1- Hari Pertama Kuliah

595 Words
Nata pov! Jadi gini ya rasanya jadi anak kuliahan. Udah gak perlu pake seragam putih abu-abu lagi, bebas pake baju apa aja, dan yang paling menyenangkan adalah bisa satu kampus sama pacar tercinta. Ini yang paling gue nanti-nantikan sejak satu tahun yg lalu. Satu yang gue sesalin kenapa dulu David nembah gue pas dia lulus-lulusan SMA sih, kita kan jadi gak ada kenangan pacaran ala putih abu-abu gitu. Ya walaupun kami emang deket karena dulu gue sama dia suka belajar bareng, tentu saja bukan cuma kita berdua tapi sama anak kelas akselerasi lainnya. Yaps, gue anak akselerasi loh. Di umur ke enam belas tahun ini gue bisa masuk kuliah. Hebat kan? Saat itu David sebagai kakak kelas gue cukup populer karena dia pinter dan ganteng , yups! Kalo pinter doang jarang sih bisa populer. Paling dibilang kutu buku. Dari belajar bareng itu kita jadi deket. Walaupun pada akhirnya tetap David yang lebih dulu lulus karena emang dia duluan yang masuk kelas akselerasi dan saat itu kami beda satu tahun juga umurnya. Saat ini umur David baru tujuh belas tahun tapi dia udah semester tiga di Fakultas Teknik Universitas Husada ini. Sementara gue masih enam belas tahun dan baru aja masuk kuliah Fakultas Farmasi di kampus yang sama dengan David. Letak gedung fakultas kami hanya di pisahkan oleh jalan setapak yang dikelilingi berbagai tanaman dan pohon yang semakin membuat suasana kampus ini terlihat sejuk. Beruntung OSPEK disini gak parah-parah banget jadi gue cukup lega. Sekarang saatnya jadi mahasiswi yang sebenernya. " Jadi juga ya kita satu kampus!" Gita langsung memeluk gue begitu gue sampe dikantin tempat kami janjian. " Tapi beda fakultas." Dinda dan Dini menghela napas karena kenyataannya mereka sama sekali gak tertarik dengan fakultas farmasi yg menjadi tujuan utama gue. Kalo Gita sih ikut-ikutan aja katanya ada gue ini jadi bisa ngebantuin tugas dia nanti. s****n kan? Akhirnya Dinda dan Dini memutuskan untuk mengambil jurusan akuntansi yang letak gedungnya disebelah gedung farmasi. " Seenggaknya kita masih satu kampus jadi gampang ngumpulnya." " Iya sih. " Sebenernya mereka bertiga ini kakak kelas gue tapi berhubung gue kelas akselerasi jadilah mereka temen sekelas gue sampe akhirnya kami akrab begini. Walaupun gue paling muda diantara mereka, kenyataannya sikap gue bisa dibilang lebih dewasa. Dalam menanggapi masalah ya tentunya bukan dewasa dalam tanda kutip. Please gue masih polos soal itu. Terbukti hubungan gue dan David yang paling awet walaupun kami jarang ketemu, apalagi waktu itu David sibuk dengan tugas kuliahnya dan gue sibuk dengan ujian kelulusan sekolah. Tapi kami masih bisa membagi waktu antara pacaran dan akademik. So sweet kan? Hahaha. " So , udah ketemu bebep belum? " tanya Gita yang tau kalo David kuliah disini juga. Gue menggeleng karena David pasti lagi sibuk dengan tugas kuliahnya. Katanya sih dia lagi disuruh ngegambar gedung, maklumlah dia kan jurusan teknik sipil. Jadi gue gak mau ngeganggu imajinasi dia soal gambar menggambar. " Nanti juga dia ngabarin gue kalo mau ketemu." " Kayaknya gue harus cari cowok dikampus ini biar bisa pacaran juga deh," ucap Dinda yang emang paling sering gonta ganti cowok diantara kami berempat. Dini langsung menoyor kepala sahabatnya itu, " otak lu cuma cowok doang. Gak inget apa bentar lagi kita bakal disibukin sama jurnal." " Ish!!! Justru biar makin semangat ngerjainnya jadi harus ada pacar." Dinda mengusap-usap jidatnya yang merah akibat aksi kejam sahabatnya itu, diantara kami yg paling tomboy dan kejam ya si Dini itu. Padahal penampilannya girly abis, tapi sikapnya jangan ditanya. Gue sama Gita cekikikan liat tingkah sahabat kami yang gak pernah berubah dari jaman SMA. Gue yang paling pendiem. Gita yang paling bawel urusan penampilan, Dinda yang paling centil urusan cowok kecuali cowok gue tentunya dan Dini yang paling tomboy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD