitu, hubungan diplomasi diantara tiga Kerajaan tersebut, masih terjalin dengan harmonis, seperti saling melengkapi satu sama lain. Hingga pada suatu ketika, suatu malapetaka yang besar pun terjadi. Dua Kerajaan besar, yakni Kerajaan Distra dan Kerajaan Fulcan melangsungkan peperangan, dikarenakan adanya perselisihan diantara kedua belah pihak Kerajaan tersebut. Banyak orang-orang tidak bersalah yang menjadi korban dalam peperangan tersebut, mereka harus kehilangan tempat tinggalnya beserta orang-orang yang mereka sayangi, selama peperangan terus berlangsung.  Peperangan dipicu oleh suatu masalah, yakni ketika Putri dari Kerajaan Fulcan menolak untuk dinikahkan dengan Pangeran dari Kerajaan Distra, lalu meninggalnya para diplomat serta utusan dari Kerajaan Distra dengan cara kematian yang tidak wajar, ditambah dengan kejadian bunuh dirinya Pangeran dari Kerajaan Distra diduga karena depresi mengenai rencana perjodohan yang telah gagal tersebut, ditambah adanya orang yang mempengaruhi kedua belah pihak supaya hubungan di antara dua Kerajaan tersebut menjadi semakin memanas. Serta banyak lagi kejadian-kejadian janggal lain, yang menjadi alasan bagi Kerajaan Distra dan Kerajaan Fulcan untuk saling berperang.  Kedua belah pihak mengalami kerugian yang besar selama masa peperangan. Hingga pada akhirnya Kerajaan Fulcan berhasil ditundukan dan dikuasai oleh Kerajaan Distra. Seluruh anggota keluarga Kerajaan Fulcan dibantai, sedangkan seluruh wilayah Kerajaannya dihancurkan hingga luluh lantah. Kini sudah tidak ada lagi yang disebut sebagai Kerajaan Fulcan. Kerajaan itu sudah benar-banar hancur, sehingga seluruh wilayah yang menjadi bagian dari Kerajaan Fulcan, kini sudah tidak lagi memiliki ibu kota, dan tidak terikat pada Kerajaan manapun.  Sedangkan di Kerajaan Distra, nasibnya lebih parah lagi. Ternyata selama ini salah satu anggota Emperors unity yang bernama Gold one lah yang telah mengadu domba kedua Kerajaan tersebut, dia menyamar sebagai bagian dari penduduk di Kerajaan Distra, lalu dia berhasil mendapatkan gelar bangsawan dan akhirnya juga berhasil menjadi penasehat Raja, Kemudian dia membuat banyak skenario supaya dapat mengadu domba kedua Kerajaan besar tersebut.  Disamping itu dia juga memiliki banyak sekali orang-orang berpengaruh yang tunduk dan setia kepadanya karena diberi harta berlimpah, serta sejumlah prajurit rekrutan yang siap bertarung demi dirinya. Gold one melangsungkan aksi pemberontakan, ketika Raja Distra sedang bertempur dengan seluruh pasukannya di Kerajaan Fulcan. Sehingga Ibukota Kerajaan Distra menjadi lemah karena ditinggal oleh Raja beserta hampir seluruh pasukannya pada waktu itu. Dengan posisi Gold one yang berada di dalam Istana, Kerajaan Distra dapat diserang dengan mudah dari dalam, dengan bantuan dari para anak buahnya yang berjumlah sangat banyak, Gold one dapat membantai seluruh anggota keluarga Kerajaan Distra yang ada di dalam Istana, dan akhirnya berhasil mengambil alih kekuasaan.  Sementara itu, ketika Raja Distra telah berhasil menguasai Kerajaan Fulcan, dan menyelesaikan semua urusannya disana, maka para anggota Emperors unity lainnya, yakni Heatless, Grim claw, dan Night crow, datang ke Ibukota Kerajaan Fulcan sesuai dengan arahan dari Gold one. Night crow dan Grim claw diperintah untuk menghabisi seluruh pasukan Distra, serta membunuh Raja Distra, Sedangkan Heatless mendapat tugas untuk menghancurkan serta membinasakan seluruh Ibukota Kerajaan Fulcan hingga luluh lantah, dan menyisakan sejumlah orang untuk menjadi saksi hancurnya seluruh tempat tersebut, sehingga akhirnya Raja Distra ikut dibumi hanguskan bersama seluruh Ibukota Kerajaan Fulcan.  Alhasil Kedua Kerajaan besar tersebut benar-benar mengalami kehancuran serta kerugian besar yang disebabkan oleh ulah para anggota Emperors unity, terutama Gold one. Dan kini Gold one telah berhasil mengambil alih kekuasaan, dan merebut posisi sebagai Raja baru di Kerajaan Distra.  Kerajaan Nexus tidak dapat berbuat banyak akan hal itu, dan tidak bisa ikut campur lebih dalam terhadap perseteruan di antara kedua Kerajaan tersebut. Karena jika Kerajaan Nexus sampai terlibat lebih jauh, maka bisa-bisa Kerajaan Nexus juga akan ikut terseret ke dalam peperangan, dan jika hal itu terjadi, maka akan mengakibatkan seluruh Negeri Azhuloth berada dalam kehancuran sepenuhnya.  Jadi saat ini, di Negeri Azhuloth hanya ada dua Kerajaan besar yang tersisa. Satu adalah Kerajaan Nexus, dan satunya lagi adalah Kerajaan yang sekarang telah dimiliki oleh Gold one. Sedangkan Kerajaan Fulcan kini sudah lenyap dalam peta, keberadaannya hanya menyisakan tumpukan puing-puing bangunan yang sangat luas di Negeri Azhuloth, dan hal itu telah menjadi saksi bisu dari peperangan besar yang telah terjadi di antara Kerajaan Distra dan Kerajaan Fulcan, yang didalangi oleh Emperors unity.  2 Tahun setelah kejadian perang besar antara Kerajaan Distra melawan Kerajaan Fulcan.  Kini sudah 2 tahun berlalu sejak terjadinya peperangan besar antara Kerajaan Distra dan Kerajaan Fulcan. Itu sama artinya dengan sudah 25 tahun sejak terjadinya penyerangan pasukan Darkros terhadap Kerajaan Nexus. Sekarang Keadaan di Negeri Azhuloth telah mulai berangsur-angsur membaik, walaupun masih ada beberapa konflik perebutan wilayah yang dulunya adalah bagian dari wilayah Kerajaan Fulcan. Disamping semua hal itu, sekarang belum ada lagi tragedi-tragedi besar di Negeri Azhuloth, semuanya tampak berjalan dengan normal, orang-orang menjalankan rutinitasnya masing-masing seperti biasa. Dan sekarang, cerita yang sesungguhnya akan segera dimulai, kisah dari seorang pria biasa yang memiliki takdir besar yang menunggunya.  Pada sore hari, di dalam sebuah Bar yang terletak di suatu Desa kecil. Suara yang berisik dan sangat keras terdengar sampai keluar Bar tersebut, karena di dalamnya sedang dipenuhi oleh para laki-laki berwajah garang yang sedang bercanda gurau sambil mabuk-mabukan.  Tak lama kemudian, ada sesosok pria yang datang menghampiri Bar tersebut. Ketika dia membuka pintu dan masuk ke dalam, seketika itu juga suasana di dalam Bar itu langsung berubah menjadi hening. Semua orang di dalam sana langsung melihat pria itu dengan tatapan sinis dan mengancam. Tidak ada yang istimewa dari sosok pria itu, penampilannya seperti layaknya seorang pengelana biasa. Rambut panjang berwarna coklat yang diikat, dengan baju lengan pendek berwarna merah dibalut rompi berwarna coklat dan celana panjangnya yang berwarna abu-abu, kantung kecil yang terikat di pinggangnya, juga sebuah pedang di punggungnya.  Pria itu berjalan dengan santainya melewati orang-orang yang sedang duduk sambil memandanginya disana. Dia terus melangkahkan kakinya menuju ke salah satu pria berbadan besar dengan kumis dan janggut lebat yang sedang duduk di pojok ruangan sambil mengunyah makanannya, dengan posisi membelakangi semua orang. Sepertinya orang itu adalah pimpinan dari semua orang berwajah garang yang ada di dalam Bar tersebut.  Setelah berada cukup dekat dengan pimpinan geng tersebut, kemudian pria itu memberikan sebuah pertanyaan, “Permisi, apakah kau adalah orang yang bernama Gunjo?” Setelah itu, orang yang berbadan besar tersebut langsung menghentikan kunyahan di mulutnya lalu menelannya. Dia menoleh ke belakang sambil melihat pria yang baru saja bertanya kepadanya, kemudian dia balik memberikan pertanyaan.  “Ya.. Aku si Gunjo, bandit gunung yang terkenal itu. Siapa kau? Apa kau memiliki urusan denganku?” Sambil tersenyum, pria itu melanjutkan pertanyaannya, “Beruntung sekali aku bisa bertemu denganmu disini, aku memang sedang mencari-cari dirimu. Rumor mengatakan bahwa kau adalah orang yang telah berhasil mengalahkan Night crow, salah satu anggota Emperors unity, apakah itu benar?”   Gunjo langsung saja menjawab, “Ya, itu benar sekali. Aku adalah orang yang telah mengalahkan Night crow, kau pasti adalah orang yang mengagumiku, iya kan?.. kau mau apa? Kau masih terlalu muda untuk bisa bergabung ke dalam geng banditku ini. Jika kau kesini hanya untuk tanda tangan, maka aku akan memberikannya dengan harga 5 keping perunggu. Biasanya aku memberikan harga 10 keping, tapi karena suasana hatiku sedang bagus hari ini maka harganya sedikit kuturunkan.. Buahahaha.”  “Hahahahaha...” Semua anak buah Gunjo yang ada di dalam Bar ikut tertawa.  “Hmm.. Maaf, tapi bukan itu maksudku datang kemari.” Ucap pria tersebut.  “Lalu kau mau apa?” Tanya Gunjo sambil mengerutkan dahinya.  Seketika wajah pria itu berubah menjadi begitu serius, “Night crow adalah seseorang yang sedang kucari ke seluruh wilayah di Negeri ini, karena dia telah membunuh guruku, dia sangat sulit untuk ditemukan, lalu ketika melewati daerah ini, aku mendapat kabar, bahwa seorang bandit rendahan telah mengaku-ngaku bahwa dia telah berhasil mengalahkan Night crow. Maaf, tapi aku tidak percaya.”  “Apa kau bilang??” Gunjo mulai emosi.  “Aku sempat tertawa ketika mendengar kabar tersebut, di sisi lain aku juga sangat marah. Karena.. Hanya akulah orang yang akan mengalahkan Night crow.” Kata pria itu sambil menunjukan sebuah tatapan tajam kepada Gunjo.  “Buahahahaha... hahahah.” Semua orang di dalam Bar menertawakan pria itu.  “Kau ini bicara omong kosong macam apa? Berani-beraninya meremehkanku, memangnya kau siapa? Dan berapa umurmu?” Tanya Gunjo.  “23 tahun.”  “Pulanglah, aku sedang tidak ingin membunuh orang hari ini... Kau beruntung nak.” Kata Gunjo sambil tersenyum sinis, dan kembali melanjutkan makan.  “Bagaimana jika aku berkata, bahwa aku dapat mengalahkan kalian semua yang ada disini, dengan mudah?" Ucap pria itu secara lantang.  “Wah, kau benar-benar cari mati.” Setelah Gunjo mengucapkan kata tersebut, seluruh anak buahnya yang berjumlah 10 orang disana, langsung berdiri sambil mengeluarkan pedang mereka.  Dalam sekejap, pria itu telah berada dalam keadaan dikepung oleh Gunjo beserta para anak buahnya, sehingga para pelayan serta pemilik Bar langsung berlarian keluar. Lalu pria itu mengucapkan beberapa kata lagi, “Bagaimana kalau kita bertaruh. Jika aku kalah, berarti aku mati. Dan jika aku menang, maka kau harus bilang padaku dimana kau pernah bertemu dengan Night crow.”  “Habisi dia!!” Teriak Gunjo tanpa menghiraukan perkataan pria tersebut.  Dua orang musuh mulai maju sambil mengayunkan pedangnya ke arah pria itu, kemudian dia memegangi tangan salah satu musuhnya tersebut, lalu menendang tubuh musuh yang satunya lagi hingga terhempas menghantam meja. Setelah itu dia menyikut wajah musuh yang tangannya sedang dia pegangi, lalu mendorongnya supaya tubuh musuh tersebut dapat menghantam musuh yang lain disana.  Segera setelah itu dia harus menghindari kibasan pedang lain yang terus diarahkan kepadanya, hingga pedang itu akhirnya tertancap pada sebuah tiang kayu yang ada di belakang tubuhnya, kemudian dia memanfaatkan hal tersebut dengan cara meninju wajah musuhnya itu dan mengambil pedang yang tertancap pada tiang kayu tersebut.  Lalu dengan menggunakan pedang milik musuhnya itu, dia berusaha menangkis serangan dan menebas setiap musuh yang mencoba untuk membunuhnya, hingga akhirnya mereka semua tumbang satu-persatu dan tidak tersisa lagi untuk menemaninya bertarung.  Kemudian saat pria itu menoleh ke arah belakang, alangkah terkejutnya dia melihat Gunjo yang telah siap menebaskan sebuah kapak berukuran besar ke arah kepalanya. Maka dengan cepat pria itu segera menunduk dan berguling ke samping untuk menghindari serangan dari kapak Gunjo yang dikibaskan dengan penuh amarah, pria itu sempat menahan tebasan dari kapak Gunjo menggunakan pedang yang ada di tangannya, tapi pedang itu langsung terbelah menjadi dua setelah terkena tebasan dari kapak tersebut. Lalu Gunjo terus mengejar pria itu sambil mengayunkan kapaknya ke segala arah, sehingga seluruh meja dan barang-barang lain di Bar tersebut jadi hancur berantakan.  Dan setelah cukup lama saling kejar-kejaran dengan Gunjo, pria itu segera berhenti berlari dan dengan cepat dia langsung memegang tangan Gunjo sambil menendang kaki Gunjo yang masih dalam keadaan sedang berlari. Sehingga tubuh Gunjo jadi kehilangan keseimbangannya, kemudian pria itu memposisikan tubuhnya sambil terus memegangi tangan Gunjo, supaya dapat memutar dan membanting tubuh Gunjo dengan keras ke lantai, hingga lantai tersebut menjadi hancur setelah tertimpa oleh tubuh besar Gunjo.  Kemudian pria itu mengambil salah satu pedang musuh yang tergeletak di dekat kakinya, dan menyodorkan ujung pedang tersebut ke leher Gunjo, supaya Gunjo tidak berani lagi untuk berbuat macam-macam, sehingga dia akhirnya menyerah kepada pria itu dengan cara membuang kapak yang ada di genggaman tangannya jauh-jauh. Kemudian dia mengajukan sebuah pertanyaan kepada pria yang telah mengalahkannya tersebut.  “Mengapa sejak tadi, kau tidak menggunakan pedang yang ada di punggungmu itu?” Tanya Gunjo.  “Oh ini ... Aku hanya, tidak ingin menggunakannya. Ini adalah pedang milik guruku, tiga bulan yang lalu beliau tewas karena dibunuh oleh Night crow. Waktu itu aku mendapati tubuh guruku sedang terkapar dalam keadaan bersimbah darah ... Sebelum meninggal, beliau menyampaikan beberapa patah kata dan memberikan pedang serta beberapa benda pribadinya kepadaku.” Kata pria itu dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.  “Bagaimana kau bisa tahu bahwa yang telah membunuh gurumu itu adalah Night crow?” Tanya Gunjo.  “Saat aku tiba di tempat kejadian, dari kejauhan aku sempat melihat sosok seseorang yang pergi meninggalkan tubuh guruku disana. Orang itu memakai jubah berwarna hitam, dan menunggangi seekor kuda yang juga berwarna hitam.”  “Dan kau yakin bahwa itu adalah Night crow?”  “Ya, tentu saja. Karena kata terakhir yang diucapkan oleh guruku sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya, adalah... Night crow.”  Kemudian Gunjo mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya. “Emm.. Waktu itu, pada suatu malam aku dan para anak buahku sedang berada di dalam hutan untuk mencari orang-orang yang lewat.”  “Kau dan anak buahmu pasti sedang mengintai orang yang kebetulan lewat, untuk dirampok, iya kan?” Pria itu memotong perkataan Gunjo.  “Ehm.. i, iya, saat itu pasti bukan hari keberuntungan kami. Karena secara tidak terduga, orang yang kebetulan lewat disana ternyata adalah Night crow ... saat itu kami semua tidak tahu bahwa dia adalah Night crow, kami kira dia hanyalah orang biasa. Ciri-cirinya persis seperti yang kau katakan, dia memakai jubah berwarna hitam, juga menunggangi kuda yang berwarna hitam pula. Bagian mulut serta kepalanya tertutupi, sehingga kami tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Namun karena kuda yang ditungganginya terlihat gagah sekali, maka aku jadi sangat menginginkannya, jadi aku dan anak buahku tanpa basa-basi langsung menghentikan laju kudanya, kemudian menyerangnya. Tapi...”  “Tapi apa?” Tanya pria itu sambil diliputi rasa penasaran.  “Sosoknya tiba-tiba menghilang dengan sekejap, lalu aku dan seluruh anak buahku langsung ambruk tak sadarkan diri. Rasanya seperti ada sebuah pukulan keras dari belakang yang menghantam kepala kami semua secara bersamaan, pergerakannya sangat cepat sehingga kami tidak punya kesempata untuk melawan. Lalu akhirnya kami semua jadi menghabiskan malam dengan tidur di tempat itu, dan baru terbangun ketika hari sudah mulai siang.”  “Hmm, Jadi itu yang sebenarnya terjadi? lalu kenapa kau bilang kepada semua orang bahwa kau telah mengalahkan Night crow? Bagaimana jika dia mencarimu nantinya?”  “Tentu saja semua itu kulakukan untuk meningkatkan reputasiku, sehingga nanti aku bisa mempunyai banyak anak buah dan kelompokku akan menjadi semakin besar. Lagipula Night crow tidak mungkin memperdulikan orang-orang sepertiku hanya karena telah menggunakan namanya, iya kan?”  “Mungkin dia tidak... Tapi aku peduli. Sekarang Katakan padaku kemana arah dia pergi?” Tanya pria itu lagi kepada Gunjo.  “Waktu itu dia sedang pergi ke arah utara, menuju suatu tempat. Aku yakin sekali dia sedang menuju ke Tebing utara. Tebing itu adalah tempat yang paling ditakuti dan dijauhi oleh banyak orang. Tapi orang seperti Night crow tidak mungkin takut untuk pergi kesana.”  “Orang seperti dia ya? Hmm ... Jika dia memang sedang menuju kesana, maka aku juga akan pergi kesana." Kata pria itu dengan nada tegas.  "Tapi tempat itu sangat berbahaya. Katanya disana tinggal seorang penyihir mengerikan yang senang menculik manusia. Tidak pernah ada orang biasa yang kembali dari sana hidup-hidup." Gunjo memberi peringatan mengenai tempat tersebut.  "Itu bukan masalah bagiku. Terima kasih untuk informasinya.” Ucap pria itu sambil membuang jauh-jauh pedang yang ada di tangannya.  Dia sudah tidak lagi mengancam Gunjo dengan pedang karena semua pertanyaannya telah selesai dijawab, dia sudah mendapatkan semua hal yang ingin dia ketahui dari Gunjo. Maka dari itu sekarang dia memutuskan untuk pergi dari Bar yang sudah dalam keadaan hancur berantakan tersebut, meninggalkan Gunjo beserta para anak buahnya yang sedang terkapar disana. Tetapi sebelum dia mencapai pintu keluar, Gunjo sempat mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya. “Hey.. Bolehkah aku mengetahui siapa namamu?”  Kemudian pria itu menoleh ke belakang sambil menjawab pertanyaan dari Gunjo dengan menambahkan beberapa kalimat. “Namaku Dragon... Jika kau menggunakan namaku untuk mengarang sebuah rumor yang konyol, maka aku pasti akan datang menemuimu lagi.” Ucap Dragon secara tegas.  Gunjo mengangguk sambil menelan ludah, menandakan bahwa dirinya tidak akan berani menggunakan nama Dragon untuk mengarang sebuah kisah konyol demi menaikan reputasi geng banditnya. Gunjo hanya terdiam melihat orang yang telah mengalahkan dirinya serta para anak buahnya itu pergi meninggalkannya.  Dragon keluar dari Bar dan melanjutkan perjalanannya kembali, untuk mencari dan membalas kematian gurunya, terhadap Night crow yang merupakan salah satu anggota dari sebuah kelompok paling berbagahay juga paling ditakuti di seluruh penjuru Negeri Azhuloth. Yaitu, kelompok Emperors unity.  Sudah tiga bulan berlalu semenjak kematian gurunya, dan selama itu Dragon sudah berusaha untuk mencari-cari informasi mengenai keberadaan Night crow, juga mengenai dimana saja tempat Night crow pernah terlihat. Sehingga semakin hari dia semakin yakin bahwa dirinya sudah lebih dekat dengan orang yang menjadi incarannya tersebut.  Beberapa hari kemudian setelah pertemuannya dengan Gunjo, Dragon telah sampai di kaki bukit Tebing utara. Berdasarkan informasi dari Gunjo, Tebing itu adalah tempat yang sangat berbahaya, namun menurut perkataan Gunjo juga, tempat itulah yang sedang dituju oleh Night crow. Maka dari itu Dragon terlihat sangat bersemangat untuk segera menaiki Tebing tersebut. Dia mendongakan kepalanya ke atas supaya dapat melihat puncak dari Tebing yang sangat tinggi itu.  Disamping Dragon ada sebuah papan besar yang bertuliskan semacam tanda peringatan. Yang bertuliskan, “Dilarang memasuki wilayah Tebing. Bagi yang melanggar, maka akan mendapatkan hukuman!”  Kemudian Dragon berbicara kepada dirinya sendiri, “Larangan macam apa itu? Memangnya apa yang ada di atas sana? Setiap orang yang kutemui di sepanjang perjalanan selalu berkata bahwa Tebing ini sangat berbahaya. Yaa, Kalau tidak berbahaya, tentu saja tidak akan seru.” Begitulah ucap Dragon.  Dia mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung yang berada di pinggangnya, yakni seutas tali tambang berukuran kecil. Kemudian dia berbicara kepada tali tersebut, “Maafkan aku ya, karena telah lama menyimpanmu di dalam kantung ini. Sekarang aku benar-benar sedang membutuhkan bantuanmu, kumohon tolong aku.”  Tiba-tiba tali tersebut berdiri sendiri, seperti orang yang baru saja bangun tidur, lalu setelah tali itu mengangguk kepada Dragon, ukurannya tumbuh semakin membesar juga memanjang dan langsung melilit tangan Dragon. Kemudian, Dragon melemparkan ujung tali tersebut ke atas, dan saat telah mencapai bebatuan yang ada di atas, tali itu mengikat dirinya sendiri pada salah satu bebatuan yang terdapat pada bagian atas dinding Tebing.  Dengan begitu Dragon jadi lebih mudah untuk bisa memanjat Tebing tersebut, dan ketika dia sudah sampai di ujung tali yang terikat pada sebuah batu, maka Dragon hanya tinggal melemparkannya lagi ke atas, supaya ujung tali itu dapat mengikatkan lagi dirinya sendiri pada batu yang berada di posisi yang lebih tinggi lagi.  Dengan susah payah, Dragon memanjat Tebing itu dari bawah hingga ke atas, sambil mendapat bantuan dari tali ajaib yang terikat pada tangannya, ditemani oleh hembusan angin kencang serta suara elang yang terdengar sampai ke tempatnya sedang hinggap, dengan keringat yang bercucuran di sekujur tubuhnya. Dragon sudah sampai di separuh perjalanannya menuju ke puncak, tetapi dia sudah terlihat cukup kelelahan.   Walaupun dia sempat berhenti sebentar, Dragon tetap mendaki Tebing yang terjal itu dengan nafas terengah-engah. Dia didorong oleh keinginannya yang kuat untuk bisa segera bertemu dengan Night crow dan membalaskan kematian gurunya. Maka dari itu dengan sekuat tenaga, dia berusaha secara perlahan tapi pasti untuk bisa sampai ke puncak Tebing.  Tak lama kemudian, Dragon telah sampai ke tempat yang dia tuju. Tangannya telah sampai terlebih dahulu dan segera meraih tepian dari puncak Tebing tersebut, lalu Dragon mulai menampakan kepalanya disana untuk melihat pemandangan yang ada di tempat itu. Namun alangkah terkejutnya dia, karena ternyata dirinya telah disambut oleh sekumpulan orang yang langsung menodongkan ujung tombak ke arah wajahnya, ketika dia baru saja memunculkan kepalanya disana.  Orang-orang itu berpakaian seperti para prajurit Kerajaan, tetapi Dragon sama sekali tidak mengenali dari Kerajaan mana mereka berasal. Kemudian Dragon menyapa mereka semua, namun sepertinya mereka tidak menghiraukan hal itu sedikitpun. Lalu seseorang yang tampaknya adalah pemimpin mereka, muncul dan berdiri di hadapan Dragon. Baju yang dikenakannya sama seperti para prajurit disana, yakni armor berwarna hijau yang terlihat gagah dan mengkilap. Orang itu adalah seorang lelaki berbadan tegap dan berambut hitam dengan jambul yang terlihat mencolok, dia mendekati Dragon sambil terus sibuk merapikan jambulnya yang klimis tersebut.  Dia berbicara kepada Dragon. “Apakah kau tidak melihat tanda peringatan yang tersebar di sekitar wilayah Tebing ini? Dasar penyusup!”  “Oh, tanda peringatan itu. Kupikir hanya omong kosong.” Dragon merasa bahwa dirinya tidak bersalah sama sekali. Lalu tiba-tiba mereka semua langsung mendekatkan ujung tombaknya lagi ke wajah Dragon, sehingga Dragon segera tutup mulut kembali.  Dengan menunjukan ekspresi wajah yang semakin marah, pimpinan berjambul klimis itu langsung memerintahkan para anak buahnya untuk mengangkat dan membawa Dragon secara paksa. Tentu saja Dragon sedang dalam kondisi kurang menguntungkan, sehingga dia tidak dapat memberikan perlawanan kepada mereka.  Tak lama kemudian, Dragon dibawa secara paksa dengan keadaan tangan dan kaki yang telah terikat. Sedangkan pedang, kantung serta tali ajaibnya dibawa oleh salah satu prajurit yang mengikutinya dari belakang. Walau sekeras apapun Dragon berontak, dia tetap tidak bisa melepaskan dirinya dari para prajurit tersebut. Mau tak mau dia harus ikut dengan mereka semua melintasi sebuah padang rumput yang cukup luas dan memasuki kawasan yang dipenuhi oleh jajaran pohon pinus. Suasana di sana cukup teduh dan asri.  Dari kejauhan, Dragon melihat adanya sebuah Kastil di tengah-tengah hutan pinus tersebut. Dia masih belum percaya bahwa ada tempat seperti ini di atas Tebing yang telah dinaikinya. Sebuah padang rumput, hutan pinus, dan Kastil yang berdiri kokoh, hal itu membuat Dragon sedikit tertegun dan terkesima.  Para Prajurit itu membawa Dragon masuk ke dalam Kastil tersebut, dia diseret sampai ke sebuah ruangan aula yang cukup megah dan luas, tengkorak dari kepala monster-monster buas terpajang di dinding ruangan itu, serta ada juga beberapa barang antik lainnya. Disana juga terdapat sebuah kursi singgasana yang dihiasi oleh kain hijau yang terumbai di atasnya.  Para prajurit menjatuhkan Dragon ke lantai seperti sedang membuang sebuah karung berisi sampah. “Hey, apa kalian tidak bisa pelan-pelan?!” Dragon berteriak memarahi mereka, tapi mereka tidak mempedulikannya. Disana ada seorang pria yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya pada sebuah tiang. Pria itu terlihat cukup menyeramkan, dia juga mengenakan pakaian yang sama seperti para prajurit yang telah membawa Dragon ke sana, tapi bagian leher sampai ke mulutnya dibalut oleh perban, kedua telapak tangannya juga dibalut oleh perban.  Lalu Pria itu datang menghampiri Dragon yang sedang rebahan di lantai dalam keadaan tangan dan kaki yang terikat, dan ketika dia sedang mendekat, kemudian orang dengan jambul yang terlihat mencolok di samping Dragon mulai berbicara kepada pria yang sedang berjalan mendekati Dragon tersebut.  “Lihat siapa yang kubawa ini Krypt.”  “Kau membawa tangkapan yang bagus kali ini, Mailon.” Ucap pria perban yang sedang mendekat itu.  Nama dari orang yang membawa Dragon ke dalam Kastil dan mempunyai jambul yang mencolok itu rupanya adalah Mailon, sedangkan nama dari orang menyeramkan yang tangan serta mulutnya ditutupi oleh perban itu adalah Krypt.  Krypt minta pada salah satu prajurit yang ada disana untuk menyerahkan pedang milik Dragon kepadanya, setelah itu dia memeriksa setiap lekukan dari pedang tersebut dengan perasaan terpukau, katanya baru kali ini dia melihat senjata yang sebagus ini, di dalamnya pasti mengandung sebuah kekuatan yang sangat besar, maka dari itu dia jadi sangat menginginkannya.  Tapi kemudian dengan beberapa prajurit yang memegangi tubuhnya, Dragon mengamuk sambil berteriak-teriak memaki Krypt supaya tidak menyentuh pedang miliknya tersebut. Bahkan Dragon juga menyuruh Krypt untuk menjauhkan tangannya dari pedang itu. Sontak saja Krypt langsung memukul perut Dragon hingga dia berhenti berontak.  Lalu Krypt berkata, “Kau seharusnya lebih sopan ketika berbicara dengan Tuan rumah... Oh iya, aku dan Mailon bukanlah Tuan rumah dari Kastil ini. Tuan rumah yang sesungguhnya akan segera menemuimu sebentar lagi.”  “Awas saja jika kau tidak menjaga ucapanmu di hadapan Tuan kami!” Ucap Mailon memperingatkan Dragon.  Sepertinya Mailon dan Krypt sangat menghormati orang yang merupakan Tuan mereka tersebut. Lalu mulai terdengar suara langkah kaki seseorang dari sebuah lorong yang ada di ruangan itu. Semua orang yang ada disana seakan terhenyak, ketika melihat kehadiran sosok Tuan rumah sekaligus pemilik Kastil tersebut, yang berjalan menghampiri kursi singgasana seakan-akan tidak ada siapapun yang sedang melihatnya, kemudian dia menduduki kursi tersebut dan segera menyadari keberadaan dari orang-orang yang sedang berada disana, maka dia segera berkata, “Oh, ternyata kita kedatangan tamu.”  Mailon, Krypt dan para prajurit lainnya segera berlutut sambil menghadap ke arah orang tersebut, dia mengenakan jubah tudung yang menutupi hampir seluruh bagian kepalanya, sedangkan wajahnya ditutupi oleh sebuah topeng.  Dragon menatapnya dengan perasaan sedikit cemas, dia menanti apa yang selanjutnya akan terjadi kepada dirinya, tapi dia berusaha untuk meneguhkan hatinya dan akan menghadapi apapun yang akan terjadi. Dengan tatapan yang tajam, Dragon terus memperhatikan orang yang sedang duduk di kursi singgasana tersebut.  Kemudian orang itu mulai berbicara kepada Dragon, “Maaf karena sepertinya para anak buahku tidak memperlakukanmu dengan baik.”  “Jika kau mau minta maaf, maka lepaskanlah aku dari sini.” Ucap Dragon menjawab perkataan dari orang tersebut.  “Dasar kau!” Mailon akan menghajar Dragon, tapi tiba-tiba dia ditegur oleh Tuannya, sehingga Mailon segera berhenti dan kembali berlutut.  “Namaku adalah Stellan Flaur, aku lebih dikenal sebagai Penyihir dari Tebing utara. Seluruh wilayah yang ada di dekat Tebing ini adalah daerah kekuasaanku, dan tanda peringatan yang tersebar di seluruh wilayah tersebut sudah sangat jelas bahwa tidak ada yang boleh menginjakan kaki di sekitar Tebing ini. Bagi yang melanggar maka akan mendapatkan sebuah hukuman yang mutlak dariku.” Kata sang Penyihir tersebut kepada Dragon.  “Hukuman yang seperti apa?” Tanya Dragon.  “Kau harus bekerja padaku untuk selamanya.” Ucap Penyihir itu dengan singkat.  “Apa kau sedang bercanda?” Tanya Dragon yang terlihat tidak terima atas pernyataan tersebut.  “Aku bukanlah seseorang yang suka bercanda, itu akan menodai reputasiku ... Bagaimanapun juga, aku ini adalah salah satu anggota dari kelompok Emperors unity.” Ucapan tambahan yang dilontarkan dari mulut Flaur tersebut, sontak membuat Dragon menjadi sangat terkejut, sehingga mulutnya hanya menganga dan tidak dapat mengatakan apa-apa lagi.  Niat yang awalnya hanya untuk mencari keberadaan Night crow ke atas Tebing utara, tapi malah harus tertangkap oleh para anak buah Penyihir sekaligus penghuni dari puncak Tebing tersebut, ditambah lagi Penyihir itu mengaku bahwa dirinya adalah salah satu anggota dari kelompok Emperors unity, yang berarti dia juga pasti adalah orang yang sangat kuat, dan memiliki koneksi terhadap Night crow, bahkan mungkin juga terhadap Gold one.  Kini Dragon harus dihadapkan dengan takdir yang lain, Yakni dia harus bekerja di dalam Kastil milik Penyihir bernama Stellan Flaur, karena telah memasuki wilayah kekuasaannya tanpa ijin. Dan waktu yang harus dia jalani untuk bekerja di dalam Kastil tersebut adalah selama-lamanya.  Setelah sempat terdiam sejenak karena Flaur sudah mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan kepada dirinya, kemudian Dragon mulai berbicara lagi kepada pemilik Kastil tempatnya sedang disekap tersebut. “Aku tidak percaya kepadamu. Apa buktinya bahwa kau adalah anggota dari Emperors unity?” Dragon mengutarakan keraguannya kepada Flaur.  “Apakah aku harus berlari ke seluruh penjuru Negeri Azhuloth sambil berteriak memberitahu semua orang bahwa aku ini adalah anggota baru dari kelompok Emperors unity? Aku baru bergabung secara resmi sekitar satu tahun yang lalu, dan belum banyak orang yang mengenalku, tapi suatu hari pasti aku akan dikenal juga oleh banyak orang ... Nah, sekarang giliranku bertanya padamu, apa maksud dan tujuanmu datang kesini?” Tanya Flaur kepada Dragon.  “Aku datang ke Tebing ini untuk mencari keberadaan Night crow ... Aku mendengar kabar bahwa dia pernah datang kesini, apakah dia masih berada disini? Jika ada, pertemukanlah aku dengannya.” Ucap Dragon.  Lalu Mailon menyela ucapan dari Dragon tersebut. “Heh, apa yang kau katakan? Kau tidak punya wewenang untuk meminta apapun disini.”  Kemudian Flaur terdiam sejenak sambil mengusap dagunya, lalu dia berkata, “Hmm... Night crow. Dia memang pernah berkunjung kesini sekitar satu bulan yang lalu, tetapi hanya sebentar.”  “Mau apa dia datang kesini?” Dragon mengajukan lagi pertanyaan kepada Flaur.  “Dia datang menemuiku hanya untuk urusan pekerjaan.”  “Katakan dimana dia sekarang!” Dragon berteriak karena emosinya meluap setelah mendengar bahwa Night crow pernah datang kesana, itu artinya Flaur tahu kemana selanjutnya Night crow pergi. Tapi seketika itu juga, setelah Dragon berteriak, Krypt menendang belakang kaki Dragon, sehingga Dragon jatuh dalam posisi berlutut.  “Lancang sekali kau!” Ucap Mailon.  Flaur mulai mencondongkan wajahnya ke arah Dragon, lalu dia berkata. “Kau boleh berteriak ataupun.  mengamuk sesuka hatimu disini, atas dasar keinginanmu yang sangat kuat untuk bisa bertemu dengan Night crow. Tapi ingat satu hal, ini adalah Kastilku, wilayahku, dan kau telah berani memasukinya tanpa ijin. Itu semua sudah cukup menjadi alasan bagi anak buahku untuk dapat membunuhmu sekarang juga, tapi mereka memberimu kesempatan untuk berbincang denganku, jadi aku sarankan sebaiknya kau menjaga sikap.” Ucap Flaur dengan nada yang sedikit tegas.  Dragon hanya terdiam mendengarkan kata-kata tersebut, lalu Flaur mulai melanjutkan perkataannya kembali. “Sekarang jawab pertanyaanku ini. Aku mau tahu, mengapa kau sangat ingin bertemu dengan Night crow?”  Dragon segera menjawab pertanyaan tersebut. “Dia adalah orang yang telah membunuh guruku, aku ingin membalas dendam kepadanya, apapun yang terjadi!!”  Lalu Flaur sedikit mengeluarkan suara tawa dan terdiam sejenak seakan sedang memikirkan sesuatu. Kemudian dia mengangguk, menandakan bahwa dia memahami tujuan Dragon serta maksud dari pertanyaan tersebut. Flaur membayangkan perjalanan yang telah Dragon lalui, hingga dia bisa sampai kemari. Dan mengenai peringatan yang telah diacuhkan oleh Dragon yang melarang orang sembarangan datang ke tempat ini, semua itu Dragon lakukan supaya bisa bertemu dengan Night crow. Maka dari itu, Flaur berpikir mungkin dia dapat memanfaatkan hal tersebut untuk keuntungannya.  “Begini saja, Aku telah mengakui kemampuanmu. Karena pasti kau telah menempuh berbagai macam kesulitan supaya bisa sampai kesini demi bertemu dengan Night crow, namun sekarang dia sudah tidak berada disini lagi. Dia sudah pergi ke tempat lain ... Dan aku dengan senang hati akan memberitahumu, tentang tempat yang sedang Night crow tuju saat ini.” Ucap Flaur kepada Dragon.  “Benarkah?” Dragon terlihat senang sekali mendengar hal tersebut.  “Tapi ada syaratnya. Mari kita buat suatu kesepakatan.” Flaur memberikan sebuah penawaran kepada Dragon.  “Benarkah? Apa syaratnya?” Tanya Dragon dengan perasaan penuh harap.  Namun Krypt segera memotong percakapan mereka berdua, karena dia merasa risih terhadap pernyataan dari Dragon. Krypt mengatakan kepada Dragon bahwa dia tidak mungkin bisa mengalahkan Night crow, dan dia masih terlalu dini 100 tahun untuk dapat melawan Night crow. Kemudian Dragon sedikit tersenyum dan saling bertatap mata dengan Krypt. Dia tidak terima jika disebut bahwa dirinya bukanlah tandingan bagi Night crow. Maka dari itu Dragon langsung mengajukan tantangan kepada Krypt untuk mengetesnya dalam sebuah pertarungan.  Krypt yang merasa tertantang, langsung saja meminta ijin kepada Tuannya untuk dapat melangsungkan pertarungan dengan Dragon saat itu juga, dan tanpa banyak bicara, Flaur menyetujui hal tersebut dengan menganggukan kepalanya. Kemudian Flaur berdiri dari kursi singgasananya dan berkata.  “Boleh juga. Mari kita melakukan sedikit uji coba terlebih dahulu. Lepaskan dia.” Flaur memerintahkan anak buahnya untuk melepas tali yang mengikat tangan serta kaki Dragon. setelah itu Dragon segera berdiri, dia sepertinya sudah agak lebih tenang sekarang dan tidak mau terlalu terbawa emosi untuk meloloskan diri dari tempat itu. Dia menunggu apa yang akan dikatakan oleh Flaur selanjutnya.  “Kau akan melawan salah satu anak buah terbaikku yang bernama Krypt. Jika kau bisa menang melawannya, maka malam ini kau boleh tidur di salah satu kamar mewah yang ada disini. Tetapi jika kau kalah, maka kau harus tidur di tempat yang sudah anak buahku siapkan untukmu... Dan mengenai kesepakatan yang tadi sempat kuucapkan, akan kuberitahukan padamu besok saja.” Ucap Flaur kepada Dragon. kemudian Krypt membungkuk kepada Flaur, menandakan bahwa dia menghormati keputusan dari Tuannya itu. Sedangkan Dragon segera menoleh ke belakang untuk memperhatikan orang yang akan menjadi lawannya tersebut.  Setelah Flaur mengatakan bahwa pertarungan mereka berdua akan dilangsungkan disini sekarang juga. Tak lama kemudian, mereka berdua masing-masing sudah diberikan senjata berupa sebuah pedang biasa. Lalu Mailon menyempatkan diri untuk mengucapkan beberapa kalimat kepada Dragon.  “Kau beruntung karena akan melawan Krypt dengan hanya menggunakan pedang biasa. Kalau saja Krypt menggunakan senjata andalan miliknya, kau pasti akan mati.” Begitulah kata Mailon.  Tetapi Dragon tidak terlalu memperdulikan perkataan tersebut. Baginya dia hanya harus mengalahkan lawan yang saat ini sudah ada di hadapannya saja, untuk menunjukan siapa dirinya yang sebenarnya kepada orang-orang yang telah meremehkannya tersebut. Sambil mengenggam sebuah pedang biasa yang sama persis dengan lawannya, dia tidak memperlihatkan perasaan takut sama sekali, karena Dragon sudah terbiasa menghadapi banyak pertarungan selama hidupnya.  Dia membayangkan masa kanak-kanaknya, Dragon kecil berkeliaran bersama seorang temannya di sebuah Kerajaan besar yang bertabur bunga-bunga mawar. Mereka berdua berkeliaran kesana kemari untuk mencari makanan, baik yang masih baru maupun yang sudah dibuang ke tempat sampah. Ketika itu mereka berdua hanyalah dua orang anak yatim piatu yang tidak memiliki apa-apa, bahkan tempat tinggal pun tidak punya. Mereka berdua bertahan hidup dengan melakukan berbagai pekerjaan, seperti menyemir sepatu, menjadi pemulung, namun terkadang mereka juga mencuri makanan jika benar-benar sedang tidak punya uang.  Bahkan selalu saja ada berandalan yang mengganggu mereka, suatu hari temannya Dragon pernah dipukuli hingga pingsan ketika Dragon sedang tidak bersamanya, lalu Dragon datang dan berkelahi dengan para berandalan tersebut, hingga akhirnya dia menang. Setelah itu tak terhitung berapa banyak perkelahian yang telah dilewati olehnya.  Setelah mereka beranjak dewasa pun, di usia remaja segala macam pekerjaan telah dijalani oleh Dragon dan temannya itu, dari mulai kuli panggul, tukang bersih-bersih jalanan, hingga menjadi seorang petarung bayaran. Dan setelah kehidupan ekonomi mereka sudah mulai membaik, mereka memutuskan untuk bergabung ke dalam pasukan Kerajaan. Lebih tepatnya, mereka berdua menjadi prajurit di sebuah Kerajaan besar yang bernama Kerajaan Fulcan. Ya, dulunya Dragon adalah mantan prajurit di Kerajaan Fulcan, yang kini sudah binasa.  Beralih dari kilasan masa lalunya. Kemudian Dragon kembali memfokuskan dirinya kepada lawan yang sekarang sudah bersiap untuk bertarung dengannya. Dragon harus bisa mengalahkan Krypt supaya dapat membuktikan bahwa dirinya bukanlah seseorang yang bisa diremehkan begitu saja. Maka dari itu Dragon tidak menolak ketika Flaur menyuruhnya untuk bertarung melawan Krypt disana saat itu juga.  Pertarungan pun dimulai, Dragon segera menyerang dari berbagai arah, namun Krypt tampak bertarung dengan tenang, dia menangkis setiap serangan pedang dari Dragon dengan mudah. Tak ada celah bagi Dragon untuk dapat menggores sedikit saja bagian tubuh Krypt. Kemudian Dragon tersadar bahwa dirinya terlalu tergesa-gesa untuk dapat mengalahkan Krypt. Lawan yang sedang dihadapinya saat ini bukanlah seorang prajurit ataupun petarung biasa, juga bukanlah sekelas para bandit yang pernah dia lawan di Bar. Tingkatan kekuatan orang ini lebih dari semua orang yang pernah dia lawan sebelumnya.  Sekarang Dragon mulai lebih tenang dalam menghadapi Krypt. Dengan kecermatan untuk dapat menemukan celah serangan, maka Dragon akhirnya berhasil melayangkan sebuah tebasan yang berhasil mengenai lengan Krypt. Hal itu membuat semua orang yang menyaksikan pertarungan disana menjadi sedikit terkejut.  Lalu Krypt terdiam sejenak sambil mengeluarkan suara tawa dari balik perban yang menutupi mulutnya. Sepertinya sekarang dia memutuskan untuk mulai bertarung dengan serius. Kemudian Dragon kembali menyerangnya lagi supaya dia bisa segera memenangkan pertarungan itu, namun kini Krypt tidak hanya menangkis serangan-serangan pedang dari Dragon. Krypt juga membalas serangan-serangan dari Dragon dengan keras, sehingga mereka jadi bertarung secara sengit.  Tapi semakin lama, Dragon merasa bahwa serangan dari Krypt menjadi semakin kuat dan hantamannya menjadi semakin keras. Sehingga Dragon sedikit demi sedikit jadi terus melangkah mundur ketika menangkis serangan-serangan dari pedang Krypt. Dan akhirnya posisi Dragon menjadi semakin terpojok pada sebuah tiang yang ada di belakang tubuhnya.  Tetapi Dragon tidak kehabisan akal, sebelum dirinya benar-benar terpojok ke tiang tersebut, dia segera membalikan tubuhnya lalu meloncat kepada tiang itu untuk menjadikannya sebagai tumpuan, setelah itu dia kembali meloncat kepada Krypt dari arah atas, dan mendaratkan sebuah tebasan yang cukup keras terhadap musuhnya tersebut.  Namun ternyata Krypt dapat menahan serangan tersebut dengan pedang yang ada di tangannya secara mudah, kemudian Krypt langsung memutar tubuhnya untuk menghindari sebuah serangan lagi yang dilancarkan oleh Dragon, dan setelah itu Krypt segera melesatkan sebuah tendangan hingga mengenai perut Dragon, sampai tubuh Dragon jadi terdorong ke belakang dan punggungnya jatuh menghantam lantai dengan keras.  Setelah itu, Dragon segera berdiri, dan mereka kembali bertarung pedang secara sengit. Mereka saling menyerang dan menangkis serangan satu sama lain, namun kini Krypt terlihat lebih dominan, sehingga lama-kelamaan, Dragon menjadi semakin kewalahan. Dan akhirnya pedang yang digenggam oleh Dragon harus terlepas lalu terlempar cukup jauh, selanjutnya Krypt langsung menjulurkan pedangnya ke leher Dragon, sehingga membuat Dragon jadi tidak dapat melakukan apa-apa lagi. Karena jika dia bergerak sedikit saja, maka ujung pedang tersebut pasti akan menyayat lehernya.  Pertarungan telah berakhir dengan hasil akhir berupa sebuah kekalahan bagi Dragon. Semua orang yang ada di ruangan itu tampak senang, karena kagum saat menyaksikan kemenangan yang telah diperoleh Krypt, sedangkan Mailon tampak sedang tersenyum sambil bertepuk tangan.  Lalu Dragon beralasan bahwa dirinya saat ini sedang dalam kondisi kelelahan setelah seharian mendaki tebing yang terjal dan curam, maka dari itu dia kalah melawan Krypt. Kemudian Krypt berkata bahwa dia berharap suatu hari nanti, mereka berdua bisa saling berhadapan kembali dalam keadaan yang sama-sama prima. Dan Dragon membalas perkataan tersebut dengan sebuah ucapan, bahwa nanti Krypt akan berharap bahwa hari tersebut tidak akan pernah terjadi.  Setelah itu Flaur segera mengumumkan sebuah keputusan bahwa Dragon telah kalah dan harus mengikuti ketetapan yang telah ditentukan olehnya. Yakni, Dragon harus menunggu di sebuah ruangan yang telah disiapkan. Dan pada esok harinya, dia akan mendengarkan penawaran dari Flaur.  Dengan pasrah Dragon dibawa dan dikawal oleh beberapa orang prajurit menuju ke sebuah lorong yang ada di ruangan itu. Tak lama kemudian, Mailon dan Krypt segera berlutut di hadapan Flaur. Lalu Mailon menyampaikan sebuah pertanyaan kepada Tuannya tersebut.  “Tuan, apakah anda yakin, bahwa anda akan memberikan tugas itu kepadanya?”  “Tenang saja, dengan kemampuan yang dia miliki, dia pasti bisa menyelesaikan tugas itu dengan baik. Ditambah lagi, kita bisa mengorbankannya. Jika dia gagal, maka kita tidak akan mengalami kerugian apapun.” Jawab Flaur terhadap pertanyaan dari Mailon tersebut. Lalu kedua anak buah kepercayaan Flaur itu menundukan kepalanya, menandakan bahwa mereka berdua menyetujui keputusan dari Flaur.  Sementara itu, Dragon sedang dikawal oleh beberapa orang prajurit menuju ke sebuah tempat untuk menghabiskan waktu semalaman baginya. Saat berjalan di lorong, Dragon berpapasan dengan beberapa pelayan wanita, yang langsung menyingkir ketika Dragon dan beberapa prajurit sedang lewat. Kemudian mereka berjalan ke bagian halaman belakang, disana Dragon melintasi sebuah perkebunan yang cukup luas, dimana para wanita paruh baya juga anak-anak kecil sedang bekerja memanen hasil kebun dibawah terik sinar matahari. Mereka semua melihat Dragon yang sedang berjalan bersama para prajurit disana, dengan ekspresi wajah memelas seakan mengisyaratkan bahwa diri mereka ingin ditolong oleh Dragon, namun mereka segera sadar dan mengalihkan pandangan, karena mereka tahu bahwa Dragon juga merupakan tawanan di tempat tersebut. sedangkan Dragon menatap mereka dengan ekspresi wajah yang bertanya-tanya. Darimana Flaur bisa memiliki pekerja sebanyak ini. Ternyata di tempat ini juga mempekerjakan perempuan paruh baya dan anak-anak.  Kemudian Dragon dibawa melewati suatu ruangan terbuka yang dipenuhi banyak prajurit. Mereka semua sedang berlatih dan bercengkrama dengan satu sama lain, dan ketika mereka melihat Dragon yang sedang lewat disana, salah satu prajurit sempat berkata, “Hey lihat, ada orang baru.” Tetapi Dragon tidak terlalu menghiraukan perkataan tersebut.  Dan akhirnya Dragon sampai di sebuah ruangan yang baginya terlihat seperti sebuah penjara, lalu salah satu prajurit yang ada di sampingnya kembali menegaskan bahwa ruangan itu memang adalah sebuah penjara. Hal tersebut membuat Dragon terlihat sangat kecewa. Pintu jeruji besi dibuka, lalu Dragon dimasukan ke dalam sana, dia tidak melawan sama sekali. Setelah itu pintu jeruji besi kembali ditutup.  Dan setelah salah seorang prajurit mengatakan bahwa besok Dragon akan kembali menghadap Tuan Flaur, mereka semua segera pergi meninggalkan Dragon dalam ruangan penjara itu. Beberapa saat kemudian Dragon langsung duduk dan menyandarkan punggungnya pada dinding. Ternyata di pojok ruangan tersebut juga ada seseorang yang sedang duduk bersandar di dinding, karena ruangan itu cukup gelap, maka wajah orang itu tidak terlalu kelihatan jelas oleh Dragon.  Lalu Dragon memperhatikannya dengan seksama, sepertinya orang itu adalah laki-laki yang telah berumur cukup tua, terlihat dari rambut panjangnya yang sudah beruban, juga dari kumis dan janggut yang sudah panjang dan tampak tak terurus, sepertinya pria tua itu sudah cukup lama mendiami ruangan tersebut.  Dia memberi salam kepada Dragon, lalu Dragon membalas salamnya. Setelah itu dia berbicara kepada Dragon, “Anak muda, tubuhmu terlihat cukup tangguh. Mengapa barusan kau tidak menghajar mereka dan melarikan diri dari tempat ini?”  Kemudian Dragon menjawab, “Aku mau saja, tapi aku masih mempunyai urusan di tempat ini, maka dari itu aku tidak mau pergi dulu.” Jawab Dragon, lalu pria tua itu hanya menganggukan kepalanya setelah mendengarkan jawaban dari Dragon.  Setelah itu, Dragon mulai mengajukan pertanyaan kepada teman satu ruangannya tersebut, “Bagaimana pendapat anda mengenai Flaur, si pemilik Kastil ini?”  “Flaur, dia adalah seseorang yang sangat senang dilayani juga dihormati. kemanapun kau pergi di setiap penjuru Kastil ini, kau pasti akan menemukan anak buah, pelayan, maupun b***k yang bekerja untuk melayani setiap perintahnya. Flaur harus selalu mendapatkan segala yang dia inginkan walau dengan menggunakan cara apapun. Begitulah pendapatku tentangnya.” Jawab pria tua tersebut.  “Oh, jadi begitu, dia punya banyak budak... Kalau boleh aku bertanya lagi, bagaimana dia bisa mendapatkan banyak b***k, dan mengapa anda bisa berada disini?"  "Tentu saja dengan cara mengambil paksa orang-orang dari keluarga mereka, begitupun juga denganku."  "Ya ampun, apakah anda pernah mencoba kabur dari tempat ini?"  Lalu pria tua itu sedikit tertawa, “Heheh... Entah sudah berapa kali aku mencoba. Aku sudah mulai bosan untuk berusaha pergi dari sini. Dan entah sudah berapa banyak orang yang telah mati saat berusaha untuk melarikan diri dari Kastil ini. Walaupun bisa keluar dari kastil ini hidup-hidup, maka yang akan menunggu kita selanjutnya adalah Hutan kematian yang membentang luas dan mengelilingi seluruh wilayah Tebing ini.” Jawab orang itu.  “Hutan kematian? Aku memang melihat kawasan hutan yang luas di sekeliling Tebing ini, tapi aku tidak melewati kawasan hutan tersebut ketika datang dan menaiki Tebing ini.” Kata Dragon.  “Apakah kau datang kesini dari arah timur?” Tanya orang itu kepada Dragon.  “Ya.” Jawab Dragon dengan singkat. Kemudian orang itu kembali menjelaskan kepada Dragon. “Jika kau datang dari arah timur, maka yang akan kau temui adalah dinding Tebing yang sangat tinggi dan terjal. Tidak banyak orang yang dapat mendaki dan menuruni jalan tersebut dengan mudah. Namun jika kau datang dari arah yang lain, maka kau harus melewati dulu Hutan kematian, maka setelah melewatinya kau dapat mendaki tebing ini melewati jalan setapak yang lebih mudah dan aman untuk dilalui.” Kata pria tua itu menjelaskan. Hanya ada satu jalan yang bisa dilalui supaya bisa mencapai Kastil Flaur tanpa harus melewati hutan kematian, yaitu dinding tebing terjal, dan rupanya Dinding bebatuan terjal itulah, yang telah dilalui oleh Dragon supaya bisa naik ke puncak Tebing ini hingga akhirnya dia harus tertangkap oleh para prajurit Flaur dan dibawa ke dalam Kastil untuk diberikan hukuman.  “Oh, jadi begitu.” Dragon mulai mengerti. “Lalu, apakah aku boleh tahu, darimana anda berasal?"  “Hmm... Sekitar satu setengah tahun yang lalu, Flaur dan para prajuritnya datang ke Desa kami. Sebuah Desa kecil di daerah timur, yang awalnya tentram berubah menjadi porak poranda karena kedatangannya. Dia membantai serta menculik banyak orang dari Desa kami, termasuk diriku, yang kebetulan juga merupakan Kepala Desa disana. Aku telah gagal melindungi para penduduk di Desaku dan sekarang nasibku harus berakhir di dalam ruang penjara ini. Walau berapa kalipun aku mencoba untuk melarikan diri, Flaur tidak pernah memerintahkan prajuritnya untuk membunuhku, dia hanya terus menahanku disini supaya aku dapat menjadi contoh bagi setiap orang yang ingin mencoba untuk melarikan diri.” Pria tua itu bercerita sambil menundukan kepalanya karena merasa sedih.  Lalu dia melanjutkan kembali ceritanya, “Bukan hanya satu Desa saja yang pernah dijajah olehnya, bahkan dua bulan yang lalu Flaur juga telah membawa beberapa orang lagi ke tempat ini, yang dia dapatkan dari sebuah Desa di wilayah selatan. Dia mempekerjakan kami semua sebagai b***k, perempuan dan anak-anak bekerja di dapur serta di kebun, sedangkan laki-laki yang berbadan kuat dijadikan sebagai prajurit. Dan orang-orang yang memberontak serta tidak mau patuh kepada Flaur, maka akan dihabisi, bahkan beberapa ada yang dibawa pergi dan sudah tidak pernah terdengar lagi kabarnya. Kini setiap hari aku hanya diam disini dan menunggu akan seperti apa nasibku selanjutnya.” Ucap Pria tua itu.  Dragon terdiam sejenak setelah mendengar tentang cerita tersebut, kemudian dia mulai berbicara kembali. “Aku turut berduka... Percayalah, aku juga tahu bagaimana rasanya kehilangan tempat tinggal dan orang-orang yang kusayangi, karena penjajahan.”  “Benarkah? Kau berasal dari Desa mana?” Tanya pria tua itu kepada Dragon.  “Tidak... Aku bukan berasal dari sebuah Desa. Aku berasal dari Kerajaan Fulcan.” Jawab Dragon.  Lalu pria tua itu terlihat kaget. “Wah... jadi kau adalah korban dari peperangan hebat yang terjadi sekitar dua tahun lalu itu? Pasti semua itu sangat berat bagimu. Aku turut berduka.” Banyak sekali pertanyaan yang terlontar dari mulut pria tua itu setelah tahu bahwa Dragon berasal dari Kerajaan yang sudah lama musnah tersebut.  “Awalnya memang terasa sangat berat... Tapi selama dua tahun ini aku berhasil bangkit kembali, berkat seseorang yang telah merawatku dan membimbingku sebagai muridnya.” Ucap Dragon.  “Hmm, jadi begitu. Bisakah kau menceritakan padaku, apa yang terjadi di dalam peperangan tersebut? Walaupun Desa kami tidak berada di dalam wilayah Kerajaan Distra atau Kerajaan Fulcan, tapi imbas dari peperangan itu sangat berdampak dan berpengaruh dalam segala hal di seluruh Negeri ini.” Ujar pria tua itu yang nampak penasaran.  “Ya, baiklah kalau begitu, karena aku pasti akan merasa bosan jika harus berdiam diri saja di tempat ini tanpa melakukan apapun. Maka aku akan bercerita kepada anda, mengenai pengalamanku berperang melawan para prajurit dari Kerajaan Distra, yang berlokasi di perbatasan antara dua Kerajaan besar (Fulcan dan Distra).” Ucap Dragon.  Dragon menceritakan pengalamannya ketika dia pernah menjadi seorang prajurit dari Kerajaan Fulcan dan harus berperang melawan pasukan dari Kerajaan Distra, secara mati-matian. Sebuah peperangan hebat yang terjadi sekitar 2 tahun yang lalu, sebelum dia bertemu dengan gurunya, dan terlibat dengan persoalan yang ada di Kastil milik Flaur tersebut.  Karena Pria tua itu sudah menceritakan tentang kisahnya kepada Dragon, maka sekarang giliran Dragon yang harus menceritakan mengenai pengalamannya ketika dia ikut terlibat dalam peperangan antara dua Kerajaan besar. Berawal dari kisah perjalanan hidupnya di Kerajaan Fulcan. Tempat dimana dia bersama teman masa kecilnya tumbuh dewasa sambil menghadapi kerasnya kehidupan. Nama dari teman Dragon yang telah hidup bersama dan menemaninya sejak kecil itu adalah, Kai.  Lalu setelah mereka berdua sudah tumbuh menjadi dua orang lelaki tangguh yang memiliki keahlian untuk berkelahi. Keduanya memutuskan untuk bergabung ke dalam pasukan Kerajaan, lalu diangkat secara resmi menjadi dua orang Prajurit Kerajaan Fulcan. Mereka berdua telah bersumpah untuk menjadi Prajurit terhormat dan terhebat, serta akan membela Kerajaan Fulcan hingga titik darah penghabisan.  Mereka berdua sangat senang dan bangga ketika telah diterima secara resmi ke dalam pasukan Kerajaan Fulcan. Setiap hari mereka giat berlatih dan selalu menjalankan tugas dengan disiplin. Satu hal yang selalu mereka idam-idamkan sepanjang hidup mereka, yaitu memiliki kehidupan yang terjamin dan masa depan yang cerah untuk hari tua mereka nanti, karena memang setiap pensiunan prajurit Fulcan hidupnya dijamin akan lebih makmur dan sejahtera, sehingga mereka berdua begitu yakin bahwa impian tersebut sudah ada di genggaman mereka.  Namun takdir berkata lain, dalam sekejap mata semua itu akhirnya sirna hingga tak berbekas. Berawal dari konflik-konflik antara Kerajaan Distra dan Kerajaan Fulcan yang tak kunjung usai, lalu berlanjut pada pecahnya peperangan di antara kedua Kerajaan besar tersebut, yang telah membawa kesengsaraan terhadap kedua belah pihak.  Sebagai prajurit, Dragon dan Kai mau tak mau harus ditempatkan di tengah-tengah konflik antara kedua Kerajaan, dan telah melalui berbagai pertempuran. Hingga pada puncaknya, mereka berdua ditugaskan untuk ikut dalam perang besar di perbatasan antara Kerajaan Fulcan dan Kerajaan Distra yang akan berlangsung secara besar-besaran. Dragon, Kai juga para prajurit junior yang lain, harus ikut berpartisipasi ke medan pertempuran untuk mempertahankan Kerajaan Fulcan dari serangan musuh. Hampir seluruh pasukan dikerahkan menuju ke perbatasan, untuk menghalau serangan dari pasukan Kerajaan Distra, yang dipimpin langsung oleh sang Raja sendiri. Yang bernama Kio Bormir (Raja dari Kerajaan Distra).  Seluruh pasukan Fulcan yang berjumlah kurang lebih sekitar 100 ribu orang prajurit, telah berjajar di sebuah padang rumput yang tandus dan gersang. Mereka semua dipimpin oleh seorang Jenderal, yang mengemban sebuah tanggung jawab besar dari Raja Fulcan untuk dapat mempertahankan wilayah Kerajaannya.  Panas yang terik serta burung bangkai yang berterbangan di langit, menemani seluruh pasukan Fulcan di tempat itu. Dragon dan Kai ada di dalam barisan para prajurit tersebut. Mereka terlihat sudah memakai pakaian perang lengkap dan siap untuk bertarung. Namun Kai terlihat gugup dan gelisah disana, sepertinya pikiran Kai sedang tidak tenang di kala itu.  Dragon menyikut Kai sambil berkata. “Jangan cemas, kita tidak akan kalah dari Kerajaan Distra. Setelah pulang dari perang ini, ayo kita berendam air hangat seharian, bagaimana?”  “Seperti biasa, kau selalu bersemangat dalam menghadapi apapun... Dragon, ini semua berbeda dari apa yang kita harapkan. Pada awalnya kita hanya berencana untuk hidup senang sebagai seorang prajurit terhormat. Tapi jika kita berdua mati disini. Maka semua hal yang telah kita rencanakan akan hilang dan sia-sia.” Jawab Kai.  “Justru itu kau juga harus ikut bersemangat sama sepertiku, ini semua juga adalah bagian dari rencana kita. Jika Kerajaan kita menang, maka kita berdua akan disambut sebagai pahlawan ketika pulang nanti, dan kita juga akan mendapatkan kenaikan pangkat. Lalu kehidupan kita akan menjadi semakin baik lagi. Benar kan?” Tanya Dragon dengan ekspresi wajah yang penuh antusias.  “Ya... Itu jika kita berdua bisa kembali dengan selamat, jika salah satu dari kita mati, atau jika kita berdua mati, bagaimana?” Kai balik bertanya.  “Maka dari itu kau harus optimis, jangan selalu membayangkan kekalahan. Kita berdua sudah melalui banyak pertarungan yang keras bukan? Kau tahu mengapa kita selalu menang?”  “Kenapa?” Tanya Kai.  “Karena kita selalu saling menjaga satu sama lain. Kau punya aku, aku punya kau. Kita tidak akan kalah. Ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukan siapa diri kita kepada seluruh penduduk di Kerajaan Fulcan. Kita bukan lagi dua orang bocah yang tinggal di sebuah gang sempit. Kita ini adalah dua orang prajurit terhormat sekarang. Jadi ayo bertarunglah bersamaku untuk memenangkan perang ini.” Ajak Dragon kepada sahabatnya itu.  “Kau memang selalu bisa meyakinkan diriku. Baiklah kalau begitu... Selama ini aku tidak pernah menolak ajakanmu. Dan aku tidak akan memulainya sekarang.” Ucap Kai.  “Mantap sekali kawan.”  Lalu Kai berbicara kembali, “Oh iya... Berjanjilah padaku.”  “Janji apa?" Tanya Dragon.  “Kita berdua harus selalu saling melindungi.”  “Tentu saja.” Jawab Dragon sambil menganggukan kepalanya.  Tak beberapa lama kemudian, pasukan Distra sudah mulai tiba di tempat tersebut. Raja Bormir berada di posisi paling depan. Dia berada di dalam tandu yang terletak pada punggung seekor gajah besar, didampingi oleh jajaran prajurit berkuda di sekitarnya, dan para prajurit dengan jumlah yang begitu banyak berjalan dibelakangnya, lebih banyak dari jumlah pasukan Fulcan yang berada di tempat itu untuk menghadang mereka.  Setelah kedua belah pihak sudah saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh di tempat itu, suasana disana berubah menjadi hening dan sedikit mencekam, karena mereka semua akan segera melangsungkan pertarungan disana. Sang Jenderal dari pihak pasukan Fulcan mulai bergerak. Dia ditemani oleh salah seorang prajurit pergi untuk menghampiri dan menghadap Raja Bormir yang sedang duduk dengan santai di dalam tandu. Kedua belah pihak akan bernegosiasi untuk menentukan berlangsungnya perang yang akan terjadi di tempat tersebut.  Setelah memberi hormat, Jenderal mulai berbicara, “Aku mewakili Raja Zyros dari Kerajaan Fulcan. Beliau bertanya, apakah peperangan adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah di antara kedua Kerajaan kita? Seharusnya anda bisa lebih bijaksana lagi.”  “Aku telah menawarkan cukup banyak kebijaksanaan kepada Kerajaan Fulcan. Tetapi yang selalu kudapatkan hanyalah penghinaan dan pandangan rendah dari Kerajaanmu.” Ucap Raja Bormir.  “Mengapa anda bisa beranggapan seperti itu?” Jenderal bertanya lagi kepada Raja Bormir.  “Semuanya sudah sangat jelas bagiku. Seseorang telah membuatku membuka mata dan menyadari bahwa selama ini, Kerajaan Distra yang merupakan Kerajaan paling kuat, selalu menyembunyikan kekuatannya, sehingga Kerajaan lain mulai menertawakan dan meremehkan Kerajaan Distra dari belakang. Disamping semua masalah yang terjadi di antara kedua Kerajaan kita. Ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukan betapa kuatnya Kerajaan Distra kepada semua orang di seluruh negeri Azhuloth.” Begitulah jawaban dari Raja Bormir.  “Astaga, siapa yang telah mempengaruhi anda? Tindakan dari Yang mulia ini akan mempengaruhi kedamaian dari tiga Kerajaan besar, yang selama ini sudah kita jaga bersama-sama.” Ucap sang Jenderal dengan sedikit nada emosi.  “Setelah semua yang kualami, setelah aku kehilangan banyak hal yang begitu berharga bagiku, aku sudah tidak lagi mempedulikan tentang kedamaian di antara ketiga Kerajaan. Inilah saatnya, Negeri Azhuloth akan menjadi milik Kerajaan Distra seluruhnya.” Raja Bormir mengatakan hal tersebut dengan ekspresi wajah yang tampak mengerikan.  Tak lama Kemudian, Jenderal dari Kerajaan Fulcan sudah kembali ke dekat pasukannya. Salah seorang prajurit berkuda yang ada disana bertanya kepada Jenderal tentang bagaimana hasil dari negosiasi yang telah dilaksanakan tersebut. Lalu sang Jenderal menjawab bahwa sepertinya Raja Bormir telah dipengaruhi oleh seseorang, dan kini Raja Bormir sudah tidak dapat lagi dibujuk, hatinya sudah benar-benar tertutup oleh ambisi untuk dapat mengambil alih seluruh Negeri. Ini adalah salah satu dampak dari keberanian Darkros yang telah menyerang Kerajaan Nexus 23 tahun yang lalu.  Sementara itu, Kai berbisik kepada Dragon untuk menanyakan apakah negosiasinya berjalan dengan lancar atau tidak. Lalu Dragon menjawab bahwa sepertinya negosiasi tersebut tidak berjalan dengan lancar. Karena hal itu terlihat dari ekspresi sang Jenderal yang tampak sangat kesal.  Beberapa saat kemudian, suara dari terompet peperangan yang ditiupkan oleh prajurit dari pihak Kerajaan Distra mulai terdengar ke seluruh penjuru tempat itu. Hal tersebut menandakan bahwa perang segera dimulai. Kedua kubu pasukan mulai menyiapkan senjata dan perisai di tangan mereka masing-masing. Begitupun juga dengan Dragon dan Kai.  Raja Bormir mulai mengeluarkan pedang dan menjulurkannya ke arah pasukan musuh. Kemudian seluruh pasukan Distra mulai maju secara serentak untuk menyerang pasukan Fulcan. Begitu juga dengan pasukan Fulcan yang diperintahkan oleh Jenderal untuk maju menghadapi seluruh pasukan Distra yang sedang berlari ke arah mereka.  Raja Bormir duduk dengan nyaman di dalam tandu yang terletak di atas punggung gajah, sambil memperhatikan peperangan yang sedang berlangsung di hadapannya. Peperangan hebat itu sudah tidak dapat dihindari lagi, kedua kubu pasukan saling berbenturan dan menebas lawan satu sama lain, seperti dua ekor singa yang saling menerkam. Mereka mulai bertarung dan menumbangkan musuh yang harus mereka hadapi sebanyak mungkin. Seketika itu juga suasana yang awalnya hanya mencekam, berubah menjadi memanas dan semakin panas. Pertempuran untuk menguasai dan mempertahankan itu telah benar-benar dimulai. Pertumpahan darah adalah salah satu dari banyak hal yang mewarnai peperangan disana.  Pasukan berkuda melaju dan membantai setiap prajurit musuh yang berpapasan dengan mereka. Suara dari pedang yang berbenturan terdengar saling sahut-menyahut. Kedua kubu pasukan benar-benar bertarung dengan sengit di medan pertempuran yang sangat luas itu. Padang tandus yang tadinya hanya berupa tanah, namun kini dibalut oleh banyak sekali cipratan darah dari para prajurit yang berguguran.  Tak terhitung berapa jumlah kuda yang mati, apalagi jumlah dari para prajurit yang mati di tempat tersebut. Jumlah dari orang-orang yang kehilangan nyawanya semakin bertambah, seiring dengan lama berlangsungnya perang yang sangat brutal itu.  Kai dan Dragon terlihat sedang berada di tengah-tengah segala kekacauan yang terjadi disana, mereka berdua saling memunggungi satu sama lain, sambil memperhatikan keadaan disekitar mereka. Setiap ada musuh yang mendekati mereka, maka mereka berdua akan saling bekerja sama untuk mengalahkan musuh tersebut, meskipun musuh yang datang berjumlah dua orang, tiga orang, atau bahkan lebih. Mereka tetap dapat mengalahkannya bersama-sama. Mereka berdua bertarung dengan sangat baik di tempat itu.  Sepertinya tidak ada satupun prajurit Distra yang dapat menumbangkan kedua orang sahabat itu disana, karena mereka berdua sudah sangat terlatih untuk saling melindungi dan menyerang musuh dalam menghadapi pertarungan apapun, sehingga mereka berdua menjadi dua orang prajurit yang tak terkalahkan. Peperangan itu berlangsung selama dua hari dua malam. Kedua kubu sudah sangat kelelahan dan frustasi dalam menghadapi pertempuran di tempat itu. Pada malam hari, kedua kubu mendirikan tenda-tenda untuk beristirahat, makan, dan mengobati para prajurit yang terluka. Tidak terhitung suara teriakan kesakitan yang terdengar dari dalam tenda pengobatan yang ada di masing-masing wilayah kubu Kerajaan.  Pada malam hari, Dragon dan Kai tampak sedang duduk di atas bebatuan sambil menyantap semangkuk bubur encer yang tentunya tidak akan membuat mereka berdua kenyang. Mereka makan sambil melihat bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Kai berbicara kepada Dragon bahwa mereka berdua harus menghargai momen-momen indah seperti ini, karena siapa tahu hari esok adalah hari kematian bagi mereka. Tetapi Dragon tetap bersikeras, dia optimis bahwa mereka berdua pasti akan selamat sampai akhir dan Kerajaan Fulcan pasti akan menang. Memang begitulah sifat Dragon, jika dia sudah memiliki tekad dan keyakinan, maka dia akan terus bersikukuh pada tekadnya tersebut.  Hari esok pun tiba, kedua kubu Kerajaan kembali saling berhadapan dan melangsungkan peperangan di area tandus yang luas itu. Dragon dan Kai berlari dengan penuh percaya diri serta semnagat untuk menghabisi setiap musuh yang mendekat ke arah mereka. Pasukan Distra sepertinya sudah mulai mengenali dan menakuti kedua sahabat tersebut, karena kemampuan yang mereka miliki.  Pertempuran tersebut berlangsung hingga waktu siang hari tiba, walaupun cuaca di tempat itu sangat panas dan terik. Namun seluruh pasukan dari kedua kubu tidak terlalu menghiraukan hal tersebut. Mereka tetap bertarung dengan segenap kekuatan mereka, tidak ada jalan untuk kembali atau melarikan diri, karena setiap prajurit yang ikut ke dalam pertempuran tersebut adalah para lelaki tangguh yang sudah bersumpah untuk berjuang demi Kerajaan mereka masing-masing, dan sudah siap walaupun mereka harus mati di medan pertempuran tersebut.  Namun lain halnya dengan Dragon dan Kai, selain untuk dapat mempertahankan Kerajaan mereka, kedua orang sahabat itu juga memiliki ambisi lain, yakni untuk meningkatkan reputasi mereka sebagai prajurit Kerajaan Fulcan terhebat, supaya saat pulang nanti, mereka dapat dianggap sebagai Pahlawan yang telah membawa Kerajaan Fulcan menuju kemenangan, dan menjadi terkenal di seluruh penjuru Negeri Azhuloth, lalu mendapatkan kehidupan mewah yang sangat mereka idam-idamkan. Maka dari itu mereka berdua benar-benar mengerahkan seluruh kemampuan mereka dalam peperangan tersebut, sehingga mereka dapat mengalahkan setiap musuh yang harus mereka hadapi.  Namun ternyata ada yang berbeda dalam pertempuran di hari itu. Raja Bormir sepertinya sudah memanggil dua orang Kesatria resmi yang berasal dari Kerajaannya. Kedua Kesatria itu berjalan dengan santai melewati beberapa prajurit yang sedang bertarung. Mereka sepertinya akan membawa sebuah dampak besar terhadap peperangan yang sedang berlangsung disana.  Sementara itu, Raja Bormir yang sedang duduk santai di dalam tandunya sambil menonton peperangan tersebut, berbicara kepada dirinya sendiri. “Awalnya aku hanya akan menggunakan pasukan biasa di perang perbatasan ini, sedangkan para Kesatria dan penyihir akan kukerahkan ketika menyerbu benteng Kerajaan Fulcan nanti... Tapi karena ternyata perlawanan yang diberikan oleh Pasukan musuh disini cukup merepotkan, sehingga keadaannya menjadi sangat mendesak. Maka aku terpaksa harus mengerahkan kekuatan yang lebih besar. Hanya dengan menambahkan dua orang Kesatria saja pada pertempuran ini, telah membuatku merasa lebih tenang sekarang, karena Kesatria yang telah kuutus kesana adalah Batro dan Slasher, yang merupakan dua orang Kesatria terbaik di Kerajaan Distra.”  Mereka berdua adalah lelaki yang terlihat tangguh, yang satu berambut hitam rapi, memakai penutup mata, serta memiliki senjata berupa meriam di kedua tangannya dan namanya adalah Batro, sedangkan yang satunya lagi berambut biru berdiri, tubuhnya sedikit tinggi, dan membawa sebuah pedang sabit berukuran besar, namanya adalah Slasher.  Lalu tiba-tiba ada satu orang prajurit Fulcan yang datang untuk menyerang mereka, tanpa basa-basi, orang yang memiliki pedang sabit besar itu langsung menebas prajurit Fulcan tersebut hingga terbelah menjadi dua bagian.  Setelah itu dia mulai beraksi dengan melemparkan senjatanya ke depan, sehingga pedang sabit itu berputar dan memotong segala hal yang dilewatinya menjadi dua bagian. Banyak sekali prajurit Fulcan yang menjadi korban dari lesatan dan putaran dari pedang sabit tersebut.  Lalu setelah senjata mengerikan itu kembali lagi ke genggaman tangannya, maka Slasher langsung melakukan aksi selanjutnya. Dia berlari untuk menyerang dan menebas setiap prajurit Fulcan yang dia temui secara membabi buta.  Kai dan Dragon yang melihat hal tersebut, memutuskan untuk segera mendatangi dan melawan Slasher. Mereka berdua menyerang Slasher secara bergiliran, namun Slasher mampu menangkis semua serangan mereka dengan pedang sabitnya, begitu juga halnya dengan mereka berdua, yang tak disangka-sangka ternyata mampu untuk menangkis dan menahan setiap serangan mematikan dari Slasher.  Slasher langsung menyadari bahwa kedua orang prajurit Fulcan itu sangat berbeda dari para prajurit lain yang telah dihabisi olehnya. Slasher merasa bersemangat untuk menghadapi mereka berdua, dia mulai mengayunkan pedang sabitnya tersebut kepada Dragon, juga kepada Kai dengan kekuatan tebasan yang semakin meningkat. Sehingga walaupun mereka berdua dapat menahan tebasan dari pedang sabit tersebut dengan pedang mereka, tapi tetap saja tubuh mereka dapat dihempaskan dengan mudah setelah terkena serangan tebasan kuat dari senjata yang mematikan itu.  Batro mulai beraksi, dia mengarahkan meriam yang ada di kedua tangannya kepada prajurit-prajurit Fulcan yang dia lihat. Lalu dia mulai menembakan bola meriam yang melesat dengan cepat dan meledak saat telah mengenai targetnya. Sehingga ledakan besar terjadi di mana-mana dan mengakibatkan banyak musuhnya jadi berguguran secara masal. Batro terus menembakan bola meriam ke segala arah, bahkan dia tidak terlalu peduli walaupun tembakannya tersebut dapat mengenai para prajurit Distra yang merupakan pasukan miliknya sendiri. Sementara itu Kai dan Dragon masih tetap berusaha melawan Slasher. Mereka berdua mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk dapat mengalahkan Slasher yang memiliki kemampuan bertarung lebih kuat dari mereka. Dragon menahan tebasan dari pedang sabit Slasher dengan pedangnya, lalu Kai mendekat untuk mendaratkan sebuah tebasan pada perut Slasher, namun Slasher berhasil menghindarinya, tetapi Kai segera berguling untuk mengambil sebuah pedang tanpa pemilik yang tergeletak di dekat kaki Slasher. Kemudian Kai berhasil menebaskan pedang tersebut ke perut Slasher.  Akhirnya mereka berdua berhasil melukai Slasher, namun tak beberapa lama kemudian, terdengar suara yang mengejutkan mereka berdua. Sang Jenderal dari Kerajaan Fulcan terlihat sedang berteriak sambil menunggangi kuda. Dia memerintahkan kepada seluruh prajurit untuk mundur, karena jumlah para prajurit Fulcan semakin berkurang dengan pesat, disebabkan oleh ledakan-ledakan yang berasal dari tembakan meriam di tangan Batro.   Lalu tiba-tiba, sebuah meriam melesat dan menghancurkan tubuh sang Jenderal berkeping-keping bersama dengan kudanya. Jenderal dari Kerajaan Fulcan telah berhasil dikalahkan oleh Batro. Hal tersebut menimbulkan sebuah senyuman lebar di bibir Raja Bormir.  Kai dan Dragon sangat terkejut setelah melihat Jenderal mereka telah diledakan, tetapi mereka berdua segera tersadar bahwa ada musuh yang harus mereka hadapi di depan mereka, yaitu Slasher. Ketika mereka berdua akan maju lagi untuk menyerang Slasher, secara mengejutkan sebuah meriam meluncur dan meledak di antara mereka berdua hingga keduanya terhempas dan terpisah dengan jarak yang cukup jauh.  Beberapa saat kemudian Dragon mulai berdiri. Dengan telinga yang masih berdengung, dia mencoba untuk memperhatikan keadaan disekitarnya yang terlihat benar-benar kacau. Para prajurit Fulcan berlarian untuk meninggalkan tempat tersebut, ledakan terjadi di mana-mana, dan beberapa orang prajurit Fulcan yang pemberani masih terlihat sedang bertarung untuk menahan para prajurit Distra yang mencoba mengejar rekan sesama prajurit Fulcan lain, yang sedang berlarian.  Dari kejauhan, Dragon akhirnya bisa melihat Kai. Dia sedang berdiri dan berhadapan dengan Slasher yang sedang memegang pedang sabit besar di genggaman tangannya, Sedangkan Kai sudah siap dengan dua pedang di tangannya. Slasher menatap Kai sambil menjilat bibirnya, menandakan bahwa dia akan sangat menikmati pertarungan tersebut. Sedangkan Kai menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat Dragon. Lalu Kai berkata, “Dragon. pergilah dari sini, akan kutahan dia ... Perang sudah usai disini. Mereka akan sampai ke benteng Kerajaan Fulcan tak lama lagi, namun jangan khawatir, karena disana para Kesatria dan penyihir hebat dari Kerajaan Fulcan pasti akan dapat menghentikan mereka ... Sekarang pergilah.” Ucap Kai, seperti sedang menyampaikan salam perpisahan kepada Dragon.  “Tidaak!! Kita sudah berjanji akan saling melindungi. Aku tidak akan pergi kemana-mana!” Dragon berteriak sambil berjalan tertatih-tatih. Sepertinya beberapa tulang di dalam tubuhnya telah patah, sehingga beberapa kali dia jatuh tersungkur.  Lalu Slasher berbicara kepada Kai, “Sepertinya aku sudah tidak bisa lagi melawan kalian berdua secara bersamaan, karena yang satu orang itu sudah tidak dapat bertarung lagi.” Ucap Slasher.  Kemudian Kai membalas perkataan tersebut, “Yang akan kau hadapi hanyalah aku!” Lalu Kai menyebut nama kedua temannya sesama prajurit yang kebetulan sedang lewat disana. “Flo, Pessi.” Kai memberi isyarat kepada kedau temannya itu untuk membawa Dragon pergi dari sana.  Setelah itu Dragon segera dibawa oleh kedua prajurit Fulcan tersebut untuk pergi meninggalkan area pertempuran. Dragon sempat berontak dan tidak mau dibawa pergi, dia terus menerus memanggil nama Kai, tapi kemudian Kai hanya tersenyum menatap Dragon sambil berkata "Teruslah hidup, Dragon." Kalimat tersebut diucapkan oleh Kai secara singkat.    Saking tidak maunya dibawa pergi, Dragon bahkan harus diseret oleh kedua orang temannya itu. Tubuh Dragon yang sudah kelelahan dan dipenuhi banyak luka, menyebabkan dirinya tidak berdaya untuk bisa melepaskan diri dan menghampiri Kai. Sehingga mau tidak mau dia harus meninggalkan sahabatnya bertarung sendirian melawan Slasher disana.    Pasukan Fulcan terus dipukul mundur hingga mereka harus berlarian untuk dapat menyelamatkan diri. Dragon dan para prajurit Fulcan yang selamat dari medan perang, harus menerima keadaan yang tragis, karena mereka semua dikejar sambil ditembaki oleh ratusan anak panah, sehingga banyak dari mereka yang tidak berhasil selamat, walaupun sudah memasuki dan menyusuri hutan. Hingga akhirnya hanya tersisa Dragon dan kedua temannya saja, lalu mereka terpojok di dekat sebuah sungai dengan aliran air yang cukup deras. Dengan keadaan panik, mereka memutuskan untuk meloncat masuk ke dalam sungai. Dan ketika kedua teman yang sedang membopong Dragon itu akan membawa Dragon untuk meloncat bersama mereka, tiba-tiba anak panah melesat dan membunuh mereka berdua.    Dragon yang sempat tersungkur dan kembali berdiri, segera menoleh ke belakang. Tapi naas, sebuah anak panah melesat dan menancap di d**a kanannya. Hal itu menyebabkan tubuh Dragon sedikit terdorong menuju ke sungai dibelakangnya, dan akhirnya dia tercebur ke dalam sungai dengan aliran air yang cukup deras tersebut, sehingga tubuh Dragon yang tak sadarkan diri itu ikut terbawa oleh derasnya arus dari aliran sungai itu, meninggalkan mayat para prajurit Fulcan yang merupakan teman-teman seperjuangannya itu tergeletak di pinggir sungai tersebut.    Kemudian, Dragon berhenti menceritakan tentang kisahnya, sehingga Pria tua yang ada di sebelahnya masih dihinggapi oleh rasa penasaran tentang apa yang terjadi kepada Dragon setelah itu, namun dia merasa senang karena Dragon telah bersedia untuk berbagi kisah tentang pengalaman hidupnya, kepada Pria yang sudah tua seperti dirinya itu.    Dragon berkata bahwa, "Itu bukan hal yang besar koq ... Oh iya, hari sudah mulai gelap." Setelah Dragon mengatakan hal tersebut, berarti ini sudah waktunya bagi mereka berdua untuk segera tidur. Lalu pria tua itu mengajukan satu pertanyaan lagi kepada Dragon, yakni tentang bagaimana nasib dari teman Dragon yang bernama Kai itu? Dragon menjawab bahwa dia tidak tahu apa yang terjadi pada Kai, dan sampai saat ini dia tidak pernah lagi mendengar kabar mengenai temannya tersebut sama sekali. Lalu Dragon segera berbaring sambil memejamkan mata.    Pada malam hari itu, sebelum benar-benar tertidur, Dragon sempat memikirkan lagi tentang nasib temannya yang bernama Kai. Dalam hatinya, Dragon sudah merelakan kepergian dari sahabat baiknya tersebut. setiap hari dia selalu mendoakan supaya jiwa Kai tenang di alam sana. Dan kini dia hanya berfokus untuk bersiap menghadapi hari esok, dan dia siap untuk mendengarkan penawaran apa yang akan diberikan oleh Flaur kepada dirinya.    Pada keesokan harinya, Dragon terbangun dari tidur nyenyaknya di dalam sebuah penjara yang sempit, dia tidak sendirian disana, Dragon ditemani oleh seorang pria tua mantan Kepala desa, yang sudah menghuni penjara itu sejak lama, jauh sebelum Dragon dijebloskan ke dalam sana. Dia mengucapkan selamat pagi kepada Dragon, sepertinya pria tua itu sudah bangun lebih awal daripada Dragon, kemudian Dragon juga membalas ucapan selamat pagi tersebut.    Tak lama kemudian, beberapa orang prajurit datang memasuki ruangan penjara tempat Dragon sedang berada. Mereka segera membuka pintu jeruji besi untuk menjemput dan membawa Dragon ke hadapan Tuan mereka. Ketika Dragon akan dibawa keluar dari ruangan tersebut, pria tua itu berkata.    “Sepertinya akan memakan waktu yang sangat lama bagiku untuk bisa mendengarkan lagi kelanjutan dari kisahmu.”    “Tenang saja, aku pasti akan datang lagi menemui anda, dan membebaskan anda dari sini.” Ucap Dragon.    “Ayo cepat jalan!” Suruh seorang prajurit yang ada belakang Dragon, sambil mendorong tubuh Dragon supaya terus melanjutkan langkahnya.    Beberapa saat kemudian, Dragon sudah sampai di hadapan kursi singgasana milik Flaur. Disana sudah ada Mailon dan Krypt yang sedang berdiri disamping kursi singgasana. Lalu Mailon berbicara kepada Dragon dengan nada yang meledek, “Apakah tidurmu nyenyak disana?”    “Ya... Aku bermimpi menghajar kalian berdua sampai babak belur.” Jawab Dragon.    “Apa kau bilang?!” Mailon kelihatan sangat marah hingga dia akan menghampiri serta menghajar Dragon, namun Krypt menghentikannya dan membuat Mailon kembali diam disampingnya. Setelah itu, Flaur mulai memasuki ruangan tersebut dan dia segera duduk di kursi singgasana miliknya.    Dragon sepertinya sudah tidak sabar untuk menanti penawaran apa yang akan diberikan oleh Flaur kepadanya, dia akan mendengarkan Flaur dengan seksama, sambil dipegangi oleh dua orang prajurit di belakangnya.    “Baiklah kalau begitu, seperti yang sudah kukatakan kemarin. Hari ini aku akan memberikanmu sebuah penawaran, atau lebih tepatnya kesepakatan... Aku akan memberikanmu suatu tugas khusus, dan jika kau bisa menyelesaikan tugas tersebut dengan baik, maka aku akan memberitahumu dimana keberadaan Night crow, supaya kau dapat bertemu dengannya. Apakah kita sepakat?”    “Katakan dulu, Tugas seperti apa yang kau maksud itu?” Dragon terlihat kebingungan.    “Hmm... Apakah kau tahu mengenai bola Aporion?” Flaur bertanya balik kepada Dragon.    Dragon terdiam sejenak dan mencoba mengingat-ingat, lalu dia kembali berbicara, “Aku pernah mendengarnya di suatu tempat, tapi sekarang aku sudah lupa.”    “Ya, bisa kumaklumi. Memang hanya segelintir orang saja yang mengetahui tentang benda itu. Sekitar 25 tahun yang lalu, bola Aporion adalah sumber kekuatan terbesar yang pernah diciptakan dalam sejarah umat manusia di Negeri Azhuloth ini. Dulu, Kaisar Darkros pernah menggunakannya untuk menyerang Kerajaan Nexus, namun setelah dia dikalahkan, kini keberadaan benda itu tidak diketahui ... Tapi rumor mengatakan bahwa Kerajaan Nexus telah menyimpannya dengan aman selama bertahun-tahun di dalam Istana mereka ... Maka aku ingin kau datang kesana, lalu mencurinya dari dalam Istana Kerajaan Nexus dan membawakannya kepadaku. Itulah tugasmu.”    “Mencuri bola Aporion dari Kerajaan Nexus? itu bunuh diri namanya.” Kata Dragon dengan ekspresi wajah tercengang.    “Aku percaya kepada kemampuanmu.” Ucap Flaur sedikit meyakinkan Dragon.    Lalu Dragon terdiam sejenak, dan kembali melanjutkan perkataannya, “Jika ternyata benda tersebut tidak ada di Kerajaan Nexus, lalu bagaimana?”    “Maka kau harus terus mencari informasi mengenai benda itu disana, sampai kau dapat benar-benar menemukannya, dimanapun benda itu berada. Paham?”    Lalu Dragon sedikit tertawa. “Heheh... Baiklah kalau begitu, tetapi mari kita jangan saling berpura-pura. Mengapa kau begitu yakin bahwa aku akan benar-benar mau melakukan hal tersebut? Lalu kembali kemari dan membawakan benda itu langsung kepadamu? Tanpa mengetahui akan kau gunakan untuk apa benda itu. Aku merasakan adanya kejanggalan, apakah kau pikir aku ini bodoh?”    “Tenang saja, aku sudah memikirkan tentang hal itu. Mengenai masalah kepercayaan diantara kita berdua, aku sudah punya solusinya.” Lalu tiba-tiba, setelah Flaur menyelesaikan perkataannya tersebut, pundak kiri Dragon ditusuk oleh sebuah jarum suntik berukuran sedang dari belakang tubuhnya. Jarum tersebut terlihat dilumuri oleh cairan berwarna hijau, yang langsung meresap masuk ke dalam tubuh Dragon.    Maka dari itu Dragon langsung terlihat sangat terkejut dan berteriak kesakitan. Kemudian dia tersungkur dan jarum yang tertancap di pundaknya kembali dicabut. Cairan hijau yang sekarang berada di dalam pundaknya itu menggumpal dan memadat hingga seukuran telur ayam puyuh, lalu berubah menjadi keras seperti batu, di dalam daging Dragon.    “Apa yang telah kalian masukan ke dalam tubuhku?” Tanya Dragon sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat.    “Cairan itu tercipta dari sihir milikku. Jika sudah masuk ke dalam tubuh manusia, makan akan menggumpal kemudian mengeras menjadi batu. Kita anggap saja bahwa batu tersebut hidup, dialah yang akan mengawasimu di sepanjang perjalanan menuju ke Kerajaan Nexus. Dia juga dapat menjadi alat pelacak, sehingga aku bisa menemukanmu dimanapun kau sedang berada. Karena dia dapat terhubung langsung dengan bola kristal miliku.” Jawab Flaur sambil menjelaskan.    Lalu Dragon berbicara kepada Flaur. “Kau punya banyak cara untuk membuat seseorang mematuhi perintahmu. Apakah ini adalah salah satu cara terbaikmu?” Tanya Dragon.    “Ya, yang terbaik, bahkan juga bisa dibilang yang terburuk. hal buruknya bagimu adalah, aku bisa meledakan benda yang ada di dalam pundakmu itu kapan saja, hingga membuat tubuhmu hancur berkeping-keping.”    “Sialan kau.” Dragon merasa sangat marah kepada Flaur..    “Aku memiliki banyak metode untuk membuat orang lain patuh terhadapku... Metode penyiksaan, Tawanan, Hadiah, kebencian, dan lain-lain, sedangkan metode yang kupakai terhadapmu ini adalah metode baru milikku. Dan kau adalah subjek uji coba pertamaku untuk metode ini.”    “Aku lebih baik mati, daripada harus menjadi anak buahmu.” Ucap Dragon dengan penuh amarah.    “Tidak, bukan begitu, kau salah paham. Hal ini tidak akan membuatmu secara resmi menjadi anak buahku. Kita masih akan membicarakan tentang penawaranku yang tadi, itu masih tetap berlaku. Aku akan tetap memberitahumu dimana keberadaan Night crow, jika kau berhasil membawa bola Aporion kepadaku, dan aku juga akan membebaskanmu dari batu mantra itu setelah kau berhasil menyelesaikan tugasmu dengan baik.”    Dragon terdiam dan berpikir sejenak, dia sudah tidak mempunyai pilihan lagi, mau tidak mau dia harus mengambil penawaran tersebut dan melaksanakan tugas dari Flaur, demi mewujudkan ambisinya untuk bertemu dengan Night crow. Lagipula jika dia tidak melakukan tugas tersebut, maka benda yang ada di dalam pundaknya akan meledak, dan dia hanya akan mengalami mati konyol karena hal itu.    Entah apa yang akan Flaur perbuat jika dia sampai mendapatkan bola Aporion di genggaman tangannya, tetapi hal itu sudah bukan lagi menjadi kekhawatiran bagi Dragon. Yang menjadi kekhawatirannya saat ini hanyalah tentang bagaimana dia bisa menjalankan dan menyelesaikan tugas tersebut hingga sukses, supaya dia bisa segera mengetahui dimana keberadaan Night crow lalu terbebas dari jerat benda mematikan yang ada di dalam pundaknya itu.    Flaur adalah tipe orang yang harus selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, dan dia juga sangat senang bila dilayani dengan baik oleh para anak buahnya, karena itu dia akan melakukan segala macam cara untuk bisa membuat semua orang menjadi patuh pada dirinya, bahkan walaupun harus mengorbankan kebebasan milik orang lain.    Hal itulah yang membuatnya memiliki banyak sekali prajurit dan b***k yang bekerja di dalam Kastil miliknya. Dan yang menjadi tugas besarnya sebagai anggota baru Emperors unity saat ini adalah, dia harus bisa mengambil Bola Aporion dari Kerajaan Nexus, untuk bisa membuktikan bahwa dirinya pantas bergabung ke dalam kelompok Emperors unity. Dan yang membawakan perintah tersebut kepadanya, tak lain dan tak bukan adalah Night crow, dia datang ke Kastil Flaur sekitar satu bulan yang lalu, dan kini dia telah pergi lagi setelah berpamitan pada Flaur. mungkin karena hal itu Flaur menjadi tahu tentang dimana keberadaan Night crow saat ini.    Sekarang Dragon sudah berada di dalam cengkraman Flaur. Tidak ada jalan baginya untuk kembali, dia harus dapat menuntaskan tugas yang diberikan kepadanya, supaya dia bisa mendapatkan informasi berharga, juga supaya benda mematikan yang ada di dalam tubuhnya segera dicabut oleh Flaur, sehingga Dragon bisa mendapatkan kebebasannya kembali.    Apakah Dragon bisa menjalankan tugas itu dengan baik? Dan kira-kira hal apa saja yang akan Dragon alami di sepanjang perjalanan nya untuk menuntaskan tugas tersebut? Ikuti terus kisah perjalanan Dragon ya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hubungan Terlarang

read
501.9K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.6K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
312.1K
bc

The Ensnared by Love

read
104.1K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
16.3K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

Bermain Panas dengan Bosku

read
1.2M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook