3

836 Words
Bibirnya tidak bisa berhenti bergetar begitu 'mereka' mulai menyiksanya lagi. Secara naluriahpun dia tahu bahwa apa yang mereka lakukan akan membuatnya mati suatu saat nanti. Tubuhnya sakit. Walaupun dia hanya bisa terdiam saat disiksa, hati kecilnya selalu memintanya untuk melawan kegiatan yang ia lakukan setiap hati. Kegiatan yang membuat tubuhnya bergerak sendiri walaupun ia tidak mau. "Bagaimana keadaannya?" Matanya menatap sekilas lelaki yang kini berdiri disampingnya. Berbicara dengan seseorang yang selalu mengawasinya. "Tidak bagus, Yang Mulia. Tubuhnya telah dipenuhi luka yang membuat hidupnya berada dalam bahaya setiap saat. Saya sarankan agar dia diberi istirahat walau hanya sebentar." Lelaki itu, Bilfeth menunduk hormat menunggu jawaban yang akan diberikan oleh pangerannya. Dalam hati, dia sudah tidak sanggup melihat penyiksaan yang mereka lakukan semenjak anak ini mulai bisa berjalan. Tidak. Dia tahu bahwa anak ini telah ditelantarkan sejak dia lahir. Dikekang jiwanya hingga dia bahkan tidak bisa melanggar perintah yang Bilfeth ucapkan. Atas perintah Lucifer tentunya. Liffus tanpak berpikir sejenak. Akan jadi kesia-siaan jika Luciel, nama yang dia berikan untuk anak ini, mati sekarang karena over dalam melakukan tugasnya. Setidaknya Luciel sudah berhasil merebut perhatiannya. Membuatnya tidak bosan ketika memandangi wajah polos Luciel yang bahkan tidak bisa menjerit ketika luka baru bersarang di tubuhnya. Membuatnya tidak bosan sudah termasuk kriteria menjadi adiknya bukan? Liffus akhirnya mengganguk. "Bawa dia kembali ke kamarnya," titah Liffus singkat. Bilfeth berhenti mendekati Luciel begitu matanya menangkap gerak tubuh Luciel yang berusaha menghampiri Liffus. Mendekap tangan Liffus untuk menyebuhkan luka yang merobek pergelangan tangan pangeran iblis itu. Bukan hanya Bilfeth, Liffus juga terkejut ketika tangan hangat itu mendekap tangannya dan menghilangkan semua lukanya. Tangan Liffus memang dingin. Namun, saat tangan itu menyentuhnya, dia merasakan kehangatan yang mengalir masuk ke dalam tubuhnya. Kekuatan yang digunakan Luciel untuk menyembuhkan luka. Yang nantinya akan berbalik kea arahnya. Tidak butuh waktu lama sebelum anak itu tumbang ke d**a Liffus. Tangan Liffus bergerak sendiri untuk menangkap Luciel. Mengabaikan pakaian mahalnya yang ternoda oleh darah Luciel, Liffus segera membawa Luciel ke kamarnya. Tempat di mana Luciel akan mendapatkan udara yang lebih segar di sana. Mengingat nafasnya kini mulai tersegal-segal. Bilfeth yang mengekori di belakang segera memanggil dokter pribadi istana atas perintah Liffus. Dengan langkah cepat, mereka segera memasuki ruangan Liffus. Pertolongan pertama segera diberikan. Namun, Luciel tidak menunjukan tanda-tanda akan siuman juga. Dengkuran kasar menahan sakit menjadi satu-satunya penanda Luciel masihlah hidup. "Bilfeth, apa dia akan mati?" tanya Liffus tiba-tiba. Wajahnya menunjukan ekspresi yang tidak pernah ia tunjukan pada siapapun. Rasa cemas. Bilfeth menggeleng. "Untuk sekarang Saya yakin Tuan Luciel akan bertahan, Pangeran. Dia sudah melewati fase ini berkali-kali." Lapornya jujur. Dia terdiam untuk beberapa saat. Matanya mulai meredup. Dia menatap Luciel dengan tatapan yang semakain kompleks. "Namun saya tidak bisa mengatakan hal yang sama jika kejadian ini terulang lagi. Tubuhnya terus hancur dari hari ke hari jika kita terus memaksanya menghancurkan sekaligus memperbaiki apa yang kita perintahkan padanya setiap hari," ujarnya pelan. Liffus menghela nafas berat. Dia tahu Luciel telah melewati banyak hal sejak dia bayi. Hanya karena dia lahir sebagai setengah iblis dengan kekuatan besar. Terlalu besar hingga anak itu sendiri bahkan tidak bisa mengendalikannya. Iblis muda itu hanya diberi cairan nutrisi setiap hari. Tubuhnya kurus kering, Liffus bahkan bisa melihat deretan tulang yang mengerikan dari pakaian b***k yang dikenakannya. Sebelumnya Liffus tidak pernah peduli. Dia percaya bahwa setiap mainan memang akan rusak jika sudah saatnya. Namun Liffus tidak pernah membayangkan bahwa hanya dari sentuhan tangan itu Luciel, anak itu telah berhasil merebut hatinya. Awalnya dia memang hanya tertarik. Namun, setiap kali Luciel menyembuhkannya Liffus memang merasa aneh. Seperti seluruh beban yang dia simpan ikut terangkat bersaman dengan lukanya. Menggantikannya dengan kehangatan yang tidak pernah dia dapatkan sedari kecil. Karena seorang Putra Mahkota sepertinya dituntut sempurna dalam segala hal. Termasuk mengajarkannya sedari kecil bahwa semua orang hanyalah bawahannya. Mengingat sikap hormat semua orang hanya membuatnya semakin muak. Semuanya seakan mencoba untuk memberitahu Liffus bahwa dia memang ditakdirkan untuk sendirian sejak lahir. Kurang lebih seperti Luciel. Namun dalam perlakuan yang lebih halus. Terkadang, dia berpikir bahwa rasa penasarannya pada Luciel memang disebabkan oleh ketertarikan atas penderitaan yang sama sejak kecil. Dan ini membuktikan bahwa Liffus juga tersiksa, dalam arti yang halus tentu saja. Lamunannya terpecah begitu Harris membuka pintu kamarnya dan mematung begitu melihat Liffus tengah memegang erat tangan Luciel. Pangeran yang dingin mengkhawatirkan seseorang. Sepertinya dia perlu mengecek matanya sekarang. "Ada masalah apa hingga kamu berani lancang melihatku dengan tatapanmu itu, Harris?" Merasa risih, Liffus menatap tajam temannya. Seorang bangsawan yang telah ditunjuk ayahnya untuk menjadi penasihatnya sejak Liffus masih kecil karena kepintarannya. Yang Liffus ingat lebih cocok disebut licik dibandingkan pintar. "Yang Mulia Raja Lucifer mendengar bahwa anak itu sekarat saat ini. Dia memintamu untuk datang ke ruang tahta sekarang." Liffus mendelik tidak suka. "Aku telah memberinya nama Harris. Namanya Luciel." Harris mendengus pelan. "Iya, Luciel. Aku akan mengingatnya mulai sekarang. Lebih baik kamu pergi sekarang. Aku juga telah diminta hadir di sana." Walaupun ragu, Liffus masih menyadari posisinya sehingga ia meminta Bilfeth untuk mengawasi Luciel yang masih tertidur sambil bergumam. "Ayo," ujarnya sambil berlalu. To be continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD