Move

998 Words
Alexander melangkah masuk ke mansion megahnya, ia mengitari pandangan di tiap ruangan yang tersusun interior mewah, design elegant sesuai dengan keinginan yang ia inginkan. Sesekali kilat kristal yang tekena pantulan cahaya bulan seakan memberikan pendar bayang pada pakaiannya yang pekat. "Alexander." Suara lembut dari sebuah ruang membuatnya terhenti sejenak, secepat kilat manik mata pria tersebut langsung beralih. "Olivia, kau belum tidur?"tanya Alex dengan wajah kaku. Gadis itu menggeleng kecil dan melangkah ke arah brother-nya dengan cepat seraya memeluknya. "Kau dari mana saja? Kenapa baru pulang sekarang?"tanya Olivia selalu bersikap ingin tahu dari yang di bayangkan Alex. "Hanya mengurus pekerjaan kecil,"suara Alex terdengar kaku namun penuh kasih sayang. "mom and dad?"tanya Olivia membuat pria itu tidak ingin menjawab. Pria itu mengalihkan pandangan pada sebuah potret family yang terpajang besar di tengah ruangan. Itu adalah peninggalan terakhir dari kedua orang tua mereka. "Alex, aku memahami kesedihan mu. Tapi kau harus sadar, kematian orang tua kita murni kecelakaan." "Olivia! Aku harus memastikannya sendiri," "Kau sudah banyak terlibat, please! Jangan masuk lebih dalam, kau punya segalanya Alex!"suara Olivia melengking, ia hanya ingin berusaha memperingati. "Aku lelah, aku mau tidur,"Alex langsung memutar tubuhnya, ia melepas jaket tebal yang masih terpasang di tubuhnya, melangkah tanpa peduli pada ucapan Olivia. Alex mengeluh penat saat melihat ruang kamarnya. Tempat ternyaman untuk seluruh privasi yang ia simpan. Hahhh- Hembusan napas pria itu terdengar begitu berat, ia melangkah ke arah balkon kamar menatap gelap malam yang membuatnya tidak mengerti. "Aku hanya ingin melindungi mu, Olivia..."gumam Alex lalu menyentuh bibirnya dengan ujung kuku.  "s**t! Kenapa aku mencium serangga itu!"Alex tiba-tiba mengingat satu hal, Ia membulatkan mata sambil memegang topi yang masih melekat di kepalanya. "Wait- kenapa Lorna tinggal di sana! Aku harus memastikan apa dia mengenalku atau tidak besok,"Alex kembali ke kamarnya, membiarkan pintu kaca balkon tetap terbuka lebar. Ia yakin malam ini akan menjadi hari yang panjang. Ia tidak akan bisa tidur.  Sementara Lorna masih sibuk dengan lamunannya, memutar memori ciuman dramatis itu sejak tadi. Berusaha mengingat potongan wajah yang berani menciumnya secara mendadak untuk melindungi diri. Wanita itu tiba-tiba berteriak sambil mengusap bibirnya dengan punggung tangan lalu meraih kain yang sejak tadi ia gunakan. "Kenapa lampu di rumah flat ini harus padam. Jika tidak aku pasti bisa melihat wajahnya dari dekat,"Lorna meletakkan keningnya di ranjang, Ia merasa mual saat membayangkan wajah pria tersebut. "aku akan menelpon Jace, jika dia mendapatkan pria itu maka akan ku patahkan seluruh giginya. Lihat saja!"Lorna tampak menggeram, ia menaikkan tubuh dan duduk bersimpuh di atas ranjang sambil memikirkan hal-hal gila yang ingin ia lakukan. ___________ "Lorna!!!"Suara Olivia terdengar kuat saat melihat mobil gadis itu memasuki gerbang mansion lewat layar pintu. Ia sudah menanti-nanti kedatangan sahabatnya tersebut sejak pagi. Selang beberapa menit, mobil sport berwarna putih tersebut terparkir di halaman mansion dan Olivia langsung datang menyambutnya bersama beberapa pelayan yang di perintahkan Olivia. "Olivia," "Kau datang juga. Biarkan mereka membereskan semua barang-barangmu. Ayo kita masuk!" "Tunggu... Apa Alexander ada di rumah? Kau sudah bicara padanya?"tanya Lorna sebelum mereka masuk ke dalam ruangan. "Yah- sepertinya dia tidak ke kantor hari ini, nanti aku akan bicarakan semua ini padanya. Sekarang masuklah dulu- jangan pikirkan dia,"Olivia tampak bersemangat, mereka begitu dekat nyaris tidak bisa di pisahkan. "Olivia, apa ini tidak akan menjadi masalah untuk mu,"Lorna mulai melangkah masuk mengikuti Olivia tanpa melihat ke arah lain. "Tenanglah Lorna, aku tahu bagaimana cara mengatasi Alexander,"ucap Olivia sambil tersenyum tulus. Lorna akhirnya mengangguk tidak bisa menolak terhadap tawaran sahabatnya tersebut. "Olivia, aku-"Alex yang baru saja turun dari kamarnya langsung membulatkan mata saat wajah gadis yang ia pikirkan semalaman muncul di depannya. "Kenapa dia di sini, apa dia datang untuk mengadukan semua kejadian pada Olivia?"Alex membatin, ia menelan saliva dan melihat tiga orang pelayan membawa masuk koper pakaian Lorna. "Alex!!! Hallloowww..... Kau baik-baik saja?"suara Olivia menggantung di kepala pria itu, ia melamun dan langsung tampak begitu canggung. "Alex apa kau sakit? Kenapa wajahmu begitu pucat?"tanya Olivia membuat pria itu sedikit bereaksi. "Tidak. Jangan khawatirkan aku Olivia,"Alex melangkah tanpa memperdulikan Lorna yang hanya diam menatap wajah pria itu sejak tadi. "Hm- Alexander!"panggil Lorna spontan membuat pria itu langsung berhenti namun belum berani menatap wajah Lorna. Pelan-pelan Alex memutar tubuhnya, ia memasang wajah serius dan begitu kaku seakan tidak ada yang terjadi. Sekilas ia menatap mata hazel Lorna seakan ingin menantang gadis itu. "Kalau di pikir, tatapan mata Alexander sangat mirip dengan pria yang menciumku tadi malam,"batin Lorna mencoba sedikit mengingat hal yang tidak mungkin untuknya. "Kau memanggilku?"pertanyaan Alex memecah lamunan Lorna dan kini gadis itu langsung tampak begitu ragu. "Apa dia akan mengatakan kejadian semalam pada Olivia. Aku harus menghindar,"batin Alex masih berusaha menahan diri. "Maaf, aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa aku akan tinggal di sini sementara waktu," Alex langsung memasang wajah tidak percaya terhadap apa yang baru saja di katakan Lorna. Ia melirik marah ke arah Olivia lalu mengerutkan kening. "Apa maksudnya, Olivia?"Alex mendekat, tampak tidak bersahabat pada siapapun. "Lorna sedang dalam masalah, ini hanya sementara,"pujuk Olivia penuh harap. "Tidak bisa, masalahnya bukan urusanku," "Alex," "Olivia, aku tidak ingin mengambil risiko untuk tinggal bersamanya walaupun sementara,"bantah Alex sebelum adiknya itu memohon untuk kebutuhan Lorna. "Kalau begitu aku akan pergi dari sini dengan Lorna,"Ancam Olivia sambil memegang lengan gadis tersebut dan memutar tubuhnya menjauhi Alexander. Pria itu mengepal tangan kuat-kuat lalu membuang napasnya kasar "Olivia,"panggilnya tegas. Senyuman di wajah gadis itu mengembang tanpa melihat ke arah Alex. Ia menunggu pria itu melanjutkan ucapannya dan ia yakin akan berhasil. "Itu hanya untuk sementara waktu,"Olivia kembali melirik, ia mendekati Alex dan menyalurkan rasa bahagia terhadap kakak laki-laki nya itu. "Dan kau! Segera cari tempat lain, aku tidak suka tinggal satu rumah dengan serangga seperti mu,"Alex menatap tajam Lorna yang terpaksa menahan diri, ia tidak bisa melawan atau Alex akan menendangnya keluar dan harus tinggal di rumah flat kecil itu. Apalagi kejadian tidak enak yang di alami Lorna membuat gadis itu merasa trauma. "Baiklah, aku akan membiarkan mu memanggilku begitu sekarang, lihat saja nanti Alex! Aku akan menjadikan mu umpan buaya hingga kau mengemis-ngemis padaku!"batin Lorna sambil mengepal tangannya kuat-kuat. ____________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD